diRadio Magazine Vol.26 - WE ARE GIANT | Page 45

diESCAPOLOGY Sungai. Oya dengan kisaran Rp.85.000 – Rp.95.000 per orang. Harga ini sudah termasuk sewa life vest, helm, senter kepala, dan sepatu karet. Untuk menitipkan barang bawaan dan baju ganti di fasilitas loker yang tersedia, dikenakan biaya Rp.1000 per loker. Sementara fasilitas kamar mandi dan ruang ganti yang tersedia di sana cukup bersih dan nyaman. Setelah melengkapi diri dengan baju dan perlengkapan kemanan, Geng Si Bolang ini pun siap menyusuri lokasi pertama: Goa Sriti. Menurut informasi pemandu kami, goa ini baru dibuka untuk wisata umum sekitar delapan bulan yang lalu. Sebelumnya, lokasi ini terkenal sebagai tempat semedi orang-orang yang datang untuk mencari ilmu. Mistis? Sudah tentu! Sebelum memasuki goa, penjaga lokasi sudah mengingatkan kami untuk menjaga perilaku dan ucapan selama berada di dalam nantinya. Jadi kalau Hard Rockers punya penyakit latah mengucapkan katakata kotor, siap-siap bawa lakban untuk menutup mulut, ya! Untuk korang-orang yang baru pertama kali caving (menyusuri goa/cave), memasuki Goa Sriti mungkin awalnya akan terasa menyesakkan dada. Air di dalam goa ini di beberapa titik bisa mencapai dada orang dewasa. Jalur sepanjang goa yang sekitar 250 meter ini pun kadang sempit dan hanya muat untuk dilewati satu orang saja secara bergantian. Gelap? Ya iya laah, namanya juga dalam goa. Tanpa senter, suasana di dalam bisa hitam pekat. Sambil menyusuri perut Sriti, pemandu kami menunjukkan titik-titik tempat yang biasa dipakai untuk semedi, dan bercerita tentang mitos-mitos seputar batu dan stalaktit di sepanjang dinding dan langit-langit goa. Ada stalaktit yang bentuknya menyerupai alat vital laki-laki, yang kalau disentuh katanya akan menambah keperkasaan. Ada juga yang berbentuk payudara perempuan, yang kalau disentuh katanya akan menambah kecantikan. Percaya gak percaya, kami turuti saja untuk seru-seruan. Toh, tanpa itu kami sudah cantik dan perkasa. Selesai di Goa Sriti, kami “diangkut” menggunakan mobil pick-up menuju lokasi selanjutnya: Goa Pindul. Berbeda dengan di Sriti, di tempat ini wisatawan disediakan ban besar untuk menyusuri goa, istilah kerennya cave tubing. Bergandengan antara satu ban dengan ban yang lainnya, iring-iringan kami ditarik olah pemandu yang berenang paling depan. Kami tinggal duduk manis di atas ban seperti sedang naik kereta istana boneka di taman hiburan. Gua Pindul memiliki panjang sekitar 350 meter, dengan lebar sampai 5 meter. Jarak permukaan air dengan atap gua adalah 4 meter, dengan kedalaman air sekitar 5-12 meter. Goa ini memiliki tiga zona; zona terang, zona remang, dan zona gelap. Waktu tempuh untuk menyusuri goa adalah sekitar 45 menit. Sebelum masuk, kami kembali diingatkan untuk ikut menjaga kebersihan, perilaku, dan ucapan selama nanti berada di perut goa. Tidak jauh berbeda dengan lokasi sebelumya, selama tubing kami pun disuguhi mitos seputar stalaktit dan bebatuan yang bentuknya menyerupai benda/hewan/ bagian tubuh manusia. Karena Goa Pindul juga menjadi rumah bagi beberapa spesies seperti kelelawar dan burung walet (dan mahkluk lain yang tidak terlihat – katanya), jadi wisatawan disarankan untuk tidak berteriakteriak atau bersuara keras supaya tidak mengganggu mereka. Yang menarik dari Goa Pindul adalah goa vertikal di tengahnya, di mana langit-langit goa terbuka dan memberi jalan sinar matahari untuk masuk dengan indahnya. Menurut informasi pemandu, goa vertikal inilah yang pernah dipakai untuk pengambilan gambar sebuah iklan rokok dengan tagline “adventure” . 45 diradio 26TH edition NOV-DEC’13