Al-Islam Magazine Edisi 4, Juni 2014 | Page 20

tubuh, limpa yang memproduksi insulin, belum lagi fungsi-fungsi organ renik lainnya yang bersinergi menjaga tubuh kita berfungsi dengan baik tanpa kita sadari. Coba bayangkan berapa nilai tukarnya untuk transplantasi liver, mengembalikan fungsi jantung karena penyumbatan, cuci darah bila kita diketahui gagal ginjal? Di jagad raya dan perut bumi, gugusan tata-surya yang indah membentuk tatanan yang rapi dan tampak elok. Perut bumi dan lautan tempat bergantung, yang menghidupi jutaan manusia. mengingkari segala nikmat yang tercurah kepada kita. Maka, melengkapi hal itu, Allah berpesan dalam QS. Ibrahim, ketika kita bersyukur atas segala nikmat, Ia akan menambah limpahan nikmat bagi hamba-Nya. “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan (nikmat) kepadamu, tetapi jika kalian mengingkarinya maka pasti azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14]:7). Maka, sekali lagi pantaskah kita dustakan, pantaskah kita ingkari segenap nikmat yang tercurah itu? Salah satu cara kita mensyukuri nikmat Allah itu adalah dengan menegakkan shalat. Shalat adalah salah satu bukti bahwa seorang mukmin bersyukur. Itulah yang dilakukan dan dituntunkan Rasulullah saw. kepada kita. Allah Swt. berfirman, “Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) Begitu banyaknya nikmat itu, hingga kita tak kuasa menghitungnya. “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya” (QS. Ibrahim [14]:34). Sebagaimana pula disebut dalam QS. al-Kahfi [18]:109, bahwa begitu luasnya nikmat Allah, hingga Nabi tak pernah absen dalam bila saja lautan yang ada menegakkan shalat tahajud, sebagai sekarang – dan ditambah sebanyak itu lagi – dijadikan tanda rasa syukur yang melimpah tinta, untuk menuliskan nikmat (kalimat) Allah, niscaya ia tak akan kuasa menuliskan kelimpahan nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat nikmat itu. karena Tuhanmu, dan berkurbanlah” (QS. alSurat ar-Rahman (surat ke-55 dalam Al-Qur’an) Kautsar [108]:1-2). adalah surat yang mengungkap lebih utuh soal Kebersyukuran ini telah diteladankan oleh nikmat Allah ini. Surat yang terdiri atas 78 ayat, Baginda Rasul saw., sebagaimana yang diungkap diawali dengan kata Ar-Rahman (salah satu dalam shirah nabawiyah. Pada penghujung asma’ul husna) lalu Allah menyebutkan sejumlah malam, Nabi tak pernah absen dalam nikmat-Nya kepada manusia. Setelah menegakkan shalat tahajud, sebagai tanda rasa mengungkap nikmat tersebut (dalam beberapa syukur yang melimpah. Malam yang gelap, ayat) Allah kemudian melemparkan pertanyaan menunaikan shalat hingga kaki beliau retoris: fabiayyi aalaa’i rabbikumaa tukazzibaan. membengkak. Dilaksanakan rutin semenjak Pertanyaan itu disebutkan sebanyak 31 kali. turunnya surat al-Muzzammil hingga beliau wafat. Artinya hampir separuh surat ar-Rahman berisi Sungguh rasa kebersyukuran yang indah. pertanyaan berulang: “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad, disebutkan bahwa Inilah makna mendalam yang dihidangkan kepada suatu ketika setelah menunaikan shalat malam sekalian mukminin bahwa sudah semestinya, bila yang panjang sehingga kaki Rasulullah bengkak; kita mau menyadari sejenak, tiada patut kita 20 al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014