EQUATORSPACE #01 | Page 38

DEFENCE dari itu, bahwa ketinggian itu sendiri adalah sebuah kekuatan. Penguasaan ketinggian tidak hanya akan membawa sebuah negara memenangkan perang, namun juga membuat sebuah negara disegani—kalaupun tidak ditakuti—sehingga siapapun berpikir seribu kali untuk menantangnya berperang. ANTARIKSA UNTUK MEMPERTAHANKAN KEDAULATAN Berbicara panjang lebar tentang ketinggian, suka tidak suka kita akan sampai ke “antariksa”. Bila terkait pertahanan negara, maka antariksa itu sejatinya menjadi aset penting dan bagian dari kekuatan angkatan perang kita. Pertanyaannya sekarang “Seberapa jauh Indonesia memahami pentingnya penguasaan antariksa ini untuk mempertahankan kedaulatannya?” Indonesia dituntut untuk lebih adaptif dengan segala perkembangan pertahanan (Revolution in Military Affairs) di era sekarang dan yang akan datang. Ketika negara-negara di kawasan kita telah memiliki konsep pertahanan yang mengoptimalkan dimensi vertikal (baik secara mandiri maupun melalui aliansi dengan negaranegara maju), kita tidak bisa lagi berpikir sebatas 40 atau 50 ribu kaki di atas permukaan laut untuk memaknai “penguasaan atas ketinggian” ini. Gerakan ribuan tank, ratusan kapal atau pesawat tempur hanya akan menjadi sebuah “rombongan” ketika kita bahkan tidak bisa mendengar dan melihat kawan kita sendiri, alih-alih mendengar dan melihat musuh kita. Sebaliknya, ketika musuh melalui penguasaan antariksanya “mengetahui apa yang kita pikirkan”, gerakan ribuan tank, kapal atau pesawat tadi hanya akan menjadi pemborosan sumber daya karena operasi militer itu “fail to accomplish the mission”. Lebih dari 8 juta km2 luas antariksa kita semestinya menjadi kekayaan bagi kita sendiri, bukan lahan “pesta” bagi orang lain karena ketiadaan visi kita untuk memanfaatkannya. Kita semestinya memiliki cukup ruang untuk “mendengar” dan “melihat” orang lain, sehingga pesawat, kapal atau tank kita benar-benar hanya digunakan untuk “memukul” saat serangan datang, bukan digerakkan secara sporadis karena kita “buta” dan “tuli”, dan akhirnya menjadi “paranoid” karena selalu merasa terancam, tapi tidak tahu kapan dan dari mana ancaman itu datang. Ketika kita punya mata dan telinga, tangan dan kaki kita dapat kita siapkan untuk mempertahankan diri ke arah yang tepat, pada waktu yang tepat pula. Karena kita siap, musuh kitapun akan “mundur” dengan kesadarannya sendiri. Di situlah kita dapat mengalahkan musuh kita tanpa harus berperang, sehingga masyarakat kita dapat hidup dalam kedamaian. Nyatalah bahwa kedamaian bagi masyarakat hanya dapat dihadirkan oleh mereka yang siap untuk berperang. § Si vis pacem para bellum. EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM 37 37