. BERDIKARI
Mencatat dan Menyimpan Peristiwa
MELESTARIKAN BATIK DENGAN BISNIS oleh: Zahidah Zulfa Zahira
Batik semakin hari semakin berkembang dengan sangat baik, terlebih setelah adanya pengakuan dari UNESCO yang membuat semua orang semakin menghargai batik sebagai warisan budaya kita. Hal itulah yang membuat Andena Hirma Putri( 23) semangat untuk memulai usaha batiknya, Andena Batik.
Dari kecil, Andena memang suka berwirausaha dan sudah dilatih untuk mandiri hingga memulai usaha batik pada saat ini.“ Awal ketertarikan saya di bidang wirausaha sejatinya telah tumbuh semenjak duduk di bangku sekolah dasar. Waktu kecil saya sempat menyewakan buku, majalah, komik ke teman-teman,” ungkap Andena.
Niat dan tekadnya untuk memulai usaha muncul sejak ia masuk kuliah, ia ingin sukses selagi masih muda, apalagi setelah melihat berbagai peluang bisnis batik asal daerahnya, Tasikmalaya. Tak heran setelah satu tahun mengenyam pendidikan di bangku kuliah, ia pun membuka usaha batiknya pada Agustus 2010 dengan modal hanya Rp 500.000.
Ia pun kemudian mulai bekerjasama dengan pengrajin untuk memulai usaha batik. Meskipun orang tuanya pada saat itu tidak begitu mendukung usahanya, namun ia tetap berkeinginan untuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk usaha batiknya yang mengangkat nilai sejarah yang indonesia.
Kecintaan lulusan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ini terhadap batik tak bisa dipisahkan begitu saja dari latar belakangnya yang berasal dari keluarga pengrajin butik, buyut Andena merupakan satu-satunya pendiri Yayasan Batik Priangan yang masih ada.
“ Pertama kali yang saya lakukan menjual batik masih dengan kisaran harga murah tanpa melihat pasar batik yang sudah ada. Dari sana saya mempunyai inisiatif untuk lebih mengembangkan usaha batik karena melihat pasar yang cukup bagus,” kata Andena.
Dalam membangun Andena Batik yang sudah berjalan hampir empat tahun ini diperlukan sebuah kerja keras dan semangat pantang menyerah. Selain itu, sikap kreatif dan inovatif pun perlu terus dikembangkan guna menjaga persaingan usaha yang semakin berat.
“ Awalnya hanya mengambil batik Tasik, tapi lama kelamaan saya membuat desain sendiri. Saya belajar mandiri dengan terus berinovasi dalam batik agar lebih dicintai warisan Indonesia dengan tema‘ Legendaris Batik, Kartun Batik’,” ujar Andena yang memiliki motto batiknya sebagai“ Khasanah Nusantara yang tiada tara, berbatik dengan warna eyecatching”.
Usaha batiknya ini tidak memproduksi kain saja, tapi juga menerima pesanan baju customize yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Desain motif batik yang ia produksi eksklusif dan menggunakan bahan premium untuk mengejar kualitas tinggi. Kini, Andena batik pun memproduksi sepatu seperti flat shoes, wedges, hingga high heels. Tas dan dompet pun ia produksi. Tanggapan pasar atas produknya ia akui bagus, karena pelangganya tersebut kini memiliki anggapan baru bahwa batik tidak mesti bergambar tua.
Meskipun ia berasal dari Fakultas Peternakan, ia tak melihat adanya perbedaan signifikan dengan kegemarannya berdagang. Ternyata dengan kesempatan inilah yang melahirkan pemikiran dalam diri Andena untuk menghasilkan suatu bentuk kolaborasi unik antara pendidikan akademis dengan kewirausahaan yang dijalani.“ Sempat ada saran untuk bikin batik animal, tapi itu sudah ada dari Cirebon. Saya inginnya sih bikin motif kartun untuk anak-anak,” ujar Andena.
INOVASI PRODUK BATIK
Wanita yang hobi menyanyi ini mengaku tak akan berhenti berinovasi karena itu merupakan kunci utamanya dalam mengembangkan Andena Batik. Berbagai macam inovasi batik pun dilakukan oleh Andena Batik seperti mendobrak pakem batik yang selama ini didominasi oleh warna yang cenderung gelap dan menggantinya dengan warna-warna terang seperti oranye, merah, hijau, merah muda. Namun, dari berbagai macam inovasi produk batiknya tersebut, Andena tetap tak ingin meninggalkan sisi budaya yang harus tetap lestari.
“ Inovasi yang kita lakukan sih sebenarnya lebih ke batik modern, jadi batik yang enggak terikat dengan nilai-nilai budaya atau motifmotif batik terdahulu,” ungkap gadis kelahiran Ciamis, 25 April 1991 ini.
DOTDOC 19