Garuda Indonesia Colours Magazine February 2020 | Page 51
Lifestyle / Flavours
Mengonsumsi makanan
organik bukanlah
semata karena tren gaya
hidup terkini, namun
lebih pada meningkatnya
kesadaran akan kaitan
penting antara makanan,
kesehatan, dan
lingkungan.
Saat berjalan di selasar sebuah toko
swalayan, saya melihat rak berisi buah
dan sayuran yang terpajang rapi dengan
label organik pada kemasan produknya.
Label yang sama juga terlihat pada
kemasan produk olahan susu dan telur.
Lalu, apa sesungguhnya yang
dimaksud dengan buah dan sayuran
organik? Hal apa yang membuat
produk segar tersebut berbeda dari
non-organik? Apa sajakah kelebihan
dari bahan pangan organik ini?
Seluruh pertanyaan tersebut, saya
rasa, juga melintas di benak banyak
orang. Sistem tanam organik ini
sendiri sebenarnya sudah banyak
dikampanyekan pada pertengahan
abad ke-20, ketika sistem pertanian
modern berskala besar mulai
bermunculan. Namun baru pada
awal 2000-an hasil pertanian organik
ini mendapatkan sambutan hangat,
di mana konsumen mulai melihat
adanya benang merah antara konsumsi
pangan organik dan dampaknya bagi
lingkungan. Makanan yang dihasilkan
dari bahan pangan organik pun diyakini
memiliki cita rasa yang lebih baik
daripada yang non-organik.
Bahan pangan organik termasuk
antara lain, hasil langsung dari
pertanian dan peternakan, daging
dan produk olahan susu. Bahan
pangan organik juga digunakan untuk
menghasilkan makanan olahan seperti
biskuit, minuman dan daging beku.
Seluruh produk tersebut dihasilkan
oleh petani dan peternak yang
menitikberatkan pada penggunaan
sumber daya terbarukan, serta
eksplorasi air dan tanah yang
lebih sedikit agar lingkungan tetap
berkualitas. Dalam prosesnya, produk
pertanian organik tidak menggunakan
pestisida kimia, pupuk anorganik, limbah
lumpur untuk pupuk, bioteknologi dan
radiasi ionisasi. Daging ayam organik
dan produk olahan susu pun berasal
1
dari hewan yang diternakkan tanpa
suntikan antibiotik, hormon pemacu
pertumbuhan atau entitas hasil
rekayasa genetika (GMO).
OISCA (Organization for Industrial
and Cultural Advancement) Sukabumi
Training Center di Jawa Barat
menernakkan ayam dengan sistem
organik. “Ayam di OISCA tidak disuntik
antibiotik sama sekali, bahkan sejak
mereka menetas,” ujar Muhammad
Halid, Direktur OISCA Sukabumi
Training Center. Ayam-ayam yang
ada diberi pakan butiran jagung organik
serta pakan lainnya yang dibuat sendiri.
“Untuk meningkatkan daya tahan tubuh
ayam, kami menggunakan vitamin
nabati yang terbuat dari jahe,” ujar Halid.
Daging dan susu dari hewan yang
diternakkan dengan sistem organik
diyakini memiliki kandungan nutrisi
2
1. Adopt a healthier diet and contribute
to a healthier planet at the same time.
2. In Indonesia, LSO ensures farmers
meet agreed organic standards.
49