Garuda Indonesia Colours Magazine April 2019 | Page 66

Lifestyle / Interview Alvin Tjitrowirjo memulai kariernya dengan mimpi ambisius: menampilkan produk-produk Indonesia berkelas kepada dunia. Tiga belas tahun kemudian, dengan jadwalnya yang penuh dengan pameran furnitur kelas dunia, ia berhasil mewujudkan impian tersebut. I/ Kami berbicara dengan Alvin di Indonesia International Furniture Expo 2019, yang diadakan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta pada bulan Maret. Bergabung dengan VIVERE—merek furnitur dan aksesori premium Indonesia— sebagai Creative Director mereka, Alvin bertindak sebagai art director untuk pameran VIVERE di acara tersebut. “VIVERE dan saya memiliki tujuan yang sama, yaitu mempromosikan produk Indonesia berkualitas tinggi kepada dunia. Beberapa bulan lalu, kami mengadakan pameran di Maison et Objet Paris. Kami berharap dapat memasuki pasar Eropa,” kata desainer produk dan interior kelahiran Jakarta berusia 35 tahun ini. 64 Selain berkolaborasi dengan VIVERE, Alvin memiliki perusahaan konsultan kreatifnya sendiri, AlvinT. Didirikan pada tahun 2006, perusahaan ini menyediakan layanan dalam desain produk, desain interior, pengarahan seni kreatif dan strategi desain. Sementara klien AlvinT meliputi kafe, restoran dan hotel, furniturnya telah dipamerkan di beberapa pameran internasional, seperti Expo 2015 di Milan, Italia, Frankfurt Book Fair 2015 di Jerman, dan Stockholm Furniture Fair 2019 di Swedia. Bulan ini, karya AlvinT akan dipajang sebagai bagian dari Milan Design Week—pameran terkemuka di industri ini. “Saya akan memamerkan desain terbaru saya yang bertema tropis dan kontemporer. Targetnya adalah untuk mencari exposure internasional daripada menjual produk. Saya berharap untuk berkolaborasi dengan stakeholder internasional,” jelas Alvin, yang mengasah keterampilannya di Universitas RMIT di Melbourne, Australia dan IED European Design Labs di Madrid, Spanyol. Sambil menjelajahi berbagai bahan, Alvin mengaku ia memiliki kecintaan terhadap rotan yang merupakan bahan warisan budaya Indonesia. Pilihannya tidak hanya didasarkan pada kepraktisan—rotan kuat, ringan, fleksibel, diproduksi secara berkelanjutan dan mudah digabungkan dengan material lain—tetapi juga pada filosofi di baliknya. “Saya melihat rotan mirip dengan kita, orang Indonesia; kita berbakat dan elok tetapi terkadang kita meremehkan diri kita sendiri. Itulah hal yang ingin saya ubah,” ucap desainer yang banyak diminati sebagai dosen tamu dan pembicara di