Garuda Indonesia Colours Magazine February 2020 | Page 27
Lifestyle / What's On
FESTIVAL
Penyengat Island Festival, Riau, February 14–18
FESTIVAL
Cap Go Meh, Singkawang, West Kalimantan, February 8
Commemorating the 216 th anniversary of
Penyengat Island, this festival features a range
of events, from mass religious meetings, a
showcase of the island’s history, a motorcycle
rickshaw ornament competition, a Gurindam
(poetry) competition, a rhyming contest, and a
lizard puppet show.
Dalam rangka memperingati hari jadi Pulau
Penyengat yang ke-216, festival ini menampilkan
serangkaian acara, mulai dari tablig akbar,
pameran foto dan napak tilas sejarah Pulau
Penyengat, lomba becak motor hias, kompetisi
gurindam (puisi), lomba berbalas pantun, dan
pertunjukan Wayang Cicak. The 15 th day of celebration for
Chinese New Year will be enlivened
by the appearance of around 800
Tatung, people traditionally believed
to be possessed by gods or spirits,
making them resistant to pain.
PERFORMANCE FESTIVAL
Kirab, Boyong Kedhaton Cultural Community,
Surakarta City Hall, February 22
The Kirab, commemorating the 275 th
anniversary of Solo City (Surakarta), is closely
connected with the move from Kartasura Palace
to the Kasunanan Palace, which served as the
background for the founding of Solo.
Kirab yang digelar untuk memperingati hari
jadi Kota Solo (Surakarta) yang ke-275 tahun ini
berkaitan erat dengan peristiwa perpindahan
Keraton Kartasura ke Keraton Kasunanan Solo
sebagai latar belakang berdirinya Kota Solo.
Perayaan hari ke-15 untuk Tahun
Baru Imlek ini akan dimeriahkan
dengan penampilan sekitar 800
Tatung dari Singkawang dan
daerah-daerah di sekitarnya,
seperti Pontianak, Sungai Pinyuh,
Bengkayang, Pemangkat, serta
dari Malaysia.
Ijen Valley Festival, Taman Gandrung Terakota, Banyuwangi, February 15
Held once a month, the
festival features the Meras
Gandrung dance as its main
highlight. This theatrical dance
is about the journey of a dancer
who is also an expert in performing
the role of a sinden (female singer)
after he turns into a professional
Gandrung (male traditional dancer).
Set in the Dutch colonial period
and performed in an open-air
amphitheatre in Gandrung
Terakota Park, at the foot
of Mount Ijen, the one-hour
performance is accompanied
by traditional gamelan music
and involves dozens of dancers
aged from six to 60.
Dilaksanakan sebulan sekali,
festival ini menampilkan sendratari
Meras Gandrung sebagai sajian
utama. Sendratari ini berkisah
tentang perjalanan seorang penari
yang juga piawai menjalankan peran
sebagai sinden (penyanyi wanita)
setelah dirinya berubah menjadi
seorang “Gandrung” profesional
(penari tradisional pria). Dengan
latar waktu masa kolonial Belanda
dan digelar di amfiteater terbuka
Taman Gandrung Terakota di kaki
Gunung Ijen, pertunjukan selama
satu jam ini diiringi oleh musik
gamelan tradisional serta
melibatkan puluhan penari berusia
antara enam hingga 60 tahun.
25