SENIN
18
NOVEMBER
RABU
KAMIS
20
21
NOVEMBER
NOVEMBER
Intai Indonesia Sejak 1954
BARU saja selesai menghadiri
sidang paripurna, Wakil Ketua Komisi
I DPR RI Drs Ramadhan Pohan MIS,
langsung didaulat menjadi pembicara
dalam acara Apa Kabar Indonesia
yang digelar TVOne.Temanya, soal
penyadapan yang dilakukan Australia
pada beberapa pejabat penting
Indonesia.
Acara ini disajikan dalam prime time
pukul 20.00 WIB. Menjadi penting pula
yang hadir adalah para pembicara yang
sudah tak asing lagi, yakni sesepuh
PDIP Permadi SH, mantan Menkominfo
Sofyan Djalil dan Ramadhan sendiri.
Pada hari-hari itu, Ramadhan
menjadi bintang. Dia lah yang
menggulirkan isu penyadapan pertama
kali. Saat itu, ia berbicara mengenai
izin renovasi Kedubes Amerika
Serikat di Jakarta oleh Gubernur DKI
Jokowi–yang tentu saja sama halnya
memberikan fasilitas pada AS untuk
lebih leluasa melakukan penyadapan.
Komentarnya itu menuai
tanggapan. Bahkan, ditanggapi miring
oleh pendukung Jokowi –termasuk
elite politik PDIP. Namun, Ramadhan
sebagai sosok yang kritis tetap tegar.
Waktu bergulir, dan ternyata sinyalemen
penyadapan itu benar adanya.
Wakil Ketua Komisi
I DPR-RI Drs
Ramadhan Pohan
MIS bersama mantan
Menkominfo Sofyan
Djalil dan sesepuh
PDIP Permadi SH
menjadi narasumber
Apa Kabar
Indonesia di TV One
membahas mengenai
penyadapan yang
dilakukan Australia
terhadap beberapa
pejabat penting
Indonesia. Senin
(18/11). FOTO.
JULPAN
Adalah Edward Snowden, mantan
National Security Agency (NSA), warga
negara AS, yang kini mendapat suaka
sementara selama setahun dari Rusia,
yang mengungkap penyadapan itu.
’’Sejak 1950-an Australia rutin
memata-matai Indonesia,’’ kata
Ramadhan, mengutip Philip Dorling,
kolumnis The Canberra Times dalam
tulisannya ‘’Canberra doesn’t trust
Jakarta’’ pada harian terkemuka
Australia, Sidney Morning Herald.
Mengapa Australia melakukan itu?
Dorling menjawab sendiri pertanyaannya
itu, bahwa di balik segala pernyataan
persahabatan dan bertetangga baik
oleh berbagai pemerintah Australia,
Canberra memang sebenarnya tak
mempercayai Jakarta. ’’Kita (Australia)
bekerjasama erat dengan Indonesia,
termasuk dalam bidang keamanan dan
intelijen, tapi kita tidak mempercayai
mereka (Indonesia),’’ tulis Dorling.
Dia menyebut Kedutaan Besar
Australia di Jakarta yang dibangun
pada 1954 sebagai pos mata-mata
pertama di luar negeri dari dinas intelijen
Australia (Australian Secret Intelligence
Service, ASIS).
(bik)
FOTO-FOTO: SUKANDAR / RISKI BATUBARA
20 |
GARDU ASPIRASI • DESEMBER 2013