Women,
B
Let’s Save
The Earth!
ulan Maret adalah bulan yang spesial untuk perempuan
juga untuk bumi. Karena, di bulan ini kita memperingati
Hari Kartini yang adalah lambang emansipasi perempuan
Indonesia dan sehari setelah di tanggal 22 April kita juga
memperingati Earth Day. Yang adalah peringatan untuk
meningkatkan kepedulian kita terhadap isu-isu lingkungan
saat ini. Dekatnya dua peringatan ini adalah satu kebetulan
karena perempuan memang punya peranan yang penting
dalam lestarinya bumi. Perempuan dan bumi memang
sering dikaitkan, mulai dari jaman Yunani Kuno yang
menyebut bumi sebagai Gaia yang berarti Ibu Bumi. Bangsa
Skandinavia di Eropa Utara menyebut bumi sebagai Jord
yang adalah Ibu dari Dewa Thor. Bangsa Indian Aztec
menyebut bumi sebagai Tonanzint yang berarti Ibu Kami.
Indonesia ternyata juga melakukan hal yang sama, pernah
terpikir kenapa ada kata ‘ibu’ dalam istilah Ibu Pertiwi?
Istilah ini diambil dari bahasa sansekerta yang berarti
tempat tinggal atau bumi.
Dulu, perempuan selalu berjuang untuk
emansipasinya, berjuang untuk persamaan
hak dengan laki-laki. Saat ini, hal itu sudah berhasil dan perempuan
sudah punya peranan yang penting di masyarakat dan ikut dalam
isu-isu global salah satunya adalah isu lingkungan. Hal ini ditandai
dengan adanya gerakan ekofemisme, yaitu gerakan pengelolaan
alam dengan sifat keibuan yaitu insting memelihara. Istilah
Ekofeminisme pertama kali muncul pada tahun 1974 oleh
seorang Prancis yang bernama Francoise d’ eaubonne, dalam
bukunya La feminisme Ou la Mort. Tapi, sebenarnya sebelum
istilah ini dikenal sudah banyak perempuan hebat yang melakukan
ekofenimisme. Di tahun 1947, ada gerakan yang bernama
Chipko yang diadakan di Kota Reni wilayah Pradesh, India.
Dalam gerakan ini semua perempuan di kota itu memeluk erat
pohonpohon yang akan ditebang pemerintah.
Dalam aksi ini, ratusan wilayah hutan
yang
akan ditebang
terselamatkan.
10
diradio
22ND edition
MAR-APR ’13