Garuda Indonesia Colours Magazine June 2016 | Page 123
Travel | Jakarta
© Tom Cockrem / Getty Images
menjadi Balai Kota Batavia, dengan
model fasad yang sama persis seperti Istana
Kerajaan di Amsterdam.
Berikutnya adalah tempat untuk para penggemar
seni dan budaya, yakni Museum Wayang di sisi
barat taman yang menyimpan ribuan wayang
dan topeng tradisional autentik dari seluruh
penjuru Nusantara—sebagian telah berumur
lebih dari seratus tahun. Jika Anda berkunjung,
cek jadwal pertunjukan wayang untuk melihat
aksi dari kreasi indah ini.
Di sisi timur taman terdapat Museum Seni Rupa,
dahulu adalah Gedung Mahkamah yang didirikan
tahun 1879. Di sini Anda akan menemukan koleksi
besar patung-patung yang dilukis oleh para
seniman modern Indonesia, serta pameran keramik
dan porselen yang indah, dan banyak lagi, dengan
beberapa objek pentingnya berasal dari abad ke-14.
Saat meninggalkan Taman Fatahillah, saya sekali
lagi mengagumi bangunan-bangunan tersebut—
yang telah dipugar dengan sangat baik oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui program
revitalisasi dengan dukungan UNESCO untuk
meraih status Warisan Dunia UNESCO tahun
2017. Jika Anda tertarik dengan arsitektur Belanda
Kuno serta budaya dan sejarah Indonesia, tak ada
tempat yang lebih baik dari Taman Fatahillah.
Tak jauh dari taman tersebut terdapat sejumlah
museum kelas dunia, termasuk di antaranya
Museum Bank Indonesia. Museum ini cukup patut
dikunjungi, antara lain karena sistem penataan
dalam ruang pamernya yang bersifat modern dan
interaktif, informasi yang lengkap mengenai
sejarah perdagangan rempah-rempah, uang dan
ekonomi Indonesia, koleksi koin dan uang kertas
kuno, serta bangunan museum itu sendiri yang
bergaya neo klasik dan telah direnovasi.
Setelah berkunjung dari museum ke museum,
saya terus berjalan kaki ke Petak Sembilan,
Chinatown di era Batavia, dengan jalan-jalan
121
sempitnya yang menawan dan pasar di sisi jalan
serta toko-toko yang menjual segala macam, dari
kopi dan kuliner yang mengundang rasa ingin
tahu, sampai jam tangan, ikat pinggang kulit,
mainan anak-anak, barang pecah-belah,
jamu tradisional dan obat Tiongkok, dupa
dan lilin, serta barang-barang sejenisnya.
Selain itu ada kelenteng bercat merah terang
dengan dekorasi yang rumit, yakni kelenteng
Jin De Yuan, yang sudah berdiri sejak 1650
dan tentunya patut dikunjungi.
Juga tak jauh dari sana terdapat Pelabuhan
Sunda Kelapa. Pelabuhan dagang rempahrempah berusia ratusan tahun di muara Sungai
Ciliwung ini telah beroperasi sejak tahun
1800-an. Ada sebuah roman nostalgia tentang
pelabuhan ini, yang dihiasi dengan sekunarsekunar tradisional sepanjang 50 meter yang
berlabuh di dermaga yang membentang 2 km.
Kapal-kapal unik yang dicat cerah ini tak sekadar
dipajang—namun masih memainkan peran
penting di zaman modern. Kapal-kapal ini
mengangkut dan menurunkan barang pada pagi
hari. Para petualang kuliner pasti menyukai Pasar
Ikan di dekat pelabuhan, di mana para pedagang
dengan ramah menawarkan seafood segar yang
bisa dimasak di tempat untuk disantap sambil
menyaksikan matahari terbenam.
Untuk mendapatkan pemandangan paling
bagus di pelabuhan, naiklah ke puncak
Mercusuar Sunda Kelapa, sebuah menara
pengawas Belanda dari abad ke-19. Dari sini
panorama laut terlihat sangat indah—hadiah
bagi mereka yang meluangkan waktu seharian
untuk menemukan keindahan Jakarta
di balik gedung-gedung pencakar langit.
Petak Sembilan, Batavia’s unofficial
Chinatown, complete with charming narrow
laneways, colourful old temples and pagodas.
5 Senses – Sound
THE SOUND OF
INDEPENDENCE
Inside the base of Indonesia’s
National Monument, Monas, is the
original text of the Proclamation
of Independence. Here you can
listen to the patriotic song
‘Padamu Negeri’ followed by a
recording of founding President
Sukarno reading the proclamation.
Di lantai dasar Monumen
Nasional, Monas, terdapat teks
Proklamasi Kemerdekaan. Di sini
Anda dapat mendengarkan lagu
“Padamu Negeri” yang diiringi
dengan rekaman suara dari
Presiden Soekarno yang sedang
membacakan teks proklamasi.
5 Senses – Scent
AROMATIC
STREET FOOD
At night the numerous street
food carts in and around
Fatahillah Square fill the air with
a mouth-watering melody of
flavourful aromas.
Pada malam harinya, para
penjual makanan tampak di
sekitar Taman Fatahillah,
memenuhi udara dengan aroma
dari makanan yang dijualnya.