RESENSI
P E R JA L A NA N K U
adalah
P E R JA L A NA N M U
OLEH : MUHAMMAD IQBAL
TITIK NOL BUKAN sekadar catatan perjalanan
seorang backpacker yang berkeliling Asia. Titik nol
adalah catatan seorang perenung dan pembelajar
yang seiring perjalanannya mendapatkan hikmah
kehidupan. Agus menerapkan prinsip ini dalam
perjalanannya: di mana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung. Dia betul-betul bernapas dengan budaya
lokal. Sampai-sampai dia ikut menggeleng-gelengkan kepalanya ketika di India, mengikuti budaya masyarakat India. Dia juga enggan untuk melihat wajah
lawan jenis ketika di Pakistan, karena masyarakat
setempat melakukannya.
Pengalaman buruk? Agus sudah kenyang
dengan bumbu yang satu ini. Di hari pertama perjalanannya, dia sudah kemalingan. Itu juga terjadi di
hari kedua. Di hari-hari berikutnya, Agus mengalami
percobaan pemerkosaan, penyakit hepatitis yang
membuat matanya menguning berminggu-minggu, mengalami penipuan, dan sepertinya dia telah
mengalami semua hal tidak menyenangkan selama
perjalanan. Tapi toh memang di situ serunya, bukan?
Perjalanannya begitu menggoda dibalut
49
b a c k p a Ck i n I
A pril - M E I 2 0 1 3
PRIL
dengan gaya bahasa deskriptif yang membuat
pembaca seakan ikut di dalamnya. Tengok saja ketika
Agus mendapati fantasi dan realita yang begitu berjauhan di Kathmandu (Nepal). Di sebuah pusat turis
di Kathmandu, mudah sekali menemukan huru-hara
para turis, pesta perayaan, dan tetabuhan seruling
yang menyemarakkan kuil. Tapi dengan berjalan
sedikit saja ke jalan Rani Pokhari, ironi ada di depan
mata: demonstrasi besar, jalan macet luar biasa, mahasiswa berteriak demokrasi, polisi di mana-mana.
Nepal mengalami gejolak politik yang begitu hebat
karena harga-harga melambung.
Tengok juga bagaimana Agus mendapati
paradoksal besar di India. Di satu sisi memberikan
fasilitas kesehatan gratis, bahkan untuk orang asing,
tetapi tepat di depan rumah sakit banyak orang yang
seperti tinggal menunggu mati. Di satu sisi mudah
sekali menemukan gedung-gedung pencakar langit,
tapi tepat di depannya tersebar gubuk kumuh. Orang
pun sudah terbiasa melihat bayi yang dibuang di
jalanan dan tak ambil pusing dengan itu. Kita dibawa
larut dalam suasana yang dialami Agus.
APRIL-MEI 2013
I b a c K p a Ck i n
50