merupakan salah satu kunci kesuksesan perusahaan.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara memperlakukan karyawan dengan tepat sehingga sesuai dengan kemauan perusahaan. Memperlakukan karyawan dengan tepat tak lepas dari mengetahui apa
yang karyawan mau. Lalu apa sebenarnya kemauan karyawan?
MaDeSu (Masa Depan Suram)
Survei Deloitte di tahun 2019 mengungkapkan tentang aspek-aspek yang dimaui karyawan generasi
milenial dan generasi Z. Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 serta generasi Z yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 sedang mewarnai dunia kerja. Merekalah masa depan dunia kerja saat ini. Secara garis besar, survei yang melibatkan 16.400 responden dari berbagai negara ini
menunjukkan bahwa baik kaum milenial dan generasi Z cenderung lebih pesimistis terhadap masa depan. Sikap optimis hanya terlihat dari sebagian responen baik dari segi ekonomi (26%), politik (22%), dan sosial (18%).
Sehubungan dengan pesimisme di dunia kerja, responden yang sedang tidak bekerja pesimis apakah
mereka memiliki keahlian yang cukup untuk menghadapi tantangan global saat ini. Sedangkan bagi
responden yang sedang bekerja, sikap pesimisme terjadi dalam hal kemampuan untuk menemukan
pekerjaan yang tepat sesuai dengan industri 4.0. Menurut Andersen, pimpinan bagian Inovasi di
Deloitte, sikap pesimisme ini sebenarnya paradoks mengingat perkembangan teknologi yang
sedemikian rupa membuat akses ke dunia kerja sudah lebih setara dibandingkan masa-masa
sebelumnya.
Filosofi Kerja
Generasi milenial dan generasi Z kental dengan semangat kerja berdasarkan tujuan. Burnout sering
terjadi karena beban kerja yang berlebihan. Boreout terjadi karena kekurangan beban kerja. Pada
generasi milenial dan generasi Z, brownout sangat mungkin terjadi. Brownout adalah suatu kondisi
dimana seseorang merasa bekerja tanpa arah dan tujuan. Bagi seseorang yang mementingkan makna
pekerjaan, gaji dan posisi seringkali menjadi tujuan sampingan. Arti dalam hidup seringkali menjadi
hal penting terutama dalam hal pekerjaan bagi generasi milenial dan generasi Z. Hal ini setidaknya
pendapat satu dari tiga responden survei. Dengan kata lain, jika perusahaan anda ingin menarik
perhatian kandidat, terutama dari golongan muda, berikan makna pada lowongan pekerjaan,
departemen, atau bahkan perusahaan anda.
Hampir sepertiga responden mempertimbangkan pentingnya produk perusahaan dengan dampaknya
pada alam maupun masyarakat. Selain itu, 55% responden percaya bahwa perusahaan memiliki
dampak positif pada masyarakat. Dengan demikian, memperhatikan produk yang ramah lingkungan,
costumer social responsibility, dan hal-hal sosial lainnya dapat berdampak secara langsung atau tidak
langsung dengan image perusahaan di kalangan generasi muda.
Generasi Gawai
Dua generasi ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Survei ini menunjukkan
bahwa 2/3 responden yang telah bekerja dengan status pegawai tetap merasa yakin akan kemampuan
dan keahlian mereka di dunia digital. Apakah ini menandakan bahwa ada hubungan yang saling
mempengaruhi antara status sebagai karyawan tetap dan keyakinan akan kemampuan diri di bidang
digital? Hal ini perlu ditelaah lebih lanjut. Meski demikian, status pegawai tetap dapat memberikan rasa
aman dalam bekerja. Selanjutnya, rasa aman dalam bekerja dapat meningkatkan rasa yakin akan
kemampuan diri.
Generasi ini juga tumbuh dan berkembang dalam dunia dimana teknologi telah menjadi bagian dari
hidup sehari-hari. Survei ini membuktikan sikap antara benci tapi rindu atau malu-malu butuh dari
kedua generasi ini terhadap sosial media. 71% responden berpendapat bahwa gawai dan sosial media
memiliki manfaat positif. Meski demikian, 40% responden merasa cemas jika tidak mengakses akun
sosial media mereka sehari saja. Hal ini juga disetujui oleh 64% responden yang percaya bahwa mereka
akan lebih sehat secara fisik jika mengurangi konsumsi sosial media. 6 dari 10 responden juga percaya
bahwa mereka akan lebih bahagia jika mereka tidak mengkonsumsi sosial media. Lebih lanjut, 54%
generasi milenial dan 44% generasi Z percaya bahwa mereka sanggup hidup tanpa sosial media.
Apa dampak dari hasil-hasil ini terhadap perusahaan? Eksistensi perusahaan di dunia maya, terutama di
sosial media, dapat berperan penting sebagai jembatan antara perusahaan dan kaum muda. Hal ini
terutama sosial media telah menjadi bagian hidup generasi muda saat ini.
Ambisius
Generasi-generasi ini tidak kalah ambisiusnya dengan generasi-generasi sebelumnya. Lebih dari
setengah total jumlah responden ingin memiliki gaji besar dan kaya raya. Meski demikian, tujuan
mereka berbeda dengan generasi sebelumnya. Jalan-jalan dan melihat dunia adalah tujuan lebih dari
setengah jumlah responden (57%). Tujuan utama berikutnya adalah memiliki rumah / apartemen milik
sendiri (49%). Tujuan terbesar berikutnya adalah memiliki dampak positif di masyarakat (46%). Jangan
kita bahwa generasi-generasi ini adalah generasi yang individualistis. Setidaknya menurut survei, 39%
responden ingin berkeluarga dan memiliki keturunan.
Apa dampak dari survei ini pada perusahaan? Tentu saja setiap perusahaan tidak dapat langsung
memberikan gaji yang besar ke setiap pegawai. Meski demikian, ada hal-hal yang tetap dapat diberikan
perusahaan untuk menjadikan tempat kerja menarik bagi kaum muda. Misalnya, kerjasama dengan
diskon transportasi kendaraan umum untuk tujuan wisata atau voucher menginap dapat menjadi iming-
iming untuk program karyawan teladan bulanan atau tahunan. Bantuan keuangan beberapa persen
untuk kepemilikan rumah terhadap karyawan tetap yang telah bekerja selama beberapa puluh tahun
juga dapat menjadi pilihan yang menarik bagi kaum muda. Fleksibilitas, fasilitas, dan tunjangan yang
berhubungan dengan keluarga tentu saja juga menarik bagi para pekerja muda. Meski demikian, ada
satu hal gratis yang dapat diberikan perusahaan untuk memenangkan hati kaum muda, yakni memberi
makna dan tujuan bagi pekerjaan, departemen, atau bahkan perusahaan.
Secara garis besar, ada perbedaan antara generasi milenial dan generasi Z dengan generasi-generasi
sebelumnya. Banyak perusahaan telah sadar bahwa sumber daya manusia adalah aset terbesar
perusahaan. Dengan demikian, mengingat generasi ini adalah masa depan perusahaan, adalah hal
penting untuk mempertimbangkan kemauan generasi ini demi perkembangan dan kemajuan
perusahaan.
mereka memiliki keahlian yang cukup untuk menghadapi tantangan global saat ini. Sedangkan bagi responden yang sedang bekerja, sikap pesimisme terjadi dalam hal kemampuan untuk menemukan pekerjaan yang tepat sesuai dengan industri 4.0. Menurut Andersen, pimpinan bagian Inovasi di Deloitte, sikap pesimisme ini sebenarnya paradoks mengingat perkembangan teknologi yang sedemikian rupa membuat akses ke dunia kerja sudah lebih setara dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Filosofi Kerja
Generasi milenial dan generasi Z kental dengan semangat kerja berdasarkan tujuan. Burnout sering terjadi karena beban kerja yang berlebihan. Boreout terjadi karena kekurangan beban kerja. Pada generasi milenial dan generasi Z, brownout sangat mungkin terjadi. Brownout adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa bekerja tanpa arah dan tujuan. Bagi seseorang yang mementingkan makna
pekerjaan, gaji dan posisi seringkali menjadi tujuan sampingan. Arti dalam hidup seringkali menjadi
hal penting terutama dalam hal pekerjaan bagi generasi milenial dan generasi Z. Hal ini setidaknya pendapat satu dari tiga responden survei. Dengan kata lain, jika perusahaan anda ingin menarik perhatian kandidat, terutama dari golongan muda, berikan makna pada lowongan pekerjaan,
departemen, atau bahkan perusahaan anda.
Hampir sepertiga responden mempertimbangkan pentingnya produk perusahaan dengan dampaknya
pada alam maupun masyarakat. Selain itu, 55% responden percaya bahwa perusahaan memiliki
dampak positif pada masyarakat. Dengan demikian, memperhatikan produk yang ramah lingkungan,
costumer social responsibility, dan hal-hal sosial lainnya dapat berdampak secara langsung atau tidak
langsung dengan image perusahaan di kalangan generasi muda.
Generasi Gawai
Dua generasi ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Survei ini menunjukkan
bahwa 2/3 responden yang telah bekerja dengan status pegawai tetap merasa yakin akan kemampuan
dan keahlian mereka di dunia digital. Apakah ini menandakan bahwa ada hubungan yang saling
mempengaruhi antara status sebagai karyawan tetap dan keyakinan akan kemampuan diri di bidang
digital? Hal ini perlu ditelaah lebih lanjut. Meski demikian, status pegawai tetap dapat memberikan rasa
aman dalam bekerja. Selanjutnya, rasa aman dalam bekerja dapat meningkatkan rasa yakin akan
kemampuan diri.
Generasi ini juga tumbuh dan berkembang dalam dunia dimana teknologi telah menjadi bagian dari
hidup sehari-hari. Survei ini membuktikan sikap antara benci tapi rindu atau malu-malu butuh dari
kedua generasi ini terhadap sosial media. 71% responden berpendapat bahwa gawai dan sosial media
memiliki manfaat positif. Meski demikian, 40% responden merasa cemas jika tidak mengakses akun
sosial media mereka sehari saja. Hal ini juga disetujui oleh 64% responden yang percaya bahwa mereka
akan lebih sehat secara fisik jika mengurangi konsumsi sosial media. 6 dari 10 responden juga percaya
bahwa mereka akan lebih bahagia jika mereka tidak mengkonsumsi sosial media. Lebih lanjut, 54%
generasi milenial dan 44% generasi Z percaya bahwa mereka sanggup hidup tanpa sosial media.
Apa dampak dari hasil-hasil ini terhadap perusahaan? Eksistensi perusahaan di dunia maya, terutama di
sosial media, dapat berperan penting sebagai jembatan antara perusahaan dan kaum muda. Hal ini
terutama sosial media telah menjadi bagian hidup generasi muda saat ini.
Ambisius
Generasi-generasi ini tidak kalah ambisiusnya dengan generasi-generasi sebelumnya. Lebih dari
setengah total jumlah responden ingin memiliki gaji besar dan kaya raya. Meski demikian, tujuan
mereka berbeda dengan generasi sebelumnya. Jalan-jalan dan melihat dunia adalah tujuan lebih dari
setengah jumlah responden (57%). Tujuan utama berikutnya adalah memiliki rumah / apartemen milik
sendiri (49%). Tujuan terbesar berikutnya adalah memiliki dampak positif di masyarakat (46%). Jangan
kita bahwa generasi-generasi ini adalah generasi yang individualistis. Setidaknya menurut survei, 39%
responden ingin berkeluarga dan memiliki keturunan.
Apa dampak dari survei ini pada perusahaan? Tentu saja setiap perusahaan tidak dapat langsung
memberikan gaji yang besar ke setiap pegawai. Meski demikian, ada hal-hal yang tetap dapat diberikan
perusahaan untuk menjadikan tempat kerja menarik bagi kaum muda. Misalnya, kerjasama dengan
diskon transportasi kendaraan umum untuk tujuan wisata atau voucher menginap dapat menjadi iming-
iming untuk program karyawan teladan bulanan atau tahunan. Bantuan keuangan beberapa persen
untuk kepemilikan rumah terhadap karyawan tetap yang telah bekerja selama beberapa puluh tahun
juga dapat menjadi pilihan yang menarik bagi kaum muda. Fleksibilitas, fasilitas, dan tunjangan yang
berhubungan dengan keluarga tentu saja juga menarik bagi para pekerja muda. Meski demikian, ada
satu hal gratis yang dapat diberikan perusahaan untuk memenangkan hati kaum muda, yakni memberi
makna dan tujuan bagi pekerjaan, departemen, atau bahkan perusahaan.
Secara garis besar, ada perbedaan antara generasi milenial dan generasi Z dengan generasi-generasi
sebelumnya. Banyak perusahaan telah sadar bahwa sumber daya manusia adalah aset terbesar
perusahaan. Dengan demikian, mengingat generasi ini adalah masa depan perusahaan, adalah hal
penting untuk mempertimbangkan kemauan generasi ini demi perkembangan dan kemajuan
perusahaan.