EKSKLUSIF
Namun, saat JXH sedang duduk
di kursi penunggu pasien, seorang
lelaki muda sekira berusia 30
tahun menghampiri. Ramah dia
mengajak ngobrol. Katanya dia
seorang karyawan di RSHS. Tapi
sedang libur. Dia datang ke rumah
sakit untuk membantu pasien
yang membutuhkan. Saat ditanya
di bagian mana, dia kebingungan
sebelum akhirnya menyebut
salah satu bagian. Sayangnya,
saat hendak bertanya lebih lanjut,
seorang kawannya memanggil.
Mereka pun pergi entah ke mana.
Berbeda dengan situasi dan
kondisi antrian di loket RSHS yang
selalu terlihat padat, di Rumah
Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr
Salamun, Ciumbuleuit, Bandung,
Provinsi Jawa Barat, justru terasa
lebih longgar. Meskipun pada pagi
harinya terlihat berdesak-desakan
di loket, namun beberapa waktu
kemudian antrian tidak terlihat
ramai lagi. Sejak tiga bulan lalu,
pendaftaran di rumah sakit ini
menggunakan sistem online.
Di rumah sakit ini ada tujuh
loket. Loket 1 untuk pasien
laboratorium dan radiologi,
loket 2 sampai dengan 5 pasien
HALAMAN
S E B E L U M N YA
umum, loket 6 bagi pasien yang
mendaftar online dan loket 7 bagi
pasien TNI AU dan keluarganya.
Pasien yang baru datang
mengambil karcis pun dibantu
para petugas jaga berseragam
tentara. Tiket itu diklasifikasi dengan
kode huruf capital dari A sampai D.
Bila huruf A berarti pasien umum.
Huruf B pasien BPJS, huruf C
keluarga TNI dan huruf D pasien
yang akan ke laboratorium. Satu
pasien hanya boleh mendapatkan
satu karcis antrian.
Calo Karcis
Saat pendaftaran masih
menggunakan cara manual,
praktik calo di rumah sakit ini
sebenarnya sempat marak.
Modusnya tidak seperti yang
terjadi di RSHS. Praktik calo itu
hanya sebatas pada karcis antrian
saja. Pasien yang ingin cepat
mendapatkan pelayanan, berarti
harus mendapatkan karcis antrian
dengan nomor kecil. Biasanya,
karcis bernomor kecil ini yang
sudah diamankan calo untuk
diperjualbelikan.
Penelurusan JXH terhadap
calo karcis itu, sempat dilakukan
16 | Jia Xiang Hometown • e-MAGZ 09 • 2016
HALAMAN
B E R I K U T