EDISI XIV Juni 2021 Kekerasan Juni 2021 | Page 20

diinginkan tentang kehidupan pribadi, tubuh atau penampilan seseorang, maupun lelucon dan komentar bernada seksual. Pelecehan isyarat termasuk bahasa tubuh atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang dilakukan berulang-ulang, isyarat dengan jari, atau menjilat bibir. Pelecehan tertulis atau via gambar di antaranya termasuk menampilkan bahan pornografi, gambar, screensaver, atau poster seksual, atau pelecehan lewat moda komunikasi elektronik. Pelecehan psikologis/emosional terdiri atas permintaan dan ajakan berhubungan seksual yang tidak diinginkan, ajakan kencan yang terus-menerus dan tidak diharapkan, serta penghinaan atau celaan yang bersifat seksual.

            Perbuatan-perbuatan di atas dianggap sebagai pelecehan seksual jika perbuatan tersebut mempunyai efek menciptakan lingkungan kerja yang penuh intimidasi, permusuhan atau menyinggung perasaan. Selain itu, pelecehan seksual terjadi dalam situasi quid pro quo (timbal balik), yaitu situasi ketika atasan berusaha mempengaruhi kondisi kerja atau pelamar kerja dengan imbalan seksual. Faktor penting lainnya adalah perbuatan tersebut tidak dapat diterima oleh korban, sehingga pelecehan seksual merupakan perbuatan yang bersifat subjektif dari perspektif penerima. Namun demikian, penelitian dari Rotundo dkk di tahun 2001 menunjukkan bahwa baik perempuan maupun laki-laki cenderung memiliki persamaan persepsi tentang tindakan yang dianggap sebagai pelecehan seksual. Ajakan seksual dan ancaman yang berkonotasi seksual dianggap sebagai pelecehan, baik oleh laki-laki maupun perempuan.

Paula McDonald, seorang peneliti dari Queensland University of Technology di Australia, mencatat besarnya kerugian akibat pelecehan seksual. Menurunnya kebahagiaan, rasa bingung, khawatir, cemas, marah, tidak berdaya, merasa terhina, depresi, dan gejala psikosomatik adalah dampak psikologis dari pelecehan seksual. Akibat lainnya adalah gejala stres paska trauma, seperti sering teringat kembali akan kejadian pelecehan, takut, shock, mimpi buruk, panik, kesulitan konsentrasi, gangguan tidur, rendah diri, melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya, merasa bersalah, sedih, malu, kehilangan minat, atau merasa terkucil. Pelecehan seksual juga memicu penyakit fisik seperti penyakit jantung, diabetes, ataupun kecanduan. Aktivitas pekerjaan pun terkena akibat negatif dari pengalaman pelecehan seksual, seperti cuti sakit, rendahnya rasa kepuasan kerja, rendahnya kinerja dan komitmen bekerja, angka turnover yang tinggi, serta rusaknya reputasi perusahaan. Penelitian lainnya juga menunjukkan dampak negatif lainnya di dunia kerja, seperti menurunnya kepuasan terhadap rekan kerja, penurunan kepuasan terhadap atasan, serta pensiun dini.

Jika dampak dari pelecehan seksual sedemikian masifnya, baik bagi laki-laki maupun pada perempuan, dan pada lingkungan kerja, seperti apa profil pelaku pelecehan yang sampai hati melakukan tindakan kekerasan demikian? Stockdale berpendapat bahwa pelaku pelecehan adalah pribadi yang merendahkan perempuan. Motif dasar pelaku adalah motif kekuasaan yang mendominasi, menganut stereotip jender yang berlebihan, dan cenderung menghubungkan kekuasaan dengan seksualitas. Orang yang bermotif dominasi kekuasaan cenderung melihat orang lain sebagai orang yang lemah, malas dan kurang berharga, sehingga bisa diperlakukan seenaknya sendiri.

20

/ A&O EDISI XIV Juni 2021