Bluebird - Mutiarabiru Mutiarabiru Magazine - Agustus 2018 | Page 57

Going Places Transporter D igitalisasi tak terhindari di semua lini, termasuk transportasi. Lepas dari kacamata akademisi, Ofyar Zainuddin Tamin memaparkan bahwa digitalisasi transportasi membawa banyak manfaat, baik bagi pengguna jasa transportasi maupun operatornya. Secara akademis maupun secara praktis, pengamat transportasi dari ITB ini tidak melihat ada aspek yang merugikan dari digitalisasi. “Inilah kemajuan zaman, di mana industri memasuki masa yang disebut Era 4.0. Semua memanfaatkan teknologi digital. Semua sekarang jadi lebih mudah dan lebih murah. Pengguna transportasi dan operator sama- sama diuntungkan dengan tren digitalisasi ini,” ujar Ofyar yang tercatat sebagai Guru Besar kelompok keahlian transportasi di Fakultas Teknik Sipil ITB. Meski begitu, menurut Ofyar, berbeda dengan kota-kota besar di dunia seperti London, kita terkesan belum cukup siap mengadaptasi tren ini. Sehingga beberapa persoalan dalam lingkup industri transportasi muncul, termasuk reaksi-reaksi keras di lapangan yang akhirnya mendorong pemerintah sebagai operator untuk turun tangan menengahi. “Sebetulnya tidak perlu ada masalah kalau sistem transportasi publik kita sudah baik. Tapi karena sistem transportasi kita masih belum sempurna, maka digitalisasi ini sempat menimbulkan persoalan pro dan kontra,” ujar Ofyar menyoroti persaingan yang sempat kurang sehat antara operator-operator transportasi dan bisnis transportasi online. “Salah satu persoalan utama yang harus segera dibereskan adalah transportasi publik, terutama persoalan coverage area yang belum cukup luas. Sebagai contoh, daya jangkau transportasi publik di Bandung itu masih 30 persen. Artinya masih ada 70 persen wilayah yang belum bisa terjangkau dengan transportasi publik. Di Jakarta memang sudah lebih baik dengan coverage area sebesar 70 persen, tapi tetap harus ditingkatkan,” ujar dosen jebolan Imperial College University of London ini. Area-area yang tidak terjangkau oleh transportasi publik itu akan diisi oleh transportasi private, yaitu moda transportasi yang tanpa trayek—termasuk taksi dan ojek yang mengantar penumpang sesuai destinasi yang diminta. Ofyar menilai, jika transportasi publik kita sudah diperbaiki, maka dengan sendirinya tidak perlu terjadi persaingan kurang sehat di antara operator- operator transportasi, baik yang public maupun private, digital atau nondigital. Khusus mengenai Blue Bird, ahli studi Rekayasa Jalan Raya ini mengatakan bahwa Blue Bird memainkan peran penting pada sektor transportasi privat. Integrasi Transportasi Namun, terlepas dari digital dan nondigital, dasar persoalan besar yang mesti diselesaikan pemerintah adalah ketersediaan transportasi publik yang mumpuni. Bukan saja soal coverage area, tapi juga interkoneksi antara transportasi publik yang satu dengan yang lain. Ofyar melihat ini sebagai aspek penting yang perlu segera ditangani untuk mendorong masyarakat menggunakan transportasi publik dibanding kendaraan pribadi. “Di kota-kota maju, sistem transportasi publik yang terpadu sudah berjalan dengan baik. Kita perlu terapkan itu. Saya mendukung program pemerintah DKI Jakarta untuk menerapkan OK OCE Trip di mana nanti orang bisa mencapai destinasinya dengan menggunakan satu kartu untuk beberapa moda transportasi,” ujar profesor yang ikut membidani perencanaan transportasi kereta Bandara Soekarno-Hatta langsung ke Jakarta ini. Di tengah era di mana semua industri sudah mengadaptasi tren digitalisasi, Ofyar tidak melihat alasan yang kuat kenapa masih ada sejumlah operator transportasi yang anti pada digitalisasi. “Mau bagaimana lagi? Semua sekarang sudah serba digital. Kalau tidak mau ikut, ya siap-siap tersingkir,” ujar Ofyar sekaligus menyematkan respons positif terhadap aplikasi digital dari Blue Bird. Khusus mengenai Blue Bird, ahli studi Rekayasa Jalan Raya ini mengatakan bahwa Blue Bird memainkan peran penting pada sektor transportasi privat. “Blue Bird sudah bagus. Blue Bird mampu beradaptasi dengan era digital, termasuk kerja samanya dengan taksi online. Menurut saya, untuk kategori taksi, Blue Bird adalah yang terbaik,” ujar Profesor Ofyar menyimpulkan. INTERKONEKSI | Profesor Ofyar (atas) melihat interkoneksi transportasi masih perlu dibenahi. Mutiara Biru 55