Campus Guide Jakarta - Edisi Perdana Febuary 2015 | Page 9
Koordinator Kopertis Wilayah III
Prof.Dr. Ilza Mayuni, MA
Foto : Fauzy Laurens
Kopertis memegang peran sentral karena
bermitra dengan PTS. Lembaga ini
bukan hanya mewacanakan kesiapan PTS
menghadapi MEA, tapi juga merancang
program yang memberi peluang kepada
PTS untuk ikut di dalamnya.
Ribuan program studi juga diusulkan
dibuka oleh PTS dalam lima tahun terakhir
ini. Namun, pemerintah akan memperketat
pemberian izin untuk menjaga mutu.
Evaluasi berkala dikembangkan Ditjen
Dikti bersama Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Lima Kualifikasi PTS Bermutu
Kopertis Wilayah III, punya paradigma
sendiri soal PTS yang siap menghadapi
masyarakat ekonomi ASEAN. Ia
menyebut ada lima kriteria yang mesti
dipenuhi PTS untuk turut siap bertarung
di arena masyarakat ASEAN.
Adalah seorang profesor perempuan
dibalik perumusan paradigma lima
Sementara itu, pembenahan sana-sini
untuk PTS yang masih di bawah standar
butuh banyak energi. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dan
Kopertis mengambil peran pembinaan.
kriteria ini. Ditemui di ruang kerjanya
yang sederhana, Ilza Mayuni merinci
lima kriteria ini. Ia, yang professional
menempatkan PTS sebagai mitra,
menilai, dengan lima kriteria ini, PTS
mampu berkompetisi di eranya.
Ilza merinci, kriteria pertama
adalah PTS mesti sehat dalam tata
kelola. Ini akan menjadi titik awal untuk
meningkatkan daya saing. Kampus yang
sehat, ia merinci, adalah yang memenuhi
ketaatazasan yang dicanangkan
Dikti. Di kampus ini, pelanggaran
akademik, pelanggaran etik, pemadatan
perkuliahan, rasio dosen dan mahasiswa
yang tak seimbang tak akan bisa
ditemukan.
Kedua, kualitas staf pengajar dan
dosen harus baik. Aturan Dikti tak hanya
menyaratkan lulusan S2 saja untuk
menjadi dosen, tetapi ada beberapa
persyaratan lain yang sesuai dengan
kebutuhan dan profil PTS. Kemampuan
berbahasa Inggris dosen akan sangat
diperhatikan dalam menciptakan PTS
yang mampu bersaing dengan kampus
dari negara-negara ASEAN. Dosen
yang baik juga mampu merangsang
kemampuan mahasiswanya
untuk mengaktualisasi
kemampuan yang ia punya.
Kriteria ketiga, yang
juga berhubungan
dengan kualitas dosen,
adalah publikasi. Dosen
dituntut untuk secara
sinergis melakukan Tri
Dharma Perguruan Tinggi:
pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat.
Selain mengajar, ia juga
harus melakukan penelitian
dan pengabdian kepada
masyarakat sesuai dengan
kompetensi di bidang
studinya. Kuantitas dan
kualitas penelitian dosen,
mahasiswa, dan lembaga
riset yang berinduk pada
universitas berbanding
lurus dengan kualitas PTS.
“Dosen tidak lagi
bekerja secara konvensional. Dosen yang
mengajar saja itu hanya berlaku di zaman
lalu,” kata Ilza.
Keempat, mutu pembelajaran
harus bisa menjamin terciptanya
lulusan yang siap dan berdaya saing.
FEBRUARI 2015 | CAMPUS GUIDE
7