Lierasi sudah bukan barang baru, bukan bayi yang baru lahir kemarin sore, bukan
juga konsep yang masih seumur jagung. Literasi sudah mengiringi kehidupan
manusia semenjak aksara mulai dipilah-pilah. Terhitung ratusan tahun literasi
dengan sabar dan pasti mengasuh manusia, untuk mengembangkan kehidupan,
mengajarkan ilmu dan pengetahuan, menyampaikan kisah dan pembelajaran,
selayaknya ibu bagi peradaban.
Bak malin kundang yang menafikan ibunya, manusia bertransformasi dengan
semua yang ia dapatkan dari literasi, menjadikan kemampuan baca-tulis biasa tidak
lagi mampu mendidiknya. Manusia membutuhkan pengasuh baru yang bisa
membimbingnya dalam teknologi yang ia buat sendiri, yang melindunginya dalam
disrupsi dari dirinya sendiri. Ya, karena manusia telah memasuki pintu tanpa jalan
kembali, menginjak era baru yang membentang penuh misteri, sebuah era bernama
pasca-literasi.
(PHX)
2