EDISI XIV Juni 2021 Kekerasan Juni 2021 | Page 34

cenderung mengalami perundungan di usia dewasa (usia 21-26; 91 %). Remaja yang mengasah perilaku perundungan akan tetap merundung saat dewasa (89 %). Sedangkan mereka yang mengalami pengalaman dirundung dan merundung juga terus mengalami pengalamannya (90 %), sedangkan anak yang tak terlibat perundungan, juga tetap terlindung saat dewasa (90 %).

            Dampak dari perundungan bagi anak dan remaja tidak dapat disepelekan, mengingat dampak dari perundungan dalam jangka panjang. Copeland dkk (2013) menunjukkan bahwa bagi korban, pengalaman perundungan mengakibatkan mereka rentan mengalami penurunan tingkat kebahagiaan, gangguan fisik seperti sakit kepala dan sakit perut, penurunan konsentrasi, menurunkan kesehatan mental, menurunnya harga diri, gangguan perilaku sosial, seperti menarik diri atau tak bisa membela diri, penurunan prestasi sekolah, serta bolos sekolah. Anak yang mengalami perundungan cenderung lebih rentan mengalami ketakutan sosial (4 kali lebih tinggi daripada anak lainnya), rasa panik (3 kali lebih tinggi), serta gangguan kekhawatiran (2 kali). Marten Nielsen dkk dari National Institute of Occupational Health di Norwegia menemukan bahwa lebih dari 40 % dari korban perundungan mengalami gejala trauma, sama parahnya seperti mengalami peristiwa kematian atau kecelakaan berat. Gejala trauma tersebut mencakup reaksi berlebihan akan rasa takut, tak berdaya, dan mengalami horor, merasakan ulang peristiwa trauma perundungan, menghindari hal-hal yang berhubungan dengan trauma atau mati rasa, serta ketegangan yang berlebihan. Pengalaman trauma dapat menyebabkan korban mengalami perubahan akan cara pandangnya terhadap dirinya, terhadap orang lain, dan terhadap dunia sekitarnya. Korban perundungan juga memiliki kecondongan menyakiti diri sendiri, berpikir tentang bunuh diri, dan bahkan melakukan upaya untuk bunuh diri (lebih tinggi 2 kali), terutama bagi mereka yang dirundung di dunia maya, seperti yang ditemukan oleh George Katsaras dkk dari General Hospital of Nikaia-Piraeus di Yunani. Bunuh diri sendiri merupakan salah satu penyebab utama kematian remaja di seluruh dunia.

            Anak yang belajar dari pengalamannya sebagai korban cenderung menjadi mudah marah, agresif, memiliki sedikit teman, sering dilecehkan oleh saudaranya, dan mudah dimanipulasi perundung. Mereka juga mengalami bahaya depresi lebih tinggi 4 kali dibandingkan siswa lainnya, gangguan kekhawatiran (4 kali lebih tinggi), panik (8 kali), dan ketakutan sosial (26 kali). Terutama bagi pelajar laki-laki, pikiran untuk bunuh diri lebih tinggi 18 kali dibandingkan teman sebayanya dan resiko perubahan kepribadian sosiopat yang meningkat 4 kali lipat.

Penelitian dari Copeland yang dimuat di Jurnal JAMA menunjukkan bahwa dampak negatif perundungan berkurang setelah setidaknya 5 - 15 tahun kemudian. Marten Nielsen dkk menulis di jurnal Aggression and Violent Behavior, besarnya dampak perundungan tergantung pada faktor sebelum, selama, dan setelah perundungan. Faktor sebelum perundungan antara lain kepekaan si siswa pada emosi negatif, kecenderungan merasakan kekhawatiran, adanya sumber stress lain, dan dukungan sosial. Faktor lain yang menentukan selama perundungan adalah apakah perundungan tersebut bisa diprediksi dan apakah pelajar mampu mengatasi serangan. Faktor setelah perundungan yang mempengaruhi adalah cidera fisik setelah perundungan, dan adanya dukungan sosial.

34

/ A&O EDISI XIV Juni 2021