Edisi XVII Mar 2022 Technology Mindfulness XVII Mar 2022 | Page 11

“Saya menjadi sadar bahwa saya kecanduan media sosial. Saya bisa saja memiliki waktu untuk membaca atau menikmati dunia di sekitar saya. Namun, pada kenyataannya saya malah melihat HP.”

Mungkin kita juga pernah memikirkan kalimat-kalimat di atas, seperti yang dicatat dalam penelitian Damico & Kutka (2018). Kita tidak dapat memungkiri keuntungan dan kemudahan yang ditawarkan oleh dunia digital, dalam bekerja, dalam kesehatan, mendapatkan informasi, serta hiburan. Media sosial memang dirancang dengan platform dan algoritma yang memberikan rangsangan neurologis dan psikologis untuk selalu menarik perhatian pengguna. Paparan dunia digital ini bahkan lebih kuat dihadapi oleh anak-anak muda yang seringkali disebut “digital native”. Kenyataannya, rata-rata orang mengecek HP mereka 85 kali dalam sehari. Namun demikian, semakin sering orang menggunakan media sosial, semakin rendah tingkat kesadaran digital mereka, semakin menurun prestasi kerjanya, dan semakin tinggi tingkat kelelahan sosial mereka. Daya tarik internet untuk berperan serta dengan aktif menggunakannya justru secara paradoks menghalangi kita untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan kita atau dari orang-orang yang dengannya kita ingin berkomunikasi dengan dekat. Penelitian lain bahkan menunjukkan bahwa penggunaan media sosial tanpa kesadaran berisiko memicu depresi, gangguan mental, kecanduan internet dan bahkan bunuh diri. Dengan demikian, seperti yang dirangkum oleh Howard Rheingold (2012), kita perlu memeriksa, “apakah Google membodohi kita, Facebook menjual hak privasi kita, atau Twitter menggiring perhatian kita ke arah fake news.”

Pendekatan yang banyak diteliti dalam bidang psikologi dalam menghindari masalah dalam penggunaan internet adalah kesadaran atau mindfulness. Menurut Chuanhui Wu dkk. (2022), kesadaran adalah teknik meditasi di mana kita memusatkan perhatian dan hanya menangkap kesan dari hal yang ada di sini dan di saat ini. Perhatian kita kosongkan hanya untuk hal yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan saat itu, dan tanpa penilaian apakah hal itu sesuatu yang baik atau menyenangkan, atau tidak. Menurut Damiko & Kutka, kesadaran juga mencakup pengosongan pikiran untuk mengubah pikiran sekarang untuk perasaan yang lebih baik.

A & O Magazine / Mar, 2022 5