Garuda Indonesia Colours Magazine June 2016 | Page 114

112 Travel | Solo © Mark Eveleigh; © Courtesy of Alila Solo The pendopo (pavilion) of Pura Mangkunegaran Palace is a wonderful melange of colonial architecture and Javanese regal tradition. Becak (cycle-rickshaws) remain an icon of the timeless backstreets of old Solo. With its French-style chandeliers, Pura Mangkunegaran Palace displays romantic avant-garde architecture that was in vogue when it was built. Walau sering kali berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta, jerat historis Solo sangatlah menggugah hingga Anda bisa merasakan betapa sejarah menjadi faktor yang mendominasi di sini. Mark Eveleigh menikmati birunya Solo. “Warga Solo begitu bangga dengan romantisme masa lalu mereka,” kata Ibu Endang Widiastuti. “Tentu saja keluarga kerajaan Solo sudah tak lagi berkuasa seperti dahulu namun sang raja masih merupakan figur yang sangat dihormati.” Sebagai pemandu wisata di Pura Mangkunegaran, kualifikasi Ibu Endang sangatlah baik: tak hanya mempunyai pengetahuan yang sangat luas dan jelasjelas antusias dengan sejarah dramatis kotanya, ia juga masih termasuk trah kerajaan Solo. Ketika kami menatap potret penuh kemegahan dari raja yang menjabat saat ini, yang resminya dikenal sebagai Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara, saya merasakan sebuah keistimewaan yang luar biasa untuk dapat diajak berkeliling istana oleh seorang keluarga langsung dari kerajaan Solo. Tak satu pun daerah lain di Indonesia di mana kekuatan historis negara ini terasa amat lekat. Terbukti dari makin banyaknya wisatawan yang memilih Solo sebagai titik awal penjelajahan ke Candi Borobudur yang mendunia, sebuah situs yang telah menjadi inti perkembangan budaya di saat kota-kota besar di Eropa masih