E-Magz Lensa Fauna 1 | Page 11

Babirusa yang memiliki nama latin atau ilmiah Babyrousa merupakan marga hewan dari beberapa jenis babi liar yang hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru, dan pulau-pulau Maluku lainnya. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur, dan dedaunan. Mereka berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang mereka.

Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Jantan memiliki taring yang mencuat ke atas, sedangkan taring pada betina kecil atau tereduksi. Taring ini berasal dari gigi taring yang termodifikasi. Taring panjangnya mencuat ke atas diperuntungkan untuk melindungi matanya dari duri rotan.

Rahang dan gigi mereka dilaporkan cukup kuat untuk memecahkan kacang sangat keras dengan mudah. Namun, babirusa tidak menunjukkan perilaku perakaran khas suids lain karena tidak adanya tulang rostral di hidung. Mereka akan menyelidiki pasir lembut serta basah, tempat berlumpur untuk makanan.

Pada waktu kawin, babirusa betina akan datang ke arah panas matahari dan jantan akan mengikuti yang betina dengan hidung di dekat daerah kelamin sang betina dengan mengeluarkan suara decakan 3-5 kali per detik. Jantan yang bersifat dominan akan langsung mengikuti betina dan mengambil alih. Jika betina tidak berada dalam masa oestrus maka jantan maka yang jantan akan mengabaikannya, sedangkan jika yang betina sedang dalam atau akan memasuki masa oestrus maka betina akan lebih sering lari dan menjauhi yang jantan dan bersembunyi di balik babirusa lain. Saat kawin, yang betina akan lebih sering berbaring di tanah untuk menunda proses kawin, dan saat jantan mengejar betina, yang jantan akan mengangkat wajahnya dengan tatapan tajam untuk memperingati jantan lainnya untuk tetap menjauh.