HUMANIORA
teman yang lain
melindungi
sudah banyak
altar sesaji
yang bisa berdiri,”
rusak terkena
ujar Alan salah
terjangan air laut
satu warga yang
saat sebelum
ikut menegakan
dimulainya
telur saat
ritual bersama.
perayaan Peh
Untungnya
Cun.
sejumlah sesaji
“Dalam
yang telah
kepercayaan
disiapkan tidak ikut
Tionghoa, orang
hanyut air laut.
Dalam kepercayaan
yang berhasil
“Melalui ritual
Tionghoa,
orang
yang
berhasil
menegakan telur
doa ini, kami
menegakan
telur
akan
mendapat
akan mendapat
mengundang para
berkah
dari
para
dewa
di
langit,
berkah dari para
dewa dari langit
tetapi saat ini hal tersebut dapat serta para leluhur
dewa di langit,
dimaknai berbeda-beda.
tetapi saat ini hal
dan mahkluk
tersebut dapat dimaknai berbeda- hidup yang terlihat dan tak terlihat
beda,” jelas Hans Purwanto.
untuk menghadiri perayaan
Rangkaian acara dilanjutkan
Peh Cun,” ujar Suryo Purnomo,
dengan berdoa bersama di depan
Pandita Majelis Buddha Indonesia.
bibir Pantai Parangtritis. Ritual doa
Setelah prosesi doa bersama,
bersama dipimpin oleh Suryo
sejumlah warga Tionghoa
Purnomo, Pandita Majelis Buddha
membubarkan diri dan ada
Indonesia.
juga yang masih melanjutkan
Kembang, buah-buahan, dan
mendirikan telur.
kue Chang menjadi sesaji di depan
Terdapat juga beberapa
altar yang digunakan untuk ritual
warga yang masih berdoa secara
doa bersama dengan menghadap
pribadi yang diakhiri dengan
ke arah Pantai Parangtritis. Sebuah menabur kembang di bibir Pantai
gubuk yang digunakan untuk
Parangtritis. Dimas Parikesit
}
HALAMAN
S E B E L U M N YA
38 | Jia Xiang Hometown • e-MAGZ 09 • 2016
ARTIKEL
BERIKUT