FONBRIGHT INDONESIA
Dunia usaha di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan jasa konsultan HR, belum terlalu marak di pasar. Perintis edisi live stream IG @aandomag kali ini mengangkat sosok Richard Nitihardja. Beliau adalah founder dari FonBright Indonesia, usaha jasa konsultasi HR di Jakarta. Bagaimana sepak terjang Richard dengan FonBright Indonesia? Apa strategi FonBright Indonesia untuk menyiasati turunnya tingkat fluktuasi karyawan serta strategi menghadapi pandemi bagi perusahaan menurut Richard? Simak selengkapn Nitihardja?
selengkapnya wawancara A & O Magazine dengan Richard Nitihardja, founder fonBright Indonesia.
Selamat siang semua, saya Christi dari A & O Magazine. Ini adalah cara baru kami untuk publikasi lewat istagram live. Saya bersama dengan pak Richard saat ini dari FonBright Indonesia. Pak Richard adalah founder dari FonBright Indonesia. Apa hubungan wawancara pengusaha dengan majalah psikologi? Kami punya satu rubrik yang bernama "perintis". Rubrik perintis mengangkat pengusaha- pengusaha Indonesia untuk salah satunya menstimulasi dunia usaha di Indonesia. Indonesia masih memiliki sedikit jumlah pengusaha. Jadi, untuk menumbuhkan minat usaha di Indonesia kami menerbitkan rubrik perintis.
Nah, bersama saya sudah ada pak Richard!
Christi (C) : Selamat siang, pak Richard.
Pak Richard (R): Halo, selamat siang juga.
C: Bagaimana kabarnya?
R: Kabar baik. Disini cuacanya sedang panas.
C: Kalau saya itu tertarik kalau orang pengusaha itu dari awalnya. Jadi, bisa
diceritakan sedikit tentang Riwayat hidup pak Richard? Lahir dimana? Besar
dimana? Dan ada pengaruh keluarga atau tidak? Lingkungan seperti apa sampai bapak memutuskan untuk memiliki usaha sendiri?
R : Saya lahir di Jakarta tahun 1976. Orang tua saya zaman dulu usaha sendiri
juga, Cuma biasa up and down mungkin karena era yang berbeda. Saya
sempat mengalami dan berpikir, saya tidak mau jadi wiraswasta. Saya mau
bekerja saja, itu sudah fix pada zaman itu. Saya meneruskan kuliah. Saya
selesai kuliah. Saya kuliah sambil beraktivitas,dalam hal ini bekerja. Kebetulan saat itu memungkinkan untuk melakukan hal itu. Saya banyak belajar,
banyak bereksperimen, saya juga punya banyak ide, kita membuat sesuatu
Bersama dengan teman-teman. Zaman kuliah zaman masih enak, bisa
bereksperimen dimana- mana. Sampai pada suatu titik saya ditawari kerja oleh yang dulu pernah saya bantuin. Jadi, saya menghubungkan antara dunia psikologi, pengembangan karakter anak dengan kegiatan outbound ada konsultan manajement yang tertarik sama saya. Akhirnya saya ditawari kerja. Ketika saya ditawari kerja, saya bilang kalau saya kayaknya tidak mau bekerja.
Dia heran kenapa saya tidak mau bekerja? Saya jawab kalua sebenarnya
saya mau buka usaha saja. Itu awalnya saya berikir lebih bervarian mau
bekerja, tapi Ketika moment itu datang saya balik. Mungkin ada sesuatu yang
saya pikirkan dalam diri saya. Saya pinginya ber-usaha. Saya bereksperimen
sejak zaman kuliah dan memang bereksperimen tidak selamanya baik. Ada
up and down. Saya berpikir ini seru. Itu adalah awalnya dan saya di tawari
untuk join aja. Akhirnya disitulah jiwa berwiraswata itu muncul dalam diri
saya.
Christi : Berarti awalnya, pak Richard juga kuliah psikologi ya?
Pak rchard : Ya, kebetulan saya backgroudnya psikologi. Orang juga bertanya kepada
saya berbisnis kok backgroundnya beda, apa tidak salah jurusan? Ketika
saya diwawancara kenapa pilihnya psikologi pada waktu kuliah, saya juga
diawal berpikir saya mempelajari manusia tapi saya juga ingin berwiraswasta.
Jadi, Ketika orang baru berwiraswata dan baru mencari konten sementara
saya belajar konten dulu baru berwiraswasta. Berwira swasta bukan semata-
mata status, tapi juga pasion. Kamu menawarkan apa sih yang
berbeda dibandingkan dengan yang lainnya? Dan kamu beratnya apanya?
PERINTIS
67
/ A&O EDISI XIV Juni 2021