Booklet PHX #26: Post-Literacy | Page 15

terjadi secara ‘maya’ dan terbawa ke ranah realita. Banyak hal yang seharusnya berada dalam wilayah privat, terbawa ke publik, dan banyak hal yang sebenarnya tidak etis untuk diucapkan dalam interaksi langsung, tetap berani diucapkan di balik perlindungan mental virtual dan kerumunan. Oleh karena itu lah kemampuan partisipasi dalam bentuk bagaimana kita berkoneksi dengan orang lain, menjaga informasi tertentu, mengetahui batas-batas keterbukaan, membawa ranah maya secara proporsional dalam praktik kenyataan, berkontribusi secara signifikan dan baik dalam perputaran informasi, dan berbagi secara kritis informasi yang terolah secara rasional dan personal. Partisiapasi menjadi bagian penting dalam berinteraksi dengan teks, maka dari itu hal ini pun tidak bisa dilepaskan dari literasi di era digital. Bagaimana kemudian ini literasi baru ini diterapkan tetaplah dengan cara yang biasa, yakni via pendidikan. Membiasakan generasi baru dengan sikap kritis terhadap apapun yang ia lakukan pada ‘teks’ digital akan membantu mereka mempersiapkan diri untuk membangun era digital yang lebih positif, di tengah-tengah skeptisisme dampak negatif era digital yang sukar untuk dinafikan. Bisa saja sebenarnya kita berpikiran lebih konservatif dan mengambil jarak tertentu terhadap teknologi, namun prinsip bahwa run or left behind menjadi sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Bila pendidikan sekarang masih hanya fokus pada bagaimana anak bisa baca tulis, maka mungkin masyarakat yang tidak stabil, reaktif, dan bodoh bukan hal yang mustahil terbentuk di masa depan. (PHX) 14