Garuda Indonesia Colours Magazine January 2020 | Page 57

Lifestyle / Flavours Kebutuhan akan beras organik tidaklah semata-mata tentang gaya hidup sehat, tetapi juga ditunjang faktor kepedulian akan lingkungan serta manusia yang menanamnya. Kesadaran akan pentingnya nutrisi serta kepedulian akan kelestarian lingkungan hidup tampaknya semakin meningkat. Kini semakin banyak orang yang mengurangi pemakaian bahan plastik di rumah, termasuk sedapat mungkin menggunakan sedotan nonplastik, serta menggunakan produk-produk pembersih peralatan rumah tangga yang lebih ramah lingkungan. Begitu pula halnya dengan kebutuhan akan beras organik yang meningkat, beras ini diyakini mampu memberikan lebih banyak nutrisi serta dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan beras biasa. Beras organik merujuk pada beras yang telah disertifikasi oleh lembaga independen, yang menyatakan bahwa beras tersebut telah melalui rangkaian standar sistem tanam organik, di mana sistem tanam tersebut tidak menggunakan unsur kimia atau pestisida sintetis dalam prosesnya. Serangga, penyakit tanaman serta gulma dibasmi dengan menggunakan pestisida dari bahan-bahan yang tersedia di alam. Kesuburan tanah juga dijaga dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti pupuk kandang dan pupuk kompos. Indonesia memiliki setidaknya enam lembaga sertifikasi nasional yang dikenal dengan nama LSO (Lembaga Sertifikasi Organik), yang berfungsi menjamin bahwa beras organik tersebut telah memenuhi standar sistem tanam organik. LSO sendiri juga mendapatkan akreditasi dari KAN (Komite Akreditasi Nasional). Dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh LSO, beras organik yang dijual di pasar dijamin telah benar ditanam sesuai standar sistem tanam organik. “Dengan mengonsumsi beras organik, kita tidak hanya lebih sehat, tetapi juga membantu merawat alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, 2 karena harga beras organik yang dua kali lebih mahal daripada beras biasa,” jelas Ahmad Jatika, pendiri NOSC (Nusantara Organic SRI Center). SRI sendiri adalah singkatan dari System of Rice Intensification, di mana sistem tanam ini membuat padi lebih cepat dipanen dan hasilnya pun lebih banyak, namun lebih sedikit dalam segi penggunaan air, pestisida dan pupuk berbahan kimia. NOSC didirikan tahun 2005 di Nagrak, Sukabumi, Jawa Barat. Sebagai pencinta alam, Jatika sangat peduli dengan alam. Sebuah buku mengenai sistem tanam organik, yang menjelaskan betapa menderitanya tanah yang diberikan pupuk kimia terus-menerus, menggugah dia untuk berbuat sesuatu. Lewat pelatihan tatap muka di kelas dan praktik di lapangan oleh NOSC, para petani diajak bercocok-tanam menggunakan sistem alami, yaitu dengan sistem SRI. Bekerja sama dengan pemerintah daerah di Morowali, Kalimantan Tengah dan Flores, NOSC telah mengajarkan ratusan petani mengenai sistem tanam ini. Ketika ditanya kelebihan beras organik dibandingkan beras biasa, Jatika menerangkan, “Di samping bebas dari residu pestisida, nasi dari beras organik tidak mudah basi. Berdasarkan pengalaman saya, bahkan setelah 24 jam disimpan pada suhu ruangan, nasi dari beras organik masih tetap enak dimakan. Tekstur nasinya pun lebih pulen sehingga rasanya lebih enak.” Mengonsumsi beras organik seperti peribahasa merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Tidak hanya manfaat lebih dari segi nutrisi yang kita dapatkan, tetapi secara tidak langsung kita juga telah membantu menjaga kelestarian lingkungan sebagai warisan bagi anak cucu kita di masa depan. 55