Going Places
Transporter
D
ulu, sebelum ada teknologi lampu
merah, ada polisi yang berdiri di
setiap perempatan jalan utama untuk
memberi aba-aba pada jalur mana yang
boleh jalan dan mana yang harus berhenti.
Era ini tergantikan ketika transportasi telah
mengalami elektrifikasi dengan adanya lampu
merah. Sekarang, memasuki era digitalisasi,
hampir di setiap perempatan utama kita
bukan saja dibantu lampu merah, tapi juga
papan digital yang menampilkan hitungan
detik lampu merah itu.
Ilustrasi itu disampaikan Soegeng Poernomo,
seorang konsultan transportasi senior
yang pernah menjabat sebagai Sekretariat
Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia
(MTI). “Digitalisasi transportasi bukan saja tak
terhindari, tapi juga sangat diperlukan untuk
mengembangkan sektor transportasi, baik
itu dari segi pelayanan maupun efisiensi,”
ujar Soegeng yang kini menjabat sebagai
Presidium MTI.
Menurutnya, ada tiga “goal” yang mesti
tercapai dari digitalisasi transportasi. Pertama
adalah mendorong transformasi di sektor
transportasi. Apa pun yang dikembangkan
secara digital, harus mampu mendorong
transformasi. Kedua, adalah mengembangkan
pelayanan yang lebih baik, seperti yang sudah
dirasakan masyarakat dari perkembangan
transportasi digital beberapa tahun
belakangan ini. Sementara tujuan ketiga
adalah untuk membuat proses transportasi
menjadi lebih efisien.
Seperti yang bisa kita lihat sekarang ini,
digitalisasi telah menjadi game changer
terhadap pola masyarakat bertransportasi.
Mulai dari papan digital di lampu merah
tadi, hingga aplikasi online yang membantu
masyarakat untuk mengukur waktu perjalanan
dan harganya. Beberapa teknologi digital
yang lain juga akan segera diterapkan, di
antaranya Electronic Road Pricing (ERP) yang
menghitung biaya per mobil yang melintas di
jalanan berbayar, atau “e-tilang” yang disebut
Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) yang
masih terus digodok.
Secara skematik, Soegeng menggambarkan
digitalisasi transportasi tak lepas dari beberapa
dimensi transportasi yang harus terpenuhi.
Dimensi yang dia letakkan pada skema teratas
adalah dimensi keselamatan, kemudian
dimensi keamanan yang harus dipenuhi pada
setiap produk transportasi digital. Dimensi
lain yang tak kalah penting adalah dimensi
kenyamanan penumpang, ketepatan
waktu, dan pada akhirnya adalah
keterjangkauan harga.
“Apa pun produk transportasi digital yang
dikembangkan tak bisa lepas dari kelima
Seperti yang bisa kita lihat sekarang ini, digitalisasi telah menjadi
game changer terhadap pola masyarakat bertransportasi.
dimensi tadi. Itu adalah skema ideal dari
digitalisasi transportasi. Untuk mencapai
hasil transformasi transportasi yang terbaik,
kita harus menempatkan skema yang ideal,”
ujar doktor lulusan Universitas Padjadjaran
Bandung ini.
Regulasi Transportasi
Di akhir tahun 2018 ini, MTI tengah menyoroti
persiapan Light Rail Transit (LRT) yang
dicanangkan untuk meluncur di pertengahan
tahun 2019. MTI berharap agar LRT bisa
mewujudkan skema ideal seperti yang
dipaparkannya untuk memastikan terjadinya
transformasi transportasi di Indonesia,
khususnya di Jakarta dan sekitarnya.
Masyarakat Transportasi Indonesia adalah
lembaga nirlaba yang mampu ikut
memengaruhi kebijakan publik pada sektor
transportasi. Di dalamnya tergabung beberapa
unsur masyarakat transportasi sekaligus:
akademisi, aktivis, operator, konsultan, dan
birokrat. Sejak terbentuk di tahun 1995, MTI
telah mampu berfungsi sebagai pressure group
di satu sisi, dan mitra bagi pemerintah di sisi
lain. Soegeng sebagai salah satu tokoh MTI
kerap dimintai pendapat oleh pemerintah
dalam sejumlah isu transportasi.
Pada soal regulasi, Soegeng memetakan
digitalisasi transportasi pada tiga aspek, yaitu
infrastruktur, sarana, dan sistem. Infrastruktur
adalah soal bagaimana regulasi mengatur
digitalisasi prasarana transportasi seperti
bandara, pelabuhan, terminal dan sebagainya.
Sementara sarana adalah soal fasilitas. Pada
transportasi darat, aspek sarana di antaranya
adalah mengatur digitalisasi bus, angkot, dan
taksi. Kemudian aspek sistem adalah soal
digitalisasi manajemen transportasi, di sini
di antaranya adalah mengatur e-ticketing,
e-payment, dan transportasi berbasis
aplikasi online.
IDEALISASI | Transportasi perlu melalui proses
idealisasi oleh berbagai pihak.
Mutiara Biru
55