Edisi XVIII Jun 2022 Internet & Keluarga XVIII Jun 2022 | Page 45

merupakan salah satu kunci kesuksesan perusahaan.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara memperlakukan karyawan dengan tepat sehingga sesuai dengan kemauan perusahaan. Memperlakukan karyawan dengan tepat tak lepas dari mengetahui apa

yang karyawan mau. Lalu apa sebenarnya kemauan karyawan?

MaDeSu (Masa Depan Suram)

Survei Deloitte di tahun 2019 mengungkapkan tentang aspek-aspek yang dimaui karyawan generasi

milenial dan generasi Z. Generasi milenial yang lahir antara tahun 1981 hingga 1996 serta generasi Z yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 sedang mewarnai dunia kerja. Merekalah masa depan dunia kerja saat ini. Secara garis besar, survei yang melibatkan 16.400 responden dari berbagai negara ini

menunjukkan bahwa baik kaum milenial dan generasi Z cenderung lebih pesimistis terhadap masa depan. Sikap optimis hanya terlihat dari sebagian responen baik dari segi ekonomi (26%), politik (22%), dan sosial (18%).

Sehubungan dengan pesimisme di dunia kerja, responden yang sedang tidak bekerja pesimis apakah

mereka memiliki keahlian yang cukup untuk menghadapi tantangan global saat ini. Sedangkan bagi

responden yang sedang bekerja, sikap pesimisme terjadi dalam hal kemampuan untuk menemukan

pekerjaan yang tepat sesuai dengan industri 4.0. Menurut Andersen, pimpinan bagian Inovasi di

Deloitte, sikap pesimisme ini sebenarnya paradoks mengingat perkembangan teknologi yang

sedemikian rupa membuat akses ke dunia kerja sudah lebih setara dibandingkan masa-masa

sebelumnya.

Filosofi Kerja

Generasi milenial dan generasi Z kental dengan semangat kerja berdasarkan tujuan. Burnout sering

terjadi karena beban kerja yang berlebihan. Boreout terjadi karena kekurangan beban kerja. Pada

generasi milenial dan generasi Z, brownout sangat mungkin terjadi. Brownout adalah suatu kondisi

dimana seseorang merasa bekerja tanpa arah dan tujuan. Bagi seseorang yang mementingkan makna

pekerjaan, gaji dan posisi seringkali menjadi tujuan sampingan. Arti dalam hidup seringkali menjadi

hal penting terutama dalam hal pekerjaan bagi generasi milenial dan generasi Z. Hal ini setidaknya

pendapat satu dari tiga responden survei. Dengan kata lain, jika perusahaan anda ingin menarik

perhatian kandidat, terutama dari golongan muda, berikan makna pada lowongan pekerjaan,

departemen, atau bahkan perusahaan anda.

Hampir sepertiga responden mempertimbangkan pentingnya produk perusahaan dengan dampaknya

pada alam maupun masyarakat. Selain itu, 55% responden percaya bahwa perusahaan memiliki

dampak positif pada masyarakat. Dengan demikian, memperhatikan produk yang ramah lingkungan,

costumer social responsibility, dan hal-hal sosial lainnya dapat berdampak secara langsung atau tidak

langsung dengan image perusahaan di kalangan generasi muda.

Generasi Gawai

Dua generasi ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Survei ini menunjukkan

bahwa 2/3 responden yang telah bekerja dengan status pegawai tetap merasa yakin akan kemampuan

dan keahlian mereka di dunia digital. Apakah ini menandakan bahwa ada hubungan yang saling

mempengaruhi antara status sebagai karyawan tetap dan keyakinan akan kemampuan diri di bidang

digital? Hal ini perlu ditelaah lebih lanjut. Meski demikian, status pegawai tetap dapat memberikan rasa

aman dalam bekerja. Selanjutnya, rasa aman dalam bekerja dapat meningkatkan rasa yakin akan

kemampuan diri.

Generasi ini juga tumbuh dan berkembang dalam dunia dimana teknologi telah menjadi bagian dari

hidup sehari-hari. Survei ini membuktikan sikap antara benci tapi rindu atau malu-malu butuh dari

kedua generasi ini terhadap sosial media. 71% responden berpendapat bahwa gawai dan sosial media

memiliki manfaat positif. Meski demikian, 40% responden merasa cemas jika tidak mengakses akun

sosial media mereka sehari saja. Hal ini juga disetujui oleh 64% responden yang percaya bahwa mereka

akan lebih sehat secara fisik jika mengurangi konsumsi sosial media. 6 dari 10 responden juga percaya

bahwa mereka akan lebih bahagia jika mereka tidak mengkonsumsi sosial media. Lebih lanjut, 54%

generasi milenial dan 44% generasi Z percaya bahwa mereka sanggup hidup tanpa sosial media.

Apa dampak dari hasil-hasil ini terhadap perusahaan? Eksistensi perusahaan di dunia maya, terutama di

sosial media, dapat berperan penting sebagai jembatan antara perusahaan dan kaum muda. Hal ini

terutama sosial media telah menjadi bagian hidup generasi muda saat ini.

Ambisius

Generasi-generasi ini tidak kalah ambisiusnya dengan generasi-generasi sebelumnya. Lebih dari

setengah total jumlah responden ingin memiliki gaji besar dan kaya raya. Meski demikian, tujuan

mereka berbeda dengan generasi sebelumnya. Jalan-jalan dan melihat dunia adalah tujuan lebih dari

setengah jumlah responden (57%). Tujuan utama berikutnya adalah memiliki rumah / apartemen milik

sendiri (49%). Tujuan terbesar berikutnya adalah memiliki dampak positif di masyarakat (46%). Jangan

kita bahwa generasi-generasi ini adalah generasi yang individualistis. Setidaknya menurut survei, 39%

responden ingin berkeluarga dan memiliki keturunan.

Apa dampak dari survei ini pada perusahaan? Tentu saja setiap perusahaan tidak dapat langsung

memberikan gaji yang besar ke setiap pegawai. Meski demikian, ada hal-hal yang tetap dapat diberikan

perusahaan untuk menjadikan tempat kerja menarik bagi kaum muda. Misalnya, kerjasama dengan

diskon transportasi kendaraan umum untuk tujuan wisata atau voucher menginap dapat menjadi iming-

iming untuk program karyawan teladan bulanan atau tahunan. Bantuan keuangan beberapa persen

untuk kepemilikan rumah terhadap karyawan tetap yang telah bekerja selama beberapa puluh tahun

juga dapat menjadi pilihan yang menarik bagi kaum muda. Fleksibilitas, fasilitas, dan tunjangan yang

berhubungan dengan keluarga tentu saja juga menarik bagi para pekerja muda. Meski demikian, ada

satu hal gratis yang dapat diberikan perusahaan untuk memenangkan hati kaum muda, yakni memberi

makna dan tujuan bagi pekerjaan, departemen, atau bahkan perusahaan.

Secara garis besar, ada perbedaan antara generasi milenial dan generasi Z dengan generasi-generasi

sebelumnya. Banyak perusahaan telah sadar bahwa sumber daya manusia adalah aset terbesar

perusahaan. Dengan demikian, mengingat generasi ini adalah masa depan perusahaan, adalah hal

penting untuk mempertimbangkan kemauan generasi ini demi perkembangan dan kemajuan

perusahaan.

mereka memiliki keahlian yang cukup untuk menghadapi tantangan global saat ini. Sedangkan bagi responden yang sedang bekerja, sikap pesimisme terjadi dalam hal kemampuan untuk menemukan pekerjaan yang tepat sesuai dengan industri 4.0. Menurut Andersen, pimpinan bagian Inovasi di Deloitte, sikap pesimisme ini sebenarnya paradoks mengingat perkembangan teknologi yang sedemikian rupa membuat akses ke dunia kerja sudah lebih setara dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Filosofi Kerja

Generasi milenial dan generasi Z kental dengan semangat kerja berdasarkan tujuan. Burnout sering terjadi karena beban kerja yang berlebihan. Boreout terjadi karena kekurangan beban kerja. Pada generasi milenial dan generasi Z, brownout sangat mungkin terjadi. Brownout adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa bekerja tanpa arah dan tujuan. Bagi seseorang yang mementingkan makna

pekerjaan, gaji dan posisi seringkali menjadi tujuan sampingan. Arti dalam hidup seringkali menjadi

hal penting terutama dalam hal pekerjaan bagi generasi milenial dan generasi Z. Hal ini setidaknya pendapat satu dari tiga responden survei. Dengan kata lain, jika perusahaan anda ingin menarik perhatian kandidat, terutama dari golongan muda, berikan makna pada lowongan pekerjaan,

departemen, atau bahkan perusahaan anda.

Hampir sepertiga responden mempertimbangkan pentingnya produk perusahaan dengan dampaknya

pada alam maupun masyarakat. Selain itu, 55% responden percaya bahwa perusahaan memiliki

dampak positif pada masyarakat. Dengan demikian, memperhatikan produk yang ramah lingkungan,

costumer social responsibility, dan hal-hal sosial lainnya dapat berdampak secara langsung atau tidak

langsung dengan image perusahaan di kalangan generasi muda.

Generasi Gawai

Dua generasi ini ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Survei ini menunjukkan

bahwa 2/3 responden yang telah bekerja dengan status pegawai tetap merasa yakin akan kemampuan

dan keahlian mereka di dunia digital. Apakah ini menandakan bahwa ada hubungan yang saling

mempengaruhi antara status sebagai karyawan tetap dan keyakinan akan kemampuan diri di bidang

digital? Hal ini perlu ditelaah lebih lanjut. Meski demikian, status pegawai tetap dapat memberikan rasa

aman dalam bekerja. Selanjutnya, rasa aman dalam bekerja dapat meningkatkan rasa yakin akan

kemampuan diri.

Generasi ini juga tumbuh dan berkembang dalam dunia dimana teknologi telah menjadi bagian dari

hidup sehari-hari. Survei ini membuktikan sikap antara benci tapi rindu atau malu-malu butuh dari

kedua generasi ini terhadap sosial media. 71% responden berpendapat bahwa gawai dan sosial media

memiliki manfaat positif. Meski demikian, 40% responden merasa cemas jika tidak mengakses akun

sosial media mereka sehari saja. Hal ini juga disetujui oleh 64% responden yang percaya bahwa mereka

akan lebih sehat secara fisik jika mengurangi konsumsi sosial media. 6 dari 10 responden juga percaya

bahwa mereka akan lebih bahagia jika mereka tidak mengkonsumsi sosial media. Lebih lanjut, 54%

generasi milenial dan 44% generasi Z percaya bahwa mereka sanggup hidup tanpa sosial media.

Apa dampak dari hasil-hasil ini terhadap perusahaan? Eksistensi perusahaan di dunia maya, terutama di

sosial media, dapat berperan penting sebagai jembatan antara perusahaan dan kaum muda. Hal ini

terutama sosial media telah menjadi bagian hidup generasi muda saat ini.

Ambisius

Generasi-generasi ini tidak kalah ambisiusnya dengan generasi-generasi sebelumnya. Lebih dari

setengah total jumlah responden ingin memiliki gaji besar dan kaya raya. Meski demikian, tujuan

mereka berbeda dengan generasi sebelumnya. Jalan-jalan dan melihat dunia adalah tujuan lebih dari

setengah jumlah responden (57%). Tujuan utama berikutnya adalah memiliki rumah / apartemen milik

sendiri (49%). Tujuan terbesar berikutnya adalah memiliki dampak positif di masyarakat (46%). Jangan

kita bahwa generasi-generasi ini adalah generasi yang individualistis. Setidaknya menurut survei, 39%

responden ingin berkeluarga dan memiliki keturunan.

Apa dampak dari survei ini pada perusahaan? Tentu saja setiap perusahaan tidak dapat langsung

memberikan gaji yang besar ke setiap pegawai. Meski demikian, ada hal-hal yang tetap dapat diberikan

perusahaan untuk menjadikan tempat kerja menarik bagi kaum muda. Misalnya, kerjasama dengan

diskon transportasi kendaraan umum untuk tujuan wisata atau voucher menginap dapat menjadi iming-

iming untuk program karyawan teladan bulanan atau tahunan. Bantuan keuangan beberapa persen

untuk kepemilikan rumah terhadap karyawan tetap yang telah bekerja selama beberapa puluh tahun

juga dapat menjadi pilihan yang menarik bagi kaum muda. Fleksibilitas, fasilitas, dan tunjangan yang

berhubungan dengan keluarga tentu saja juga menarik bagi para pekerja muda. Meski demikian, ada

satu hal gratis yang dapat diberikan perusahaan untuk memenangkan hati kaum muda, yakni memberi

makna dan tujuan bagi pekerjaan, departemen, atau bahkan perusahaan.

Secara garis besar, ada perbedaan antara generasi milenial dan generasi Z dengan generasi-generasi

sebelumnya. Banyak perusahaan telah sadar bahwa sumber daya manusia adalah aset terbesar

perusahaan. Dengan demikian, mengingat generasi ini adalah masa depan perusahaan, adalah hal

penting untuk mempertimbangkan kemauan generasi ini demi perkembangan dan kemajuan

perusahaan.