Going Places
Transporter
B
erkembangnya pengguna angkutan
umum serta-merta mendorong
pertumbuhan angkutan umum. Salah
satu di antaranya adalah shuttle bus. Jika
didefenisikan, shuttle bus adalah angkutan
umum dengan daya angkut kecil yang
menghubungkan satu titik ke titik lain.
Meski terbilang kecil, sejauh ini peran shuttle
bus membantu mengurai penumpukan
penumpang di suatu tempat.
Mutiara Biru menjumpai Direktur Institute for
Transportation Studies, Darmaningtyas, untuk
menggali peran dan pekerjaan rumah apa yang
harus dilakukan oleh shuttle bus sehingga terus
menjadi pelopor angkutan umum dari satu titik
terkecil ke tempat yang besar.
Menurut Darmaningtyas, kehadiran shuttle
bus beberapa tahun terakhir terbilang sangat
membantu pengguna transportasi. Bahkan
bisa turut mengurai kemacetan dan memberi
pilihan alternatif bagi penggunanya.
“Salah satu contohnya adalah shuttle bus
di bandara. Ini sangat membantu
penumpang,” ujar Darmaningtyas.
Meski demikian, alumnus UGM Yogyakarta
ini mengingatkan beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan shuttle bus,
yakni jarak dari satu halte ke halte lain. Evaluasi
tersebut dinilai penting karena sejauh ini shuttle
bus yang berada di bandara kurang tersedia
sehingga tingkat keterisian penumpang masih
terbilang rendah.
dunia angkutan umum saat ini. Untuk
itu, semua penyedia shuttle bus wajib
memperhatikan tarif dengan menghadirkan
nilai tarif yang lebih rasional dan terjangkau
bagi setiap kalangan masyarakat,” ujar
Darmaningtyas yang juga aktif di Masyarakat
Transportasi Indonesia (MTI).
“Masalah tarif memang paling sensitif.
Respons yang baik dari penyedia dengan
menyeimbangkan tarif pasti akan memacu
masyarakat umum untuk berpindah pada
shuttle bus yang tersedia,” lanjutnya.
Sementara itu, faktor keempat yang wajib
diperhatikan adalah masalah ketepatan waktu.
Bagi kebanyakan orang, apalagi kaum urban,
waktu merupakan salah satu hal yang sangat
penting untuk diperhatikan. Jadi, setiap
penyedia shuttle bus wajib memperhatikan
ketepatan waktu sebagai alasan kunci
untuk mendongkrak pengguna shuttle bus
ke depan.
Keempat aspek itu harus diperhatikan oleh
penyedia transportasi shuttle bus. Ini rasional,
tambahnya, karena pengguna transportasi
kelas menengah ke bawah dan ke atas pada
dasarnya memiliki persoalan yang sama ketika
memilih sarana transportasi. “Saya harap,
jika ke depannya peran shuttle bus diperluas,
diharapkan agar lebih memperhatikan
empat aspek tersebut sehingga masyarakat
bisa mendapatkan ragam pilhan sarana
transportasi,” tuturnya.
Di sisi lain, Darmaningtyas juga
menambahkan agar produk shuttle bus
harus tetap konsisten dengan fisik bus yang
sedang tanpa harus menggunakan bus besar.
Pasalnya, dengan bus kecil bisa membuat
tingkat keterisian lebih dan mempermudah
efisiensi waktu dalam prosesnya.
Darmaningtyas berharap agar shuttle bus
terus ditingkatkan fungsinya, termasuk
penempatan di area perkotaan besar
bukan di daerah luar kota. Selain itu, fungsi
jemputnya harus berada 100 meter dari
lokasi transportasi umum besar lain sehingga
membuat perpindahan lebih cepat dan
memudahkan penumpang.
Masalah tarif masih menjadi catatan terbesar dalam dunia
angkutan umum saat ini. Untuk itu, semua penyedia shuttle bus
wajib memperhatikan tarif dengan menghadirkan nilai tarif yang
lebih rasional dan terjangkau bagi setiap kalangan masyarakat.
Hingga saat ini, shuttle bus masih merupakan
produk swasta yang awalnya membantu peran
angkutan umum dengan lokasi dari lingkungan
perumahan menuju ke sarana transportasi
angkutan umum yang lebih besar. Partisipasi
aktif tersebut juga turut ditunjukkan oleh Blue
Bird sebagai operator transportasi umum yang
besar di Indonesia.
Lebih jauh, Darmaningtyas menilai walaupun
shuttle bus telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 74 tahun 2014 tentang
angkutan jalan raya, khususnya pasal yang
mengatur tentang angkutan umum dan trayek,
ada beberapa hal yang wajib diperhatikan
perusahaan swasta dalam penerapan produk
shuttle bus jika ingin diperluas fungsinya.
Pertama adalah terkait dengan keamanan.
Penyedia shuttle bus wajib memberikan rasa
aman kepada pengguna, termasuk bebas dari
hal-hal kriminal yang terjadi dalam angkutan
shuttle bus tersebut. Kedua, terkait dengan
rasa nyaman di dalam shuttle bus. Kenyamanan
merupakan kunci yang sangat penting
bagi pengguna.
Ketiga, terkait dengan masalah tarif. “Masalah
tarif masih menjadi catatan terbesar dalam
PERAN BESAR | Darmaningtyas (atas) menilai
peran besar dari bus-bus kecil di era terkini.
Mutiara Biru
55