Meet the Driver
Surya Hidayat
Pantang Patah Arang
H
ampir 1,5 tahun Surya Hidayat
melayani pelanggan Blue Bird di
seputaran Kota Medan. Meski rentang
waktu pengabdian masih terbilang pendek,
Surya menemukan beragam pengalaman
dalam pengabdiannya. Surya masih
ingat ketika dibentak penumpang
hanya karena meminta pertimbangan
penumpang terkait pilihan jalan menuju
lokasi tujuan pengantaran.
“Saya dibentak dan dimarahi. Katanya driver
taksi kok tidak tahu jalan. Maksud saya baik,
hanya sekadar membuat pilihan,” ungkap
pengemudi yang pernah menjadi pengemudi
pribadi Kepala Daerah di Deli Serdang ini.
Meski dibentak, Surya tidak patah arang karena
penumpang adalah aset terbesar dalam bisnis
transportasi. Dengan memegang prinsip
pelayanan sebagai keutamaan dalam setiap
perjalanan, mendorong Surya untuk optimistis
sepanjang pengabdiannya. Kekuatan inilah yang
membuat Surya memperoleh penghargaan
sebagai “Pengemudi Blue Bird Teladan 2017”
tahun lalu.
Pria 42 tahun ini menambahkan, penekanan
pelayanan sebagai driver Blue Bird harus selalu
dilakukan dalam kaidah dan standar Blue Bird.
“Contohnya, membukakan pintu dengan tidak
memandang usia, baik muda maupun tua
tetap dilakukan dengan sepenuh hati. Jangan
ada rasa sakit di dalam hati. Kita tidak memilih
tamu. Saya menekankan pelayanan sebagai
standar utama Blue Bird,” tuturnya.
Berbekal keyakinan seperti itu, Surya optimis
akan tetap mengabdikan semangat pelayanan
penuh kepada penumpang Blue Bird. Surya
percaya bahwa Tuhan tidak mungkin menguji
umat-Nya melampaui batasnya. Untuk itu
pelayanan adalah kata kunci untuk terus
menjaga keseimbangan dalam dunia kerja
dan cara untuk mendapatkan kepenuhan
hidup rohani.
Moto
Bagi saya waktu adalah uang.
Setiap detik sangat berharga
sehingga saya akan terus
menempatkan waktu sebagai
kunci kesuksesan dalam hidup
saya ke depan. Jika saya terus
mempertahankan ketepatan
waktu dalam hidup, maka
keseimbangan hidup
bisa didapatkan.
Nanang Afirul Yudiansah
Setia Menunggu
B
agi sebagian orang, menunggu
tentu sungguh membosankan. Selain
membuang waktu, juga energi. Namun
tidak demikian bagi Nanang Afirul Yudiansah.
Ada kalanya menunggu justru mendatangkan
rezeki. Sebagaimana pengalamannya suatu
kali mengantar seorang penumpang ke
beberapa titik lokasi di Jakarta, dan diminta
untuk menunggu.
“Waktu itu, saya baru bergabung dengan
Blue Bird, sekitar 2015. Suatu kali, seorang
penumpang dari luar Pulau Jawa minta
diantar ke beberapa tempat, muter-muter
dari Menteng, Senayan, Kasablanka, sampai
Cengkareng, dari jam sepuluh pagi sampai
empat sore. Di tiap tempat itu berhenti dan
saya disuruh menunggu,” kisah Nanang.
Nanang mengaku tidak keberatan menunggu
lama karena si penumpang meminta argo
tetap on. “Kalau diminta menunggu lama
dan argo off, saya tidak mau.” Selain itu, si
penumpang juga tak segan-segan mentraktir
Nanang, termasuk makan dan minum.
Setibanya di tempat tujuan akhir, argo sudah
menunjukkan angka lebih dari satu juta!
Sama sekali tak terbayang Nanang bakal
mengalami kejadian yang menurutnya,
“paling berkesan” selama tiga tahun terakhir
menjadi pengemudi taksi Blue Bird. Apalagi
semula, dia mencoba melamar menjadi
sopir taksi Blue Bird lantaran jenuh setelah
hampir tujuh tahun bekerja di bidang jasa,
antara lain sebagai petugas valet parking
sebuah mall.
Berbekal informasi dari seorang pengemudi
taksi Blue Bird yang mangkal di mall, Nanang
menjajaki pekerjaan yang sama di pool
Garuda, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ternyata,
dia merasakan sesuatu yang tidak ditemukan
di pekerjaan terdahulu. “Saya merasa nyaman
dan bebas, karena semua fasilitas bisa
didapatkan di Blue Bird.”
Moto
Bekerja demi keluarga.
Sebagai kepala rumah
tangga, kebahagiaan keluarga
bersumber pada kemampuan
untuk membuat keluarga kecil
saya hidup berkecukupan.
Caranya, dengan bekerja keras
dan selalu ada waktu buat
anak serta istri saya, sumber
kebahagiaan saya.
Mutiara Biru
61