Edisi XVIII Jun 2022 Internet & Keluarga XVIII Jun 2022 | Page 16

Sebanyak 60% mengakui bahwa mereka menyaksikan cyberbullying, namun tidak berbuat apapun untuk menghentikannya. Sebenarnya banyak yang ingin menghentikan cyberbullying. 4 dari 5 remaja atau sebanyak 81% menyatakan bahwa mereka ingin mengintervensi cyberbullying jika mereka dapat melakukannya secara anonim. Orang tua perlu berhati-hati dalam menyikapi tentang cyberbullying di kalangan remaja dan anak-anak. Hal ini karena anak dan remaja yang mengalami cyberbullying lebih rentan menderita gangguan psikis atau bahkan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri. Padahal, hanya 1 dari 10 anak yang akan memberitahukan orang tua atau orang dewasa lainnya jika cyberbullying terjadi. Untuk itu, diharapkan orang tua lebih proaktif sehubungan dengan kegiatan berinternet anak dan remaja.

 

Selain itu, internet dapat mengembangkan perilaku anti sosial. Perilaku anti sosial tidak hanya ditunjukkan dalam bentuk mengisolasi diri dan menyendiri. Hal ini lebih ditunjukkan pada ketiadaan empati dan sikap agresif bahkan agresif secara fisik terhadap orang lain. Meski perilaku anti sosial mulai benar-benar terlihat pada usia dewasa muda atau usia dewasa, namun perilaku ini sudah mulai ditunjukkan sejak masa kanak-kanak. Lalu apa peran internet dalam hal ini? Internet banyak menebarkan jiwa merasa berhak: merasa berhak untuk maju, merasa berhak untuk sukses, dsb secara individu. Hal ini tidak diimbangi dengan pengertian untuk berkoordinasi atau bekerjasama. Jika sikap merasa berhak ini tidak diimbangi dengan kemampuan diri yang baik atau rasa empati dan toleransi terhadap orang lain dengan baik, sikap ini bisa membuat ybs merasa bahwa yang berhak untuk maju dan berkembang hanya dirinya sendiri. Dengan kata lain, sikap anti sosial dapat berkembang lewat perasaan, pikiran, perkataan, dan perbuatan negatif dan bahkan agresif terhadap orang lain. Orang yang berperilaku anti sosial tidak memperdulikan hak orang lain dan bahkan melanggar hak orang lain. Hal ini dapat dicegah jika telah diketahui sejak dini.

 

Kecanduan game dan internet juga terutama rentan dialami oleh anak-anak dan remaja. Sebagian besar orang tua merasa aman jika anaknya berada di rumah. Mungkin hal itu ada benarnya karena anak dan remaja dapat terlindung dari resiko terkena narkoba, pergaulan bebas, atau budaya konsumtif. Meski demikian, hal ini tidak sepenuhnya bebas resiko mengingat anak dan remaja dapat terkena resiko kecanduan game dan internet. Perhatikan jika anak tidak bisa hidup tanpa game atau internet sehari saja, kesulitan atau bahkan tidak bisa beraktivitas sehari-hari (makan/tidur/belajar), dan hanya ingin berinteraksi dengan game dan internet. Bisa jadi anak anda sudah kecanduan game atau internet. Pada tahap ini, sebaiknya anak sudah ditangani oleh psikolog untuk menghentikan kecanduan tsb.

 

A & O Magazine / Juni, 2022 11