DEFENCE
dari itu, bahwa ketinggian itu sendiri adalah
sebuah kekuatan. Penguasaan ketinggian
tidak hanya akan membawa sebuah negara
memenangkan perang, namun juga membuat
sebuah negara disegani—kalaupun tidak
ditakuti—sehingga siapapun berpikir seribu
kali untuk menantangnya berperang.
ANTARIKSA UNTUK MEMPERTAHANKAN
KEDAULATAN
Berbicara panjang lebar tentang ketinggian,
suka tidak suka kita akan sampai ke
“antariksa”. Bila terkait pertahanan negara,
maka antariksa itu sejatinya menjadi aset
penting dan bagian dari kekuatan angkatan
perang kita. Pertanyaannya sekarang
“Seberapa jauh Indonesia memahami
pentingnya penguasaan antariksa ini untuk
mempertahankan kedaulatannya?”
Indonesia dituntut untuk lebih adaptif
dengan segala perkembangan pertahanan
(Revolution in Military Affairs) di era
sekarang dan yang akan datang. Ketika
negara-negara di kawasan kita telah memiliki
konsep pertahanan yang mengoptimalkan
dimensi vertikal (baik secara mandiri
maupun melalui aliansi dengan negaranegara maju), kita tidak bisa lagi berpikir
sebatas 40 atau 50 ribu kaki di atas
permukaan laut untuk memaknai
“penguasaan atas ketinggian” ini. Gerakan
ribuan tank, ratusan kapal atau pesawat
tempur hanya akan menjadi sebuah
“rombongan” ketika kita bahkan tidak bisa
mendengar dan melihat kawan kita sendiri,
alih-alih mendengar dan melihat musuh kita.
Sebaliknya, ketika musuh melalui
penguasaan antariksanya “mengetahui apa
yang kita pikirkan”, gerakan ribuan tank,
kapal atau pesawat tadi hanya akan menjadi
pemborosan sumber daya karena operasi
militer itu “fail to accomplish the mission”.
Lebih dari 8 juta km2 luas antariksa kita
semestinya menjadi kekayaan bagi kita
sendiri, bukan lahan “pesta” bagi orang lain
karena ketiadaan visi kita untuk
memanfaatkannya. Kita semestinya memiliki
cukup ruang untuk “mendengar” dan
“melihat” orang lain, sehingga pesawat, kapal
atau tank kita benar-benar hanya digunakan
untuk “memukul” saat serangan datang,
bukan digerakkan secara sporadis karena kita
“buta” dan “tuli”, dan akhirnya menjadi
“paranoid” karena selalu merasa terancam,
tapi tidak tahu kapan dan dari mana ancaman
itu datang.
Ketika kita punya mata dan telinga, tangan
dan kaki kita dapat kita siapkan untuk
mempertahankan diri ke arah yang tepat,
pada waktu yang tepat pula. Karena kita siap,
musuh kitapun akan “mundur” dengan
kesadarannya sendiri. Di situlah kita dapat
mengalahkan musuh kita tanpa harus
berperang, sehingga masyarakat kita dapat
hidup dalam kedamaian. Nyatalah bahwa
kedamaian bagi masyarakat hanya dapat
dihadirkan oleh mereka yang siap untuk
berperang. §
Si vis pacem para bellum.
EQUATORSPACE.COM
EQUATORSPACE.COM
37
37