Allah Swt. senantiasa mengingatkan kita akan
berbagai perumpamaan dan metafora
mengenai kehidupan akhirat dan profil atau
bentuk ‘asli’ wajah ukhrawi kita tersebut.
Sebagaimana Allah tegaskan, apabila kita sudah
meninggalkan dunia ini, amal-amal ibadah dan
wujud perilaku ‘asli’ kita di dunia itulah yang
akan tampak. Maka Allah sampaikan, pada saat
itu, banyak mata akan terbelalak memandang
diri dalam wujud sebenarnya, sebagai buah
prilaku kita di dunia. Allah berfirman, “Maka
Kami singkapkan tirai yang menutup matamu
dan tiba-tiba matamu hari ini menjadi amat
tajam.” (QS. Qaf [50] : 22)
Melengkapi hal ini, Rasulullah saw. memberikan
penegasan melalui sebuah hadits yang
kemudian dibahas dalam kitab Tafsir Majma AlBayan 10 : 43 yang mengisahkan wujud ‘asli’
manusia pada hari kemudian.
Dikisahkan, pada suatu hari Muadz bin Jabal
duduk di dekat Nabi saw. di rumah Ayub AlAnshari. Muadz bertanya, “Ya Rasulullah, apa
yang dimaksud dengan ayat: Pada hari
ditiupkan sangkakala dan kalian datang dalam
bergolong-golongan?” (QS An-Naba [78] : 18)
Beliau menjawab, “Hai Muadz, kamu bertanya
tentang sesuatu yang berat”. Beliau
memandang jauh seraya berkata, “Umatku akan
dibangkitkan menjadi sepuluh golongan. Tuhan
memilah mereka dari kaum muslimin dan
mengubah bentuk mereka. Sebagian berbentuk
monyet, sebagian lagi berbentuk babi, sebagian
lagi berjalan terbalik dengan kaki di atas dan
muka di bawah lalu diseret-seret, sebagian lagi
buta merayap-rayap, sebagian lagi tuli bisu
tidak berpikir, sebagian lagi menjulurkan
lidahnya yang mengeluarkan cairan menjijikkan
semua orang, sebagian lagi mempunyai kaki
dan tangan yang terpotong, sebagian lagi
disalibkan pada tonggak-tonggak api, sebagian
lagi punya bau yang lebih menyengat dari
al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014
bangkai, sebagian lagi memakai jubah ketat
yang mengoyak-ngoyakkan kulitnya.”
“Adapun orang yang berbentuk monyet adalah
para penyebar fitnah yang memecah belah
masyarakat. Yang berbentuk babi adalah
pemakan harta haram. Yang kepalanya terbalik
adalah pemakan riba. Yang buta adalah
penguasa yang zalim. Yang buta dan tuli adalah
orang yang takjub dengan amalnya sendiri.
Yang menjulurkan lidahnya dengan sangat
menjijikkan adalah para ulama atau hakim yang
perbuatannya bertentangan dengan
omongannya. Yang dipotong kaki dan
tangannya adalah orang yang menyakiti
tetangga. Yang disalibkan ke tonggak api
adalah para pembisik penguasa yang
menjelekkan manusia yang lain. Yang baunya
lebih menyengat dari bangkai adalah orang
yang pekerjaannya hanya mengejar-ngejar
kesenangan jasmaniah dan tidak membayarkan
hak Allah dalam hartanya. Yang dicekik oleh
pakaiannya sendiri adalah orang yang sombong
dan takabur.”
Hikmah
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari hadits
yang disampaikan Baginda Rasulullah saw.
mengenai ‘wajah’ ukhrawi kita tersebut di saat
kita kini tengah disibukkan dengan berbagai
pertimbangan yang duniawiah saat ini? Jelas
sekali, berdasarkan hadist di atas yang
melengkapi keberadaan ayat-ayat Al-Qur’an
yang jumlahnya cukup banyak mengenai hal ini,
adalah sebuah pengingat bagi kita semua.
Bahwa yang akan menentukan bentuk ukhrawi
dari diri kita adalah amal perbuatan kita selama
di di dunia ini. Amal-amal kita, yang baik atau
yang buruk, kelak semua akan mewujud dan
membentuk tubuh ukhrawi (wujud batiniah)
kita.
Wajah ukhrawi kita adalah cermin perbuatan.
25