First You 10th Edition Embracing The Great Life | 页面 31

ada di dalamnya agar properti tetap bagus dan laku di pasaran. Contoh lain adalah, jika Anda memiliki aset tanah, maka Anda membutuhkan jasa notaris dan pejabat pembuat akte tanah. Kompleksitas yang Anda hadapi akan bertambah jika aset ini akan diberikan kepada ahli waris di masa depan. Semua aset yang disebutkan tersebut faktanya membutuhkan tambahan biaya diluar dari nilai aset itu sendiri. Jika Anda sekarang berinvestasi pada emas, Anda harus mampu menjaga aset ini di tempat yang aman yang membutuhkan biaya dan pengawasan. Anda juga harus memerhatikan harga jual dan beli emas yang fluktuatif. Lalu, bagaimana dengan paper asset? Apakah berinvestasi di paper asset memerlukan modal yang sama besarnya seperti model investasi lainnya? Idealnya, berinvestasi dalam bentuk paper asset adalah dengan menyisihkan 30% dari total penghasilan per bulan. Dalam simulasinya, jika penghasilan Anda per bulan sebesar Rp500 juta, maka jumlah yang ideal untuk diinvestasikan adalah Rp150 juta setiap bulannya dalam model paper asset. Mengenal Paper Asset Paper asset atau aset kertas adalah jenis aset yang ada di pasar uang dan pasar modal. Contohnya adalah valuta asing, surat utang negara atau obligasi. Sedangkan investasi di pasar modal berupa saham atau reksa dana. Kecuali kupon pada obligasi, jenis investasi kertas ini akan memberikan keuntungan pada saat menjual kembali aset tersebut dengan harga pasar yang lebih tinggi (margin on capital gain). Bank Mega juga turut andil dalam mendistribusikan atau menjual paper asset tersebut, melalui Wealth Product, yang diantaranya Reksadana, Obligasi Pemerintah, dan Valuta Asing. Kalau dilihat dari risikonya, investasi dalam bentuk paper asset ini berbeda dari bentuk investasi lainnya. Surat utang negara akan cenderung lebih aman dibandingkan saham, mengingat pergerakannya yang relatif stabil dan kemungkinan gagal bayarnya sangat kecil. Sementara saham, kendati dalam jangka pendek lebih fluktuatif dibandingkan surat utang, tapi bisa memberikan keuntungan yang jauh lebih tinggi dalam jangka panjang. Tentu saja Anda harus menjatuhkan pilihan yang tepat, salah satunya dengan mempertimbangkan kondisi fundamental perusahaan yang sahamnya dijadikan instrumen investasi. Secara umum memiliki paper asset tidak kalah menarik dibanding dengan real asset atau konvensional. Berikut ini merupakan beberapa keuntungan berinvestasi dalam bentuk paper asset: - Nilai paper asset terus tumbuh, instrumen paper asset memiliki potensi peningkatan. - Modal berinvestasi cukup terjangkau. Untuk memulai berinvestasi di paper asset tidak memerlukan modal yang besar, misalnya dengan dana yang minim kita dapat membeli reksadana, obligasi ataupun saham. - Biaya maintenance minim. Memiliki paper asset tidak memerlukan biaya tinggi. Contohnya, biaya perawatan rumah serta biaya proses kepemilikan rumah. - Mudah dicairkan dan diperjualbelikan, ketika situasi darurat paper asset sangat likuid atau mudah untuk pencairan dan transaksi jual beli pun bisa dilakukan dengan cepat. Pada akhirnya, berinvestasi di paper asset memiliki potensi keuntungan serta risiko. Sebagai langkah yang bijak, sebaiknya tentukan terlebih dahulu tujuan berinvestasi, baik jangka waktu dan risk profile kita. Selamat berinvestasi! FIRST YOU 31