EDISI XIV Juni 2021 Kekerasan Juni 2021 | Page 70

kualitatif. Hal itulah yang membuat saya tetap semangat memberikan pelayanan-pelayanan tersebut.

C : Hal ini saya tanyakan karena orang kalau memulai bisnis kan memikirkan pangsa pasar. Kalau pengalaman pak Richard seperti apa? Bagaimana cara pak Richard menjaring pasar?

R : Saya melihat dari porsi market dan produk dan hal lain saya melihat target market siapa? Saya berusaha membuat produk yang dapat menjawab fenomena yang ada. Jadi, seperti yang saya katakan sebelumnya, saya bisa mengajak siapa saja untuk berdiskusi, apa yang sedang dibutuhkan.

C : Tahun 2007 mendirikan FonBright Indonesia, dari tahun 2007 sampai sekarang 2021 pengalamannya seperti apa?

R : Pengalaman terbesar tahun 2020. Tapi saat ini pelan-pelan mulai bangkit lagi. Tapi kalau bicara tahun 2007 sampai tahun 2020 ada banyak pemain baru sebenarnya. Maksudnya kita menciptakan barang- barang trend yang sama, hanya kita menciptakan langkah-langkah yang baru. Bisa dibilang layanan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Seiring kita melakukan layanan ke customer, kita melihat banyak hal dari system, engineering, cara kerja. Customer saya kebanyakan di industri. Misalnya topik, saya menambah produktivitas mereka apa tidak? Marketnya tepatkah? Saya melihat organisasi begitu besar perlu SDM yang banyak. Tapi kita perlu ada SDM baru. Untuk itu kita perlu menyelaraskan pendidikan dengan industri, yang disebut dengan vocational skill. Tahun 2016 pemerintah men-support langkah tersebut dan membuatkan landasan hukum untuk itu.

C : Seberapa besar pengaruh vokasi?

R : Jarang perusahaan yang bisa menerapkan vokasi dengan benar. Kalau kita berlaku sistem seleksi alam. Kamu bisa perform dan kamu bisa melanjutkan pekerjaan tersebut. Kamu tidak bisa perform kamu bye…bye. Seperti itulah seleksi alam. Banyak perusahan yang menerapkan pola seperti itu juga. Jadi, bisa diibaratkan vokasi itu seperti bibit. Bisa dibayangkan orang lulusan S1 disuruh ketemu direktur, langsung ketemu customer, kita bisa ngomong apa? Itu akan menyebabkan mati kutu. Sudah bisa dipastikan itu akan ketinggalan dan SDM baru itu hanya merepotkan saja, nambah-nambahin kerjaan perusahaan saja dan tentu juga hasilnya tidak akan bagus, SDM-nya tidak bagus. Sebenarnya bukan SDM-nya yang tidak bagus. Tapi, sistemnya yang masih belum diperbaharui. Bibit itu sebaiknya ada mentoringnya. Bibit ini harus dimentoring dengan sistem yang baik dan itu setelah kita lakukan dengan benar sesuai dengan kebutuhan perusahaan. OLeh karena itu, dampaknya luar biasa. Bukan sekedar efektifitas yang meningkat tapi efisiensi yang lain juga. Ini yang menarik, dulu waktu perusahaan merekrut SDM, perusahaan sembarang open recruitment. Tentu kita menyediakan sesuai kompensasi pemerintah. Tapi, dari kacamata perusahaan ini kenapa tidak perfom? Tidak bisa apa-apa. Itu yang terjadi. Perusahaan mengikuti regulasi yang berlaku, tetapi dari keterampilan tidak memadai. Dengan vokasi, mereka yang mengikuti vokasi ada yang 6 bulan dan periodenya berbeda-beda tergantung program yang kita atur. Mereka kita siapkan sesuai regulasi yang berlaku dari