a
r
t
i
s
a
n
... Sejak Ibu saya harus pindah dari apartemennya ke panti jompo,
saya tak bisa lagi mengatakan di mana rumah untuk pulang. Sampai
Februari 1967, paspor saya menyebutkan bahwa rumah saya berada di
Indonesia, namun sejak April 2000 dikatakan rumah saya itu di Jerman.
Tetapi, di antara dua kurun waktu itu, pasporku sekalipun tak bisa
mengatakannya padaku.
Kalau ke Indonesia, Bung lukiskan itu sebagai pulang atau apa?
Tidak sebagai pulang lagi, tetapi sebagai kunjungan. Saya tak punya
tempat ke mana saya pulang. Di sini juga begitu ... Berangkat, ya, ke
mana-mana ...
(Wawancara Martin Aleida dengan Waruno Mahdi dalam Tanah Air Yang Hilang,
Wawancara dengan Orang-Orang ‘Klayaban’ di Eropa. Kompas, 2017, hal 45)
9