Topik utama
6
Profesionalisme Prajurit
Melalui Pendidikan Bermutu
Oleh: Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd.
Prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
(TNI AL) merupakan insan pilihan yang telah
melewati berbagai seleksi dan ujian yang begitu ketat
sebelum mengikuti pendidikan kemiliteran. Melalui
tahapan penyaringan tersebut seyogianya prajurit TNI
AL sudah memiliki potensi dasar yang kuat untuk
mengabdi pada nusa dan bangsa sebagai prajurit
profesional. Potensi tersebut diantaranya adalah
potensi spiritual, potensi sosial, potensi emosional,
potensi intelektual dan yang sudah tidak diragukan
yaitu potensi jasmani/kesehatan.
M
odal dasar lima potensi ini menjadi tangga utama
bagi setiap prajurit TNI AL untuk terus maju dan
berkembang melalui berbagai kegiatan pendidikan
dan pelatihan. Dalam terminologi UNESCO pendidikan yang
diikuti oleh siapapun sejatinya memiliki empat pilar dasar yaitu
belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk
melakukan (learning to do), belajar untuk mempunyai jati diri
(learning to be) dan belajar untuk hidup bersama (learning to
life together).
Untuk tujuan perdamaian, empat pilar dasar pendidikan
menurut UNESCO tersebut mengandung makna yang
relevan dengan upaya mewujudkan profesionalisme prajurit
TNI terutama TNI Angkatan Laut melalui pendidikan.
Pertama, pendidikan yang diikuti oleh prajurit TNI AL
harus mampu mengubah peserta didiknya menjadi lebih
mengerti, lebih paham dan lebih cerdas dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawab yang diembannya. Pada konteks
ini, pembekalan dari sisi pengetahuan (kognitif) menjadi
dasar yang sangat penting. Prajurit TNI AL harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai konsep-konsep dan
makna keprajuritan serta ilmu-ilmu dasar lainnya yang akan
mendukung profesionalisme mereka. Kedua, dengan bekal
ilmu dan pengetahuan yang cukup, prajurit TNI AL dilatih
untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata,
sehingga terbangun hubung kait antara pengetahuan dengan
konteks. Pada tahapan ini, akan tercipta keselarasan antara
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang semakin mengukuhkan
profesionalisme seorang prajurit. Ketiga, profesionalisme
yang kukuh akan menjadi gambaran jati diri (self-esteem)
yang kuat dari seorang prajurit. Keempat, prajurit TNI AL
Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd.
bukanlah menara gading yang hidup terpisah dari manusia
lainnya, maka profesionalismenya perlu dihidupkan dengan
semangat humanis dan peningkatan rasa sosial sehingga hidup
berdampingan secara harmonis dengan orang lain menjadi
kebutuhan dasar seorang prajurit TNI AL. Kelima, landasan
moral yang berdasarkan Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal
Ika dan UUD 1945 serta keyakinan agama yang kuat.
Merujuk pada hal tersebut, maka pendidikan harus mampu
mengantarkan prajurit TNI AL mempunyai jati diri, terutama
dalam hubungannya dengan Sang Pencipta Allah SWT, serta
dengan sesama manusia, dan alam lingkungannya, sehingga
prajurit TNI AL bisa hidup harmoni dengan lingkungan.
Pendidikan yang diikuti prajurit TNI AL mampu menghasilkan
manusia-manusia yang kompeten, dan akuntabel terhadap
tugas yang diembannya.
Upaya mewujudkan prajurit TNI AL yang profesional
melalui pendidikan memang bukan pekerjaan sederhana dan
sambil lalu. Upaya ini dilakukan dengan terprogram, kontinu,
konsisten dan konsekuen. Untuk mencapai hal tersebut, ada
tiga prinsip dasar yang harus dikembangkan oleh lembaga
yang ingin membantu sumber daya manusianya menjadi
profesional.
Prinsip pertama adalah Disiplin. Disiplin yang baik bisa
diterjemahkan dalam berbagai kegiatan yang memberikan
ruang yang cukup sehingga setiap individu bisa dipotret
dengan baik. Disiplin dapat dilakukan melalui a) Pemberian
tanggungjawab (responsibility), meliputi tanggung jawab
secara profesional terhadap bidang pekerjaannya dan tugastugas lain yang diberikan. b) Ketepatan kerja (punctuality),