Meet the Driver
Fadly Hafizd
Argometer Tertinggi
B
elum genap setahun menjadi
pengemudi taksi Blue Bird—terhitung
sejak Agustus 2017, Fadly Hafi dz berhasil
menorehkan prestasi. Dua bulan berturut-
turut, Maret dan April 2018, ia menjadi juara
satu kompetisi internal pool Batam berkat
perolehan argometer tertinggi. “Alhamdulillah,
rezeki melimpah ruah,” kata Fadly yang beroleh
penghasilan sekitar Rp8 juta per bulan.
Ia pun bertekad tetap loyal di Blue Bird, “Iya,
sampai waktu lama. Selagi badan masih
sehat.” Sebelumnya, ia menetap di Bukittinggi,
Sumatra Barat, menyewakan mobil pribadi
untuk travel ke Maninjau. Begitu menikahi
perempuan Bukittinggi yang berdomisili di
Batam, ia pun ikut hijrah ke kota terbesar di
Provinsi Kepulauan Riau, yang bertetangga
dengan Singapura itu.
Fadly menuturkan soal kegemaran menyetir
mobil. Maka begitu tiba di Batam, ia melamar
pekerjaan yang tidak jauh dari hobinya: sebagai
pengemudi taksi Blue Bird. “Eh, diterima,” ujarnya
antusias. Ia beralasan, “Taksi resmi berskala
nasional yang menggunakan argometer, ya
hanya Blue Bird. Lagi pula, di kota-kota besar,
orang-orang hanya kenal Blue Bird.”
Setiap hari, Fadly berangkat dari rumah, pukul
3.30. Tak lama, 30 menit kemudian, ia pun
“menyapa” jalanan Batam. Jam kerjanya tidak
menentu, antara 12 hingga 16 jam per hari. Ia
mengaku semakin bersemangat bila jumlah
penumpang dan argometer semakin banyak.
Sebagian dari penghasilannya ditabung,
dan sebagian lagi diberikan ke istri untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Moto
Tidak masalah pergi pagi,
pulang malam. Makin banyak
penumpang, memang jadi
makin sibuk mencari nafkah.
Yang penting, pulang ke rumah
membawa uang.
“Alhamdulillah, penumpang Blue Bird baik-
baik semua. Kadang saya diajak makan,
kadang diberi tip,” Fadly berterus terang.
“Bahkan pernah ada penumpang yang minta
diantar keliling Batam, dari Nagoya, Turi Beach,
Jembatan Barelang, Bengkong, Baloi, lanjut
ke Bandar Udara Internasional Hang Nadim.
Argometernya sampai jutaan! Dia bayar lebih
banyak. Yah, namanya rezeki,” pungkasnya.
Agung Dwi Octaviyanto
Jaga Nama Baik
S
empat mengalami jatuh bangun, namun
sejak bergabung dengan Blue Bird di
pool Pedurungan, Semarang, nasib
Agung Dwi Octaviyanto membaik. “Dulu,
saya tidak ada job, saldo di tabungan tidak
ada, usaha percetakan dan aset pun habis,”
ia mengenang. “Lalu, saya masuk Blue Bird
per Oktober 2015. Saya pun mendapatkan
penghasilan harian untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.”
Dalam sehari, kurang lebih 15 jam Agung
berkeliling mengantar penumpang ke
berbagai tujuan. Tak jarang penumpang
membayar ongkos berlebih kepadanya.
Suatu kali, seorang penumpang membayar
Rp500.000, padahal argometer menunjukkan
130.000. “Saya bilang, ‘Maaf, ini kebanyakan.’
Tapi kata tamu itu, ‘Buat anak Bapak saja,’”
Agung menuturkan.
Tentu saja Agung senang mendapat perlakuan
baik dan ramah dari para penumpang. Ada
kalanya mereka tidak memberikan tip, tapi
mengajak makan bersama. Lain waktu, ada
pula penumpang yang bersikap sebaliknya:
emosional. “Tapi saya tetap ramah dan selalu
senyum walaupun tamu marah-marah,” kata
Agung seraya menceritakan pengalaman lain
yang tidak terlupakan.
“Saya mendapat tamu cantik yang baru saja
keluar dari hotel. Selama perjalanan, tamu
tersebut berusaha memancing perhatian saya
dengan kata-kata menggoda, tapi saya tidak
acuhkan karena harus menjaga nama baik
Blue Bird, juga kepercayaan istri dan anak saya,”
kata Agung tanpa menjelaskan lebih jauh. Yang
pasti, penghasilannya selalu diberikan untuk
istri tercinta.
Moto
Bekerja dengan giat, serta
melayani para penumpang
sepenuh hati. Dengan begitu,
saya merasa diri berguna, juga
belajar ikhlas, dan sabar.
Satu hal yang ditakutkan Agung:
jika beroleh penghasilan sedikit. Ia tak
memungkiri, persaingan antaroperator taksi
berdampak terhadap menurunnya order.
“Sekarang, persaingan semakin kompetitif,
namun saya yakin dengan berdoa, berusaha,
pola orientasi pintar dan terarah tentunya akan
mendapat hasil yang lebih baik untuk keluarga
kita,” papar Agung optimistis.
Mutiara Biru
61