EQUATORSPACE #01 | Page 26

EQUATORSPACE. COM 25 EQUATORSPACE. COM 25
SPACEBUSINESS
lain, kepemilikan slot, maksimasi kapasitas, dan model layanan.
Bentuk Indonesia
Bentuk Indonesia yang bisa disebut seperti pisang atau sepatu dan terdiri dari pulaupulau menjadi tantangan tersediri dalam merancang HTS yang optimal. Selain itu, sebaran penduduk yang tidak merata juga menjadi salah satu faktor penting. Bentuk dan sebaran penduduk Indonesia tersebut merupakan batasan yang menyebabkan pengembangan HTS, hanya untuk mencakup Indonesia, menjadi kurang optimal. Dalam hal ini, HTS dimaksud adalah menggunakan Satelit Geo Stationer dengan spektrum Ka-Band.
Merujuk kondisi tersebut, maka pertanyaan Indonedia membangun sendiri?, bukanlah mempertanyakan kemampuan Indonesia tetapi mengenai optimalisasi HTS. Mengingat bentuk Indonesia yang relatif kurang luas bila dibanding dengan kemampuan suatu HTS, maka opsi kerja sama perlu dipertimbangkan. Perlunya kerja sama dengan negara tetangga akan diuraikan lebih lanjut. Faktor yang perlu dipertimbangkan mengapa kerja sama diperlukan dalam pengembangan HTS antara
Filing Ka-Band Indonesia Hingga saat ini Indonesia baru memiliki filing Ka-band yang sangat Junior. Bisa disebut Indonesia terlambat mengantisipasi kebutuhan akan spektrum. Disisi lain negara lain telah menguasai filing Ka-band pada slot orbit yang strategis untuk Indonesia, yaitu di antara slot 80 o BT hingga 160 0 BT. Berdasarkan kondisi ini, maka pembangunan HTS memerlukan kerja sama dengan pemilik slot tersebut. Bentuk kerja sama dapat berupa penggunaan slot atau dapat kerja sama dalam membangun HTS bersama. Praktik ini jamak dalam operasi dan bisnis satelit.
Optimalisasi Pengembangan HTS Memaksimalkan kapasitas HTS adalah dengan mengoptimalkan penggunaan spektrum secara berulang melalui spot beam berganda. Kapasitas HTS berbanding lurus dengan lebar frekuensi yang digunakan dan jumlah spot beam yang dikembangkan. Frekuensi tergantung karakteristik filing yang dimiliki, dalam hal Ka-band maksimum yang bisa digunakan sebesar 2.5 Ghz( Frekuensi uplink: 27 – 29.5 GHz, frekuensi downlink: 17.7 – 20.2 GH). Jumlah spot beam tergantung daerah yang akan dicakup, seperti disebutkan sebelumnya, bentuk dan sebaran penduduk Indonesia menjadi pembatas jumlah spot beam yang dimaksud.
Bila diameter spot beam dirancang menyesuaikan dengan kepadatan demand,
EQUATORSPACE. COM 25 EQUATORSPACE. COM 25