Cakrawala Edisi 426 | Page 6

Topik utama 6 Profesionalisme Prajurit Melalui Pendidikan Bermutu Oleh: Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd. Prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) merupakan insan pilihan yang telah melewati berbagai seleksi dan ujian yang begitu ketat sebelum mengikuti pendidikan kemiliteran. Melalui tahapan penyaringan tersebut seyogianya prajurit TNI AL sudah memiliki potensi dasar yang kuat untuk mengabdi pada nusa dan bangsa sebagai prajurit profesional. Potensi tersebut diantaranya adalah potensi spiritual, potensi sosial, potensi emosional, potensi intelektual dan yang sudah tidak diragukan yaitu potensi jasmani/kesehatan. M odal dasar lima potensi ini menjadi tangga utama bagi setiap prajurit TNI AL untuk terus maju dan berkembang melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dalam terminologi UNESCO pendidikan yang diikuti oleh siapapun sejatinya memiliki empat pilar dasar yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk mempunyai jati diri (learning to be) dan belajar untuk hidup bersama (learning to life together). Untuk tujuan perdamaian, empat pilar dasar pendidikan menurut UNESCO tersebut mengandung makna yang relevan dengan upaya mewujudkan profesionalisme prajurit TNI terutama TNI Angkatan Laut melalui pendidikan. Pertama, pendidikan yang diikuti oleh prajurit TNI AL harus mampu mengubah peserta didiknya menjadi lebih mengerti, lebih paham dan lebih cerdas dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diembannya. Pada konteks ini, pembekalan dari sisi pengetahuan (kognitif) menjadi dasar yang sangat penting. Prajurit TNI AL harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai konsep-konsep dan makna keprajuritan serta ilmu-ilmu dasar lainnya yang akan mendukung profesionalisme mereka. Kedua, dengan bekal ilmu dan pengetahuan yang cukup, prajurit TNI AL dilatih untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata, sehingga terbangun hubung kait antara pengetahuan dengan konteks. Pada tahapan ini, akan tercipta keselarasan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik yang semakin mengukuhkan profesionalisme seorang prajurit. Ketiga, profesionalisme yang kukuh akan menjadi gambaran jati diri (self-esteem) yang kuat dari seorang prajurit. Keempat, prajurit TNI AL Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd. bukanlah menara gading yang hidup terpisah dari manusia lainnya, maka profesionalismenya perlu dihidupkan dengan semangat humanis dan peningkatan rasa sosial sehingga hidup berdampingan secara harmonis dengan orang lain menjadi kebutuhan dasar seorang prajurit TNI AL. Kelima, landasan moral yang berdasarkan Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945 serta keyakinan agama yang kuat. Merujuk pada hal tersebut, maka pendidikan harus mampu mengantarkan prajurit TNI AL mempunyai jati diri, terutama dalam hubungannya dengan Sang Pencipta Allah SWT, serta dengan sesama manusia, dan alam lingkungannya, sehingga prajurit TNI AL bisa hidup harmoni dengan lingkungan. Pendidikan yang diikuti prajurit TNI AL mampu menghasilkan manusia-manusia yang kompeten, dan akuntabel terhadap tugas yang diembannya. Upaya mewujudkan prajurit TNI AL yang profesional melalui pendidikan memang bukan pekerjaan sederhana dan sambil lalu. Upaya ini dilakukan dengan terprogram, kontinu, konsisten dan konsekuen. Untuk mencapai hal tersebut, ada tiga prinsip dasar yang harus dikembangkan oleh lembaga yang ingin membantu sumber daya manusianya menjadi profesional. Prinsip pertama adalah Disiplin. Disiplin yang baik bisa diterjemahkan dalam berbagai kegiatan yang memberikan ruang yang cukup sehingga setiap individu bisa dipotret dengan baik. Disiplin dapat dilakukan melalui a) Pemberian tanggungjawab (responsibility), meliputi tanggung jawab secara profesional terhadap bidang pekerjaannya dan tugastugas lain yang diberikan. b) Ketepatan kerja (punctuality),