GARDU ASPIRASI (GARASI) EDISI 46 / NOVEMBER 2013 | Page 12

Komunitas Pitu Room, Tak Sekadar Cafe Kesenian di Sumatera Utara yang statis, telah lama menjadi keprihatinan tersendiri bagi Wakil Ketua Komisi I DPR RI Drs Ramadhan Pohan MIS. Bagi dia, Sumatera Utara dahulu merupakan lumbung seniman-seniman besar. Namun, saat ini seakan mengalami kemunduran. S UMUT kini tidak lagi dikenal sebagai pencetak seniman-seniman andal. Bukan karena kurangnya pelaku-pelaku seniman, tetapi karena kurangnya perhatian dari pemerintah setempat untuk menggali potensi yang ada. Hal tersebut disampaikan oleh Komunitas Pitu Room, sewaktu bertemu dengan Ramadhan Pohan, Jumat (27/9) di Pitu Room Café, Medan. ’’Saat ini boleh kita bilang hampir tidak ada Bang ruang bagi seniman di Medan untuk berkreasi,’’ papar Elisantus Sitorus, selaku pengelola Pitu Room cafe. ’’Bahkan, tidak ada perhatian pemerintah terhadap kesenian Sumatera Utara.’’ Itulah salah satu yang menjadi alasan Komunitas Pitu Room berdiri. Berawal dari ide untuk membangun ruang seni di Medan yang dapat menampung keluhan anak muda, Elisantus Sitorus dan Ratna Sillalahi, berinisiatif untuk membentuk komunitas ini. Pitu Room didirikan oleh pasangan suami istri ini, sekitar 3 tahun lalu setelah Elisantus kembali dari Jakarta dan berniat untuk menetap di Medan. Awalnya Elisantus hanya diberi tempat oleh orangtuanya, Ir. S. M. Sitorus, untuk mengembangkan usaha. 12 | GARDU ASPIRASI • NOVEMBER 2013 Namun, perkembangan kesenian yang memprihatinkan, --dan pemerintah setempat tidak kunjung memberikan ruang bagi seniman--, maka Pitu Room cafe pun disulap selain menjadi ajang usaha juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas seniman. ’’Pada awalnya kami justru tidak berniat mendirikan komunitas seniman. Namun karena banyak sekali teman-teman yang mengeluh tidak ada tempat berkreasi, ya sudah kita berpikir kenapa tidak kita fasilitasi aja,’’ tambah Ratna, mence­ita­ r kan awal mula berdirinya Pitu Room. Elisantus dan Ratna adalah seniman. Elisantus seorang pemain gitar, sedangkan Ratna adalah seorang pemain teater. Kecintaan mereka pada seni mendorong membantu memajukan kesenian Sumatera Utara. Bahkan, ketika ditanyakan apakah ada pekerjaan lain, keduanya kompak menjawab tidak. ’’Penghasilan kita ya cuman dari Pitu Room ini. Kita tidak mau profesi lain, kita mau fokus di sini aja, di bidang kesenian saja,’’ papar Ratna. Sejumlah kegiatan telah banyak dilakukan komunitas Pitu Room. Salah satunya adalah pementasan rutin di Pitu Room Café, setiap hari Jumat. Pementasan ini tidak memungut biaya bagi band/individu yang ingin tampil. Dana pemasukan dipungut dari penonton yang dikenakan tiket seharga Rp 10.000 yang dapat diganti dengan Ice Tea. Band yang ingin tampil justru tidak harus band yang sudah memiliki nama. ’’Siapa saja boleh tampil, bahkan anak-anak SD atau SMP yang mau ngeband juga kita persilakan. Jadi mereka bisa latihan buat tampil di depan orang,’’ ucap Elisantus. Mengenai genre musik yang dimainkan, menurut Elisantus, bebas. ’’Mau blues, jazz, easy melody, metal, rock, silakan. All genre kita terima,’’ paparnya. Selain pementasan rutin tiap Juma, kegiatan lain yang dilakukan adalah kegiatan Seni dan Budaya, setiap Selasa. ’’Jadi yang mau ngeband silakan, yang mau puisi silakan, yang mau teater silakan. Kita bebasin kawankawan mau ngapain,’’ papar Ratna. Pitu Room juga telah beberapa kali membantu mengorbitkan band pemula. Sebab, menurut mereka, serin gkali cafe atau label rekaman hanya membantu band-band besar yang sudah memiliki nama. Ke depan, Pitu Room ingin menggelar Theater for Education. Konsep dari kegiatan ini, adalah memberikan pelatihan teater kepada siswa-siswa yang ada di sekolah Deli Serdang dan Medan. Kegiatan lain adalah Stand Up Comedy, melihat minat anak muda Medan semakin berkembang. (adelita)