Meet the Driver
Puji Suyono
Tragedi Berharga
T
ragedi pengeboman di Surabaya, pada
pertengahan Mei 2018 lalu, menyisakan
pengalaman berharga bagi Puji Suyono.
Ketika itu, ia mengantar seorang ibu yang
telah baya ke Gereja Katolik Santa Maria Tak
Bercela di Jalan Ngagel Madya. “Sebetulnya si
ibu ingin turun di pintu samping. Tapi antrean
kendaraan panjang. Saya usulkan turun di
pintu depan,” kata Puji.
Lantaran si ibu tak keberatan, Puji pun
mengarahkan kendaraannya beberapa meter
ke depan. Namun belum juga kendaraan
berhenti dengan sempurna, tak disangka,
pada saat yang sama terdengar bunyi ledakan
di pintu samping gereja. “Seperti ban meletus,”
kata pria asal Bojonegoro yang berdinas di
pool taksi Blue Bird Darmo Kali, Surabaya, sejak
2013 ini.
“Sesampainya di depan gereja, orang-orang
berhamburan,” Puji melanjutkan kisahnya.
“Spontan, saya membuka kaca jendela dan
bertanya pada tukang becak yang lewat.
Katanya, ada bom!” Belakangan diketahui,
ledakan bom bunuh diri bermotif terorisme
di gereja yang dikenal dengan nama Paroki
Ngagel ini menewaskan dua orang dan
mencederai belasan orang.
Dalam keadaan panik, si ibu meminta Puji
agar mengantar kembali ke rumah di Jalan
Ngagel Jaya Tengah. Puji melanjutkan
perjalanan sembari terus menyimak siaran
radio lokal. “Itulah pengalaman berharga saya,”
kata Puji. Sejak hari itu dan seterusnya, Puji
tetap menjalani pekerjaan sebagaimana biasa:
narik mulai pukul lima pagi sampai setengah
sembilan malam.
Moto
Pelan-pelan dalam pemikiran,
serius dalam pelayanan. Melayani
penumpang dengan ikhlas dan
sepenuh hati tanpa membedakan
satu sama lain adalah tanggung
jawab pengemudi.
Semula, Puji ingin bekerja sebagai sopir pribadi.
Tetapi begitu melihat lowongan kerja di
Blue Bird, ia pun tertarik mencoba dan akhirnya
diterima. “Saya melihat ada peluang di
Blue Bird untuk menyejahterakan taraf ekonomi
keluarga,” kata Puji, optimistis. Ia berkeinginan,
Blue Bird semakin terkenal di dunia. “Tegakkan
grooming agar Blue Bird semakin glowing.”
Choirul Arief
Pekerjaan Mulia
P
engalaman pahit sebagai korban
pemutusan hubungan kerja (PHK)
tak menjadikan Choirul Arief patah
arang. Sebaliknya, ia tetap bersemangat.
“Saya tidak pernah pilih-pilih pekerjaan.
Asalkan halal, saya terima demi kelangsungan
hidup keluarga,” kata Choirul. Pada akhir
Desember 2015, ia pun mendapatkan
pekerjaan baru: sebagai pengemudi taksi
Blue Bird pool Batam.
Diakui Choirul, bukan hal mudah untuk
beradaptasi dengan lingkungan kerja yang
baru. “Saya terus berusaha, sampai akhirnya
saya betah dan bangga menjadi bagian dari
keluarga Blue Bird Group,” kata Choirul. Dalam
pandangannya, pengemudi taksi adalah
pekerjaan mulia. Di satu sisi, ia mengabdikan
diri demi keluarga tercinta, dan di sisi lain
untuk Blue Bird.
Dalam sepekan, ia mengatur jadwal kerja 6-1:
enam hari narik dan satu hari libur. Sehari-hari,
ia biasa narik sejak pukul enam pagi hingga
sebelas malam. Tak jarang ia menjumpai
penumpang dengan karakter unik. “Ada
penumpang yang tidak mau dihubungi
lewat telepon, dan tidak ngomong apa-apa
selain lokasi yang ingin dituju, lalu diam,”
tutur Choirul.
Tentu saja, tidak semua penumpang diam
seribu bahasa atau memperlihatkan keanehan
seperti itu. Seorang penumpang lain bahkan
menjadi langganan setianya dalam kurun
1,5 tahun belakangan. Setiap hari, Choirul
mengantarnya ke tempat tujuan yang sama,
pergi dan pulang. Keakraban pun terjalin,
hingga satu sama lain menganggap layaknya
keluarga sendiri.
Moto
Sabar dan selalu berusaha.
Dalam menghadapi
penumpang, terutama yang
berkarakter unik. Kuncinya
adalah sabar, tetap melayani
dengan sepenuh hati, juga lebih
bijak dan ikhlas.
Tak sebatas terhadap penumpang,
Choirul juga ingin keakraban terjalin di
lingkungan kerja. Ia berharap, tim manajemen
Blue Bird, khususnya di daerah, memberikan
pelayanan dan reaksi cepat, utamanya terkait
kesejahteraan pengemudi. “Supaya fasilitas-
fasilitas yang diberikan oleh Blue Bird pusat
bisa segera terealisasikan untuk Blue Bird
di daerah.”
Mutiara Biru
61