Cakrawala Edisi 426 | Page 37

Seiring dengan dinamika tuntutan tugas Penerbangan Angkatan Laut serta dalam rangka alih bina teknis seluruh komponen Penerbangan TNI Angkatan Laut maka Dinas Penerbangan Angkatan Laut (Disnerbal) berubah menjadi Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) berdasarkan Keputusan Kasal Nomor Kep/6/VI/2006 tanggal 13 Juni 2006. Peraturan Kasal Nomor Perkasal/98/XII/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang perubahan nama dan alih bina kedudukan Wing Udara Koarmatim dan Satudarmabar serta alih bina kedudukan Lanudal dan pembentukan Fasharkan Pesud. Puspenerbal sendiri merupakan Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) TNI Angkatan Laut bertugas membina kekuatan Penerbangan TNI Angkatan Laut meliputi Pengintaian Udara Taktis, Anti Kapal Selam, Anti Kapal Atas Air, Pendaratan Pasrat Lintas Heli, Dukungan Logistik Cepat, Pengamatan Laut Terbatas serta Penyelenggaraan Fungsi Dukungan Pesawat Udara, pembinaan material dan personel Penerbangan TNI Angkatan Laut sebagai salah satu bagian dari Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam rangka penegakan kedaulatan dan hukum di laut NKRI. Personel Penerbangan Angkatan Laut Dalam rangka memenuhi kebutuhan personel, Penerbangan Angkatan Laut yang telah terbentuk, maka mulai tahun 1949 sampai dengan 1963 dikirimkanlah personel-personel TNI AL baik Perwira, Taruna, Bintara maupun Tamtama untuk mengikuti pendidikan Penerbang, Navigator dan Teknisi penerbangan serta persenjataan di Belanda, Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Diawali pada tahun 1949 Pemerintah Hindia Belanda atas nama Pemerintah Indonesia mengirimkan dua pemuda yaitu Taruna R. Moedjono Poerbonegoro dan Taruna Sahono Subroto, untuk mengikuti pendidikan Penerbang di Koninklijk Instituut voor de Marine (KIM) di Den Helder Belanda. Pada tahun 1950 ALRIS (Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat) memberangkatkan 3 orang Taruna sebagai calon Penerbang Angkatan Laut ke KIM, Belanda. Karena KIM saat itu tidak membuka pendidikan penerbang maka ketiga perwira muda calon penerbang tersebut mengikuti pendidikan navigator selama satu tahun sebagai syarat untuk mengikuti pendidikan Penerbang di Marine Vlig Kamp (MVK) Valkenburg di Markas Angkatan Laut Belanda. Sedangkan untuk Perwira Muda Poerbonegoro melanjutkan pendidikan Penerbang di Sekolah Penerbang (Sekbang) AURI Angkatan ke VII Kalijati dan setelah selesai menjalani pendidikan penerbang, maka Perwira Muda Poerbonegoro kembali ke ALRI sebagai Penerbang Angkatan Laut. Pada tahun 1957 ALRI mengirimkan 12 orang perwira muda lulusan KIM dan 4 orang perwira muda lulusan IAL (Institut Angkatan Laut) untuk dididik menjadi calon Penerbang Angkatan Laut ke Royal Air Force (RAF) Inggris. Kelompok ketiga direkrut dari 16 taruna dari Ikatan Dinas Pendek (IDP). Pada kelompok ketiga ini sebanyak 7 orang berhasil mendapatkan brevet penerbang RAF, sedangkan 8 orang lainnya mendapatkan brevet Navigator. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan perwira teknik dikirimkan 6 Perwira ke Royal Air Force Tehnical Colleges di Henlow Bedfordshire dan 2 personel dilatih sebagai perwira ahli persenjataan. Selain itu juga dikirimkan 3 Perwira untuk memenuhi kebutuhan perwira elektronika. Selanjutnya ada beberapa personel Bintara juga dikirim ke India kemudian melanjutkan pendidikan di Inggris untuk menjadi ground crew, sedangkan untuk keahlian persenjataan dikirim 3 Bintara, dan keahlian operator telegrafis dikirim 3 Bintara. Rombongan calon penerbang yang diberangkatkan ke Amerika Serikat dalam rangka IMET terbagi dalam beberapa gelombang. Sedangkan calon penerbang/ navigator dikirim ke Subic Bay Philipina untuk melaksanakan medical check up dan setelah lulus baru dikirim ke Washinton D.C. untuk mengikuti Cakrawala Edisi 426 Tahun 2015 37