Garuda Indonesia Colours Magazine June 2016 | Page 116

114 Travel | Solo Solo is renowned for its traditional performing arts, from music, theatre and puppetry to dance. demikian, pendopo ini juga memancarkan gaya Jawa klasik yang telah berabad-abad mendahului pengaruh Eropa. Pilar besi biru langit buatan Belanda berbaur dengan balok kayu jati berukiran motif batik yang cantik dengan warna-warna pastel lembut. Langit-langit di atas panggung penari dibagi menjadi delapan panel yang dicat berbagai warna untuk secara simbolis melindungi para gadis penari yang tampil di sini. “Warna merah melindungi mereka dari kejahatan,” kata Ibu Endang, “oranye melindungi dari rasa takut, ungu mencegah pikiran buruk, putih adalah jimat melawan hasrat seksual, hijau memerangi rasa frustrasi…” Kami kemudian melepas sepatu sebelum memasuki museum yang dulunya merupakan ruang takhta dalem. “Saya menganggapnya tak hanya sebagai tanda penghormatan tetapi juga demokrasi,” canda Ibu Endang, “lihatlah, tak ada sepatu hak tinggi ataupun sepatu sneakers di antara kita sekarang. Kita semua ada pada level yang sama.” Ruang takhta masih seperti sediakala ketika dibangun pada tahun 1757 dengan patung harimau Sumatera dan macan tutul Jawa yang masih mengapit takhta kerajaan. Lemari kaca menampilkan koleksi eklektik yang menarik milik sembilan generasi raja-raja Mangkunegara: perhiasan, patung, sabuk kesucian (perempuan dan laki-laki) dan perlengkapan keagamaan yang berkaitan dengan pengamalan ajaran Islam, Hindu, dan Buddha, sekaligus menunjukkan keyakinan yang dipeluk para anggota keluarga Mangkunegara. Di salah satu ujung ruangan terdapat kumpulan keris, pedang lengkung, bahkan pedang Jepang dan lemari tempat menyimpan benda-benda lain yang dilindungi dengan sesajen untuk menenangkan roh-roh yang konon masih bersemayam di senjata-senjata ini. Sementara benda-benda tradisi mengisi ruang takhta, di luar, di salah satu kandang tua terdapat sepeda motor Volkswagen beroda tiga milik raja saat ini yang kebetulan adalah seorang penggemar berat Harley Davidson. Tiba-tiba saya tersadar bahwa Solo memiliki banyak sejarah yang masih bertahan hingga kini. Pura Mangkunegaran telah banyak mendapatkan renovasi di sana-sini, namun Keraton Kasunanan yang berusia sedikit lebih tua di sisi lain kota tampaknya juga mulai membutuhkan hal yang sama. Cat biru langitnya telah terkelupas dari paviliun di kebun yang berhiaskan ukiran (satu-satunya bagian yang terbuka untuk pengunjung, karena Keraton tetaplah merupakan rumah keluarga kerajaan). Sejumlah gerbong yang megah masih mengisyaratkan kejayaan masa lalu, namun tampaknya membutuhkan perbaikan guna menyelamatkan salah satu permata yang mulai memudar dari Kota Biru. Rasanya tak ada tempat di kota ini yang menampakkan jalinan historis Kota Solo mulai dari dinasti kuno feodal, era kolonial Belanda, hingga masa penjajahan Jepang seperti yang ditunjukkan oleh Pasar Triwindu. Pasar barang antik seperti gua Aladdin di Jalan Diponegoro ini mungkin adalah pasar yang paling memesona di seluruh Indonesia. Gedung setinggi dua lantai dengan kios-kios yang menjajakan tumpukan barang antik asli yang bagus dan pernak-pernik retro keren. Penjaga kios yang santai dan ramah lebih dari senang © Niki Tanjung Tiba-tiba saya tersadar bahwa Solo memiliki banyak sejarah yang masih bertahan hingga kini.