GARDU ASPIRASI (GARASI) EDISI 47 / DESEMBER 2013 | Page 20

SENIN 18 NOVEMBER RABU KAMIS 20 21 NOVEMBER NOVEMBER Intai Indonesia Sejak 1954 BARU saja selesai menghadiri sidang paripurna, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Drs Ramadhan Pohan MIS, langsung didaulat menjadi pembicara dalam acara Apa Kabar Indonesia yang digelar TVOne.Temanya, soal penyadapan yang dilakukan Australia pada beberapa pejabat penting Indonesia. Acara ini disajikan dalam prime time pukul 20.00 WIB. Menjadi penting pula yang hadir adalah para pembicara yang sudah tak asing lagi, yakni sesepuh PDIP Permadi SH, mantan Menkominfo Sofyan Djalil dan Ramadhan sendiri. Pada hari-hari itu, Ramadhan menjadi bintang. Dia lah yang menggulirkan isu penyadapan pertama kali. Saat itu, ia berbicara mengenai izin renovasi Kedubes Amerika Serikat di Jakarta oleh Gubernur DKI Jokowi–yang tentu saja sama halnya memberikan fasilitas pada AS untuk lebih leluasa melakukan penyadapan. Komentarnya itu menuai tanggapan. Bahkan, ditanggapi miring oleh pendukung Jokowi –termasuk elite politik PDIP. Namun, Ramadhan sebagai sosok yang kritis tetap tegar. Waktu bergulir, dan ternyata sinyalemen penyadapan itu benar adanya. Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Drs Ramadhan Pohan MIS bersama mantan Menkominfo Sofyan Djalil dan sesepuh PDIP Permadi SH menjadi narasumber Apa Kabar Indonesia di TV One membahas mengenai penyadapan yang dilakukan Australia terhadap beberapa pejabat penting Indonesia. Senin (18/11). FOTO. JULPAN Adalah  Edward Snowden, mantan National Security Agency (NSA), warga negara AS, yang kini mendapat suaka sementara selama setahun dari Rusia, yang mengungkap penyadapan itu. ’’Sejak 1950-an Australia rutin memata-matai Indonesia,’’ kata Ramadhan, mengutip Philip Dorling, kolumnis The Canberra Times dalam tulisannya ‘’Canberra doesn’t trust Jakarta’’ pada harian terkemuka Australia, Sidney Morning Herald. Mengapa Australia melakukan itu? Dorling menjawab sendiri pertanyaannya itu, bahwa di balik segala pernyataan persahabatan dan bertetangga baik oleh berbagai pemerintah Australia, Canberra memang sebenarnya tak mempercayai Jakarta. ’’Kita (Australia) bekerjasama erat dengan Indonesia, termasuk dalam bidang keamanan dan intelijen, tapi kita tidak mempercayai mereka (Indonesia),’’ tulis Dorling. Dia menyebut Kedutaan Besar Australia di Jakarta yang dibangun pada 1954 sebagai pos mata-mata pertama di luar negeri dari dinas intelijen Australia (Australian Secret Intelligence Service, ASIS). (bik) FOTO-FOTO: SUKANDAR / RISKI BATUBARA 20 | GARDU ASPIRASI • DESEMBER 2013