Al-Islam Magazine Edisi 4, Juni 2014 | Page 18

Hadits ini mengangkat sebuah relasi, bahwa sifat syukur dan sabar harus menjadi akhlak, dan perhiasan setiap mukmin. Sebagaimana iman, yang kadang naik dan kadang turun, kehidupan pun tidak datar dan selalu mulus. Karena itulah, pandangan Islam memberikan panduan bahwa kehidupan ini musti dijalani dengan sikap penuh syukur dan sabar. Bersabar ketika cobaan mendera, musibah menimpa, sehingga kita terhindar dari rasa frustasi. Bersyukur, manakala sukses dan kegembiraan menghampiri. Sadar bahwa di balik sukses tersebut ada campur tangan Allah, sehingga kita tak tersungkur dalam sikap takabur. Syukur dan sabar menjadi semacam tali kendali bagi seorang mukmin dalam perjalanan menapaki dan memaknai hidup. Sabar dan Shalat Dua ciri mukminin, yaitu sikap sabar dan syukur, yang senantiasa bergandengan ini dibahas luas dalam pengajaran keutamaan akhlak. Tapi tahukah kita mengapa mesti bersabar? (QS. al-Baqarah [2]:155). Jangan pernah lupa, ujian yang dihampirkan Allah kepada kita tidak melulu dalam bentuk kesedihan, kesengsaraan dan kekurangan lainnya. Jika hal demikian yang dialami pada umumnya manusia bisa “lolos” dari batu ujian. Namun, ‘ujian’ di sisi lainnya, yakni dalam bentuk keberhasilan dan nikmat adalah salah satu ‘kerikil ujian’ yang seringkali justru menyebabkan kita tergelincir. Untuk itulah, kita memerlukan kebersyukuran, manakala memperoleh nikmat dan karunia dari Allah Swt.. Rasulullah saw., suri teladan kita, adalah insan yang paling kerap dan deras mengalami pelbagai ujian. Ujian beliau paling lengkap baik sebagai Nabi dan Rasul dalam kerangka mendakwahkan Islam, maupun sebagai suami, ayah, dan pemimpin di masyarakat. Namun dengan ijin Allah, semua ujian itu dapat beliau atasi khususnya berkat praktik kesabaran yang luar biasa yang beliau miliki. Kesabaran yang hampir tiada batasnya. “Hai orang-orang yang beriman! Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu...” (QS. Ali Imran [3]:200). Kita tahu, hidup dan kehidupan ini penuh cobaan. Tidak mudah menjalaninya dan tentu, tidak selalu mulus. Yang demikian itu sesuai sunnatullah: “Cobaan tidak hentihentinya ditimpakan kepada orang Kelapangan hati, sebagaimana beriman, baik laki-laki maupun ciri orang yang sabar telah perempuan, terhadap diri, anak dan dituliskan dengan tinta emas hartanya, hingga ia bertemu Allah dalam shirah tanpa membawa dosa sedikit pun” (HR. Tirmidzi). “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orangorang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan Kami akan uji perihal kamu”. (QS. Muhammad [47]:31). “Sungguh, Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan, berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. 18 Kelapangan hati, sebagaimana ciri orang yang sabar telah dituliskan dengan tinta emas dalam shirah yang kita baca bersama. Rasul pun mengajak kita untuk - dalam kehidupan seharihari - mampu meneladani sikap beliau yang penuh kasih, lapang dada, kata-katanya lembut menyejukkan hati. Cercaan dan makian selalu dihadapi dengan senyuman, pemakluman dan kemudian ajakan kepada kebajikan. Kesabaran al-Islam.my.id | Edisi 4 - Sya’ban 1435 H | Juni 2014