Garuda Indonesia Colours Magazine June 2016 | Page 86

84 Explore | Flavours © Riana Ambarsari / Flickr Bir pletok, an energising all-natural elixir. Di bulan Juni ini, Jakarta merayakan hari jadinya yang ke-489. Arya Arditya mengulas sejumlah kuliner hasil olahan masyarakat Betawi, keturunan kaum berdarah campuran dari aneka suku dan bangsa. Dengan populasi sekitar 10 juta penduduk, Jakarta merupakan salah satu kota metropolitan yang terbesar dan terpadat di dunia. Jakarta juga merupakan tempat bertemunya berbagai budaya dan tradisi Nusantara serta berbagai bangsa. Kota metropolitan ini, yang berubah nama dari Sunda Kelapa, lalu Jayakarta sebelum akhirnya berganti menjadi Batavia dan yang terakhir Jakarta, adalah kota urban yang sibuk. Pelabuhan Sunda Kelapa ini kemudian tumbuh menjadi pusat perdagangan internasional yang melibatkan beragam kelompok etnis di Nusantara, para pedagang asal Tiongkok, India, dan Arab sebelum kemudian akhirnya pihak Barat ikut juga tertarik. Pada masa kolonial, Batavia tanpa kecuali merupakan pusat perdagangan Nusantara yang didatangi banyak orang dari timur Indonesia pada abad ke-17, sehingga memperkaya campuran budaya yang ada. Menurut sejarahnya, orang Betawi merupakan hasil kawin-mawin dari beragam etnis yang tinggal di Batavia saat itu. Orang Betawi merupakan kelompok etnis yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Sunda, Jawa, Bali, Minangkabau, Bugis, Makassar, dan Ambon, dan juga dari penjuru dunia seperti Mardijker, Portugis, Belanda, Arab, Tionghoa, dan India. Selama berabad-abad percampuran antaretnis, budaya dan keberagaman sosial ini akhirnya berkembang dan membentuk bahasa serta budaya tersendiri, dengan musik dan kuliner yang berbeda dari etnis Sunda dan Jawa. Dalam hal rasa, masakan Betawi memiliki kesamaan dengan masakan Peranakan di Dataran Tinggi Malaysia. Walau memiliki kemiripan, masakan Betawi mendapatkan improvisasi, di mana unsur etnis yang kaya turut memengaruhi dan menghasilkan menu khas tersendiri. Semur Jengkol contohnya. Jengkol yang terkenal memiliki aroma kurang sedap dimasak dengan teknik memasak ala Belanda. Kata semur sendiri diambil dari kata Belanda smoor, yang berarti bawang bombai dan tomat yang dimasak lama dengan api kecil. Semur Je ngkol dibumbui dengan bawang bombai, bawang putih, kemiri, merica, gula merah, kecap dan daun salam. Roti Buaya tak salah lagi berakar dari pengaruh Eropa. Roti manis berbentuk buaya ini harus ada dalam pesta pernikahan adat Betawi. Mengapa roti buaya? Jawabannya adalah karena masyarakat Betawi meyakini buaya merupakan jenis binatang yang setia. Gabus Pucung adalah masakan khas Betawi. Sayur ini dibuat dari ikan gabus (kini agak langka karena persediaan yang terbatas). Bahan utama bagi sayur ini adalah buah pucung atau kluwek sehingga sayur ini terasa mirip seperti rawon, makanan khas dari Jawa Timur. Sayur Bebanci merupakan masakan khas lainnya yang mulai sulit ditemukan di Jakarta. Namun sayur ini mulai digalakkan kembali. Sayur ini terbuat dari daging sapi dan santan, dengan bumbu berupa bawang merah, bawang putih, adas, kunyit bubuk, jahe dan langkuas. Bumbu ini mencerminkan Walau memiliki kemiripan, masakan Betawi mendapatkan improvisasi, di mana unsur etnis yang kaya turut mempengaruhi dan menghasilkan menu khas tersendiri. bumbu khas Timur Tengah, dengan santan sebagai pengaruh dari Melayu dan cara merebus daging yang tampaknya merupakan khas etnis Tionghoa. Anda bisa memilih minuman khas Betawi untuk teman makan. Bir Pletok adalah bir tradisional yang tak mengandung alkohol. Sejenis minuman yang terbuat dari berbagai tanaman dan bumbu, seperti jahe merah, serai, merica hitam, kayu secang dan kayu manis, di mana kesemuanya itu menyehatkan tubuh. Minuman kesehatan ini diyakini merupakan pengganti bir khas Eropa. Ada beragam masakan khas Betawi, dengan cara digoreng, ditumis, dipanggang, direbus, diasinkan, pedas, manis, asam dan asin, cukup untuk ditulis hingga berbukubuku. Namun alih-alih membaca betapa lezatnya masakan tersebut, biarkan lidah Anda mengeksplorasi masakan Betawi selama perayaan hari ulang tahun Jakarta.