Aneka Info Unik Edisi 1 Juli 2013 | Page 7

7

Hikayat Peci Di Indonesia, Asal Mula Peci Sampai Ke Indonesia

P eci, penutup kepala yang lazim dipakai saat sholat, silaturahmi lebaran, atau kegiatan keagamaan lainnya memiliki berbagai sisi cerita menarik. Walau mungkin susah ditelusuri data faktual sejarahnya- maklum, nenek moyang kita terbiasa dengan tradisi lisan- setidaknya ada gambaran sedikit yang membuat kita mengerti hal-ihwal peci di tanah air.

Di beberapa negara Islam, sesuatu yang mirip songkok tetap populer. Di Turki, ada fez dan di Mesir disebut tarboosh. Fez berasal dari Yunani Kuno dan diadopsi oleh Turki Ottoman. Di Istanbul sendiri, topi fez ini juga dikenal dengan nama fezzi. Di Asia Selatan( India, Pakistan, dan Bangladesh) fez dikenal sebagai Roman Cap( Topi Romawi) atau Rumi Cap( Topi Rumi). Ini menjadi simbol identitas Islam dan menunjukkan dukungan Muslim India atas kekhalifahan yang dipimpin Kekaisaran Ottoman. Namun bentuk peci agak berbeda. Pada bagian atas peci memilik lipatan jahitan lebih kaku dibanding penutup kepala dari negara-negara arab. Karenanya, ada yang menyebut bahwa peci hasil modifikasi blangkon Jawa dengan surban Arab.
Sunan Kalijaga
Bentuk peci yang khas sepintas mirip torbus( atau turban) dari Turki meyakinkan peneliti soal garis budaya dari negara-negara penyebar Islam dan termasuk India meluaskan pengaruh hingga ke Asia Tenggara. Kalau kita akrab dengan sebutan " peci " maka di Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan selatan Thailand menyebutnya " songkok ". Menurut Rozan Yunos dalam“ The Origin of the Songkok or Kopiah” dalam The Brunei Times, 23 September 2007, songkok diperkenalkan para pedagang Arab, yang juga menyebarkan agama Islam. Pada saat yang sama, dikenal pula serban atau turban. Namun, serban dipakai oleh para cendekiawan Islam atau ulama, bukan orang biasa.
“ Menurut para ahli, songkok menjadi pemandangan umum di Kepulauan Malaya sekitar abad ke-13, saat Islam mulai mengakar,” tulis Rozan.
Lucunya, orang-orang arab yang dipandang sebagai penyebar peci atau songkok di tanah melayu malah meninggalkan tradisi itu. Sehingga pengamat sejarah berspekulasi soal keberadaan peci Indonesia.
Konon, peci merupakan rintisan dari Sunan Kalijaga. Pada mulanya beliau membuat mahkota khusus untuk Sultan Fatah yang diberi nama kuluk yang memiliki bantuk lebih sederhana daripada mahkota ayahnya, Raja terakhir Majapahit Brawijaya V.
Kuluk ini mirip kopiah, hanya ukurannya lebih besar. Hal itu agar sesuai ajaran Islam yang egaliter. Raja dan rakyat sama kedudukannya di hadapan Allah SWT. Hanya ketakwaan yang membedakan.
Keabsahan kisah di atas masih perlu dipertanyakan tentunya. Yang jelas, peci merupakan pemandangan umum di tanah melayu sejak abad 13. Saat Raja Ternate Zainal Abidin( 1486-1500) belajar agama Islam di madrasah Giri, ia membawa oleh-oleh peci saat pulang ke kampung halaman.
Jean Gelman Taylor, yang meneliti interaksi antara kostum Jawa dan kostum Belanda periode 1800-1940, menemukan bahwa sejak pertengahan abad ke-19, pengaruh itu tercermin dalam pengadopsian bagianbagian tertentu pakaian Barat. Pria-pria Jawa yang dekat dengan orang Belanda mulai memakai pakaian gaya Barat. Menariknya, blangkon atau peci tak pernah lepas dari kepala mereka.

www. apakabardunia. com