tubuh, limpa yang memproduksi insulin, belum
lagi fungsi-fungsi organ renik lainnya yang
bersinergi menjaga tubuh kita berfungsi dengan
baik tanpa kita sadari. Coba bayangkan berapa
nilai tukarnya untuk transplantasi liver,
mengembalikan fungsi jantung karena
penyumbatan, cuci darah bila kita diketahui gagal
ginjal?
Di jagad raya dan perut bumi, gugusan tata-surya
yang indah membentuk tatanan yang rapi dan
tampak elok. Perut bumi dan lautan tempat
bergantung, yang menghidupi jutaan manusia.
mengingkari segala nikmat yang tercurah kepada
kita. Maka, melengkapi hal itu, Allah berpesan
dalam QS. Ibrahim, ketika kita bersyukur atas
segala nikmat, Ia akan menambah limpahan
nikmat bagi hamba-Nya. “Sesungguhnya jika
kalian bersyukur, niscaya Aku tambahkan (nikmat)
kepadamu, tetapi jika kalian mengingkarinya maka
pasti azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14]:7).
Maka, sekali lagi pantaskah kita dustakan,
pantaskah kita ingkari segenap nikmat yang
tercurah itu?
Salah satu cara kita mensyukuri nikmat Allah itu
adalah dengan menegakkan shalat. Shalat adalah
salah satu bukti bahwa seorang mukmin
bersyukur. Itulah yang dilakukan dan dituntunkan
Rasulullah saw. kepada kita. Allah Swt. berfirman,
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad)
Begitu banyaknya nikmat itu, hingga kita tak
kuasa menghitungnya. “Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak
dapat menghitungnya” (QS. Ibrahim [14]:34).
Sebagaimana pula disebut dalam QS.
al-Kahfi [18]:109, bahwa begitu
luasnya nikmat Allah, hingga
Nabi tak pernah absen dalam
bila saja lautan yang ada
menegakkan shalat tahajud, sebagai
sekarang – dan ditambah
sebanyak itu lagi – dijadikan
tanda rasa syukur yang melimpah
tinta, untuk menuliskan nikmat
(kalimat) Allah, niscaya ia tak
akan kuasa menuliskan kelimpahan
nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat
nikmat itu.
karena Tuhanmu, dan berkurbanlah” (QS. alSurat ar-Rahman (surat ke-55 dalam Al-Qur’an)
Kautsar [108]:1-2).
adalah surat yang mengungkap lebih utuh soal
Kebersyukuran ini telah diteladankan oleh
nikmat Allah ini. Surat yang terdiri atas 78 ayat,
Baginda Rasul saw., sebagaimana yang diungkap
diawali dengan kata Ar-Rahman (salah satu
dalam shirah nabawiyah. Pada penghujung
asma’ul husna) lalu Allah menyebutkan sejumlah
malam, Nabi tak pernah absen dalam
nikmat-Nya kepada manusia. Setelah
menegakkan shalat tahajud, sebagai tanda rasa
mengungkap nikmat tersebut (dalam beberapa
syukur yang melimpah. Malam yang gelap,
ayat) Allah kemudian melemparkan pertanyaan
menunaikan shalat hingga kaki beliau
retoris: fabiayyi aalaa’i rabbikumaa tukazzibaan.
membengkak. Dilaksanakan rutin semenjak
Pertanyaan itu disebutkan sebanyak 31 kali.
turunnya surat al-Muzzammil hingga beliau wafat.
Artinya hampir separuh surat ar-Rahman berisi
Sungguh rasa kebersyukuran yang indah.
pertanyaan berulang: “maka nikmat Tuhanmu
yang manakah yang kamu dustakan?”
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari, Muslim dan Ahmad, disebutkan bahwa
Inilah makna mendalam yang dihidangkan kepada
suatu ketika setelah menunaikan shalat malam
sekalian mukminin bahwa sudah semestinya, bila
yang panjang sehingga kaki Rasulullah bengkak;
kita mau menyadari sejenak, tiada patut kita
20
al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014