Garuda Indonesia Colours Magazine July 2019 | Page 68

Lifestyle / Interview Di pertandingan di Osaka tersebut, Justin memenangkan medali emas, sementara Zohri perunggu. “Saya selalu menantang diri saya untuk menjadi lebih baik. Saya bertujuan untuk bisa lebih cepat dari perlombaan terakhir saya,” tambahnya. Pelari asal Indonesia, Lalu Muhammad Zohri baru berusia 19 tahun, tetapi prestasi yang sudah dicapainya sangat menakjubkan. Kecepatan larinya yang luar biasa menjadikannya manusia tercepat di Asia Tenggara. Bakat Zohri dalam berlari ditemukan oleh gurunya, Rosidah ketika dia masih seorang pelajar di SMPN 1 Pemenang di Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Butuh waktu bagi Rosidah untuk membujuk sang atlet untuk fokus pada olahraga lari, karena hasrat utamanya pada saat itu adalah sepak bola. Meskipun demikian, keputusan Zohri untuk berubah haluan sangatlah tepat. Hanya dalam waktu sekitar empat tahun saja, dia bisa menjelma dari pemenang lomba lari Kejuaraan Daerah NTB tahun 2015 untuk pelajar menjadi seseorang yang namanya dicatat secara internasional sebagai pemecah rekor. Zohri mendapatkan gelar manusia tercepat di Asia Tenggara pada bulan April ketika ia memenangkan medali perak pada Kejuaraan Atletik Asia 2019 di Doha, Qatar. Menyelesaikan pertandingan dengan waktu 10,13 detik, ia memecahkan rekor Asia Tenggara 10,17 detik yang sebelumnya dipegang oleh pelari Indonesia lainnya, Suryo Agung Wibowo selama 10 tahun. Pada bulan Mei, ia memecahkan rekornya sendiri dengan menyelesaikan pertandingan 100 meter dalam waktu 10,03 detik pada kejuaraan Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang—hanya 0,03 detik jauhnya untuk mengalahkan pemenang medali emas 66 Olimpiade Justin Gatlin. Performanya cukup cepat untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 yang memiliki kualifikasi kecepatan 10,05 detik. Dua hari setelah Zohri kembali dari Jepang, kami bertemu dengannya di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, tempat ia berlatih untuk perlombaan besar berikutnya, yaitu Asian Grand Prix 2019 di Chongqing, Tiongkok pada bulan Juni. Meskipun ia baru saja selesai berlatih sambil berpuasa di bulan Ramadan, Zohri sangat antusias bercerita tentang prestasi yang diraihnya di Jepang. “Saya berterima kasih kepada masyarakat Indonesia yang telah mendukung saya dan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia yang telah mengirim saya ke sana. Saya sangat bersyukur bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia,” ungkapnya. Zohri juga menceritakan pengalamannya bersaing dengan pelari asal Amerika Serikat, Justin Gatlin, yang memenangkan emas untuk kategori 100 meter di Olimpiade Athena 2004. “Saya sangat bersyukur bisa berada satu lintasan dengan Justin Gatlin yang sangat saya kagumi. Saya bahkan sempat meminta foto bareng dia,” tutur Zohri. Pelari yang baru saja lulus dari SMA Negeri Ragunan Jakarta ini bertekad untuk menjadi pelari pertama di Asia Tenggara yang bisa memecahkan rekor berlari di bawah 10 detik untuk 100 meter. Ia sadar ada hal-hal yang perlu ia tingkatkan untuk mencapai hal tersebut. “Salah satunya adalah teknik start block saya,” akunya. “Tapi saya sedang berusaha untuk memperbaikinya.” Zohri rajin berlatih dan selalu mengikuti semua instruksi para pelatihnya, termasuk Eni Nuraini, yang baru-baru ini mendapatkan gelar sebagai Pelatih Atletik Terbaik Asia oleh Asosiasi Atletik Asia. Eni telah melatih pelari muda ini selama 18 bulan terakhir. “Zohri memiliki bakat alami. Dia juga mudah diajak bekerja sama karena dia disiplin dan cerdas,” kata Eni. Selain prestasi terbarunya di Doha dan Osaka, Zohri juga telah memenangkan medali emas untuk 100 meter di Kejuaraan Dunia U-20 2018, Kejuaraan Atletik Junior Asia 2018 dan Malaysia Open Grand Prix 2019, serta medali perak untuk 4 x 100 meter di Asian Games 2018. Terlepas dari rasa syukurnya karena berhasil meraih prestasi di ajang internasional, Zohri mengaku bahwa bertanding di luar negeri terasa menantang baginya, terutama dari segi kacamata budaya. “Sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan makanan asing. Saya suka nasi dan sambal,” ceplosnya sambil tersenyum. Selain perjalanan internasionalnya, pelari yang sedang naik daun ini sering terbang dengan Garuda Indonesia dari tempat tinggalnya di Jakarta ke kampung halamannya di Lombok Utara, di mana kakak laki-laki dan perempuannya tinggal. “Saya suka dengan makanan yang ada di dalam pesawatnya,” tutur Zohri menutup wawancara kami. Zohri mengaku bahwa ia tidak pernah merasa terintimidasi ketika harus bertanding melawan para pelari top dunia. “Saya tidak pernah takut dengan para lawan saya. Ketika saya berada di lintasan lari, saya hanya ingin memberikan yang terbaik,” terangnya.