EDISI XIV Juni 2021 Kekerasan Juni 2021 | Page 69

ada tahapan-tahapan seperti itu?

R : Kalau saya di usaha pertama tidak pernah berpikir akan selesai ya. Usaha saya tahun 2002 berjalan dengan lacar dengan mitra yang lebih senior, kalau dibilang saya yang paling muda. Itu berjalan 5 tahun. Seiring berjalannya waktu, ide itu tidak selamanya sama, visi misinya belum tentu sama. Dan kalau saat itu dipaksakan mungkin kurang baik.

C : Kalau dipikir-pikir sekarang, keputusan itu lebih banyak sisi positifnya atau bagaimana?

R : Kalau saya sih lebih melihat lebih banyak unsur favorable-nya, karena dengan seiring dan selama itu juga saya bertumbuh dan berkembang, idenya lebih banyak, fenomena terbaru, dan saya bisa memberikan apa? Kembali ke background pendidikan saya tentang perilaku, apa yang bisa saya berikan?

C             : Maksud saya menanyakan ini, banyak orang yang memiliki dan memulai usaha tidak semuanya yakin, tidak semuanya merasa mantap karena kan itu semuannya harus dilakukan sendiri.

R : Itu kembali ke tanggung jawab sendiri meskipun yang mengerjakan tidak sendiri. Tanggung jawab ya bicara tentang usahanya sendiri, porsinya seberapa besar? Tapi kalau melakukan belum tentu sendiri. Kalau dibilang kerja, ya tim kerjapun bisa diajak diskusi. Kalau misalnya saya tidak dapat jawaban dari tim kerja saya bisa cari dari kompetitor, dari customer, atau siapapun yang bisa saya ajak diskusi. Ibaratnya cari patner. Kira-kira ada ide ini bisa jalan tidak?

C : Bagaimana situasi pasar awal pertama mendirikan bisnis?

R : Saya background psikologi, pada zaman itu saya tidak belajar tentang ilmu pasar. Saya waktu hanya punya passion, niatan, dan melihat fenomena, dan saya tidak melihat pasar seberapa besar. Jadi, ya hanya mengasilkan produk, melakukan sosialisasi, dan ya sudah berjalan begitu saja. Memang saya tidak pernah belajar seberapa besar target marketingnya. Saya hanya melihat bahwa produk saya direspon dan dilirik oleh customer dan reward-nya saya lihat dari respon customer. Saya melihat customer saya dari level owner, level top manajemen, respon mereka bagaimana? Itu yang menjadi market riset saya. Hanya bedanya kualitatif. Hal itulah yang membuat saya tetap semangat memberikan pelayanan-pelayanan tersebut.

Christi             : Hal ini saya tanyakan karena orang kalau memulai bisniskan memikirkan pangsa pasar. Apalagi kalau benar-benar ingin terjun. Sama halnya seperti saya ada pekerjaan sampingan, jadi, maksudnya masih ada jaringannya. Jadi, kalau pengalaman pak Richard seperti apa? Bagaimana cara pak Richard menjaring pasar?

Pak Richard    : Saya melihat dari porsi market dan prodak dan hal lain saya melihat target market siapa sesuai apa butuh? Saya berusaha membuat prodak menjawab fenomena yang ada tapi saya tetap mencari calon target customer. Jadi, seperti yang saya katakana sebelumnya bahwa saya bisa mengajak siapa saya untuk berdiskusi, apa yang sedang dibutuhkan.

Christi             : Tahun 2007 mendirikan FonBright Indonesia, dari tahun 2007 sampai sekarang 2021 pengalamannya seperti apa?

Pak Richard    : Pengalaman terbesar tahun 2020. Tapi saat ini pelan-pelan mulai bangkit lagi. Tapi kalau bicara tahun 2007 sampai tahun 2020 ada banyak permainan baru sebenarnya. Maksudnya kita menciptakan barang-barang tren yang sama, hanya kita menciptakan Langkah-langkah yang baru. Bisa dibilang layanan yang sebelumnya ada menjadi ada. Misalnya dari layanan umum ada 3 Site artmanagement, site development, site statement. Itu adalah 3 prodak dasar yang berdiri sejak 2007. Seiring kita melakukan layanan itu ke customer, kita melihat banyak hal dari system, engineering, cara kerja. Customer saya kebanyak di industry. Misalnya topik, saya menambah produktivitas mereka apa tidak? Marketnya tepatkah?. Saya melihat organisasi begitu besar perlu SDM yang banyak. Tapi kita perlu ada SDM baru. Untuk itu kita perlu menyelaraskan Pendidikan dengan industry, yang disebut dengan Vocational skill. Tahun 2016 pemerintah mensuport langkah tersebut dan membuatkan landasan hukum untuk itu.

Christi             : Seberapa besar pengaruh vokasi?

Pak Richard    : Jarang perusahaan yang bisa menerapkan vokasi dengan benar. Kalau kita berlaku system seleksi alam. Kamu bisa perfom dan kamu bisa melanjutkan pekerjaan tersebut. Kamu tidak bisa perfom kamu bye…bye. Seperti itulah seleksi alam. Banyak perusahan yang menerapkan pola seperti itu juga. Jadi, bisa diibaratkan vokasi itu seperti bibit. Bisa dibayakan orang lulusan S1 disuruh ketemu direktur untuk bertemu direktur langsung ketemu customer, kita bisa ngomong apa? Itu akan menyebabkan mati kutu. Apa lagi kalau ini masih diterapkan dengan system yang seperti itu. Yah, sudah bisa dipastikan itu akan ketinggalan dan SDM baru itu hanya merepotkan saja, nambah-nambahin kerjaan perusahaan saja dan tentu juga hasilnya tidak akan bagus

PERINTIS

69

/ A&O EDISI XIV Juni 2021