Aku Ingin Jadi Peluru Oleh Wiji Thukul 2004 | Page 48

Aku ingin jadi peluru 48
harga minyak mundhak lombok-lombok akan mundhak sandang pangan akan mundhak maka terpaksa tukang-tukang lebon lintah darat bank plecit tukang kredit harus dilayani siapa tidak marah bila kebutuhan hidup semakin mendesak seribu lima ratus uang belanja tertinggi dari bapak untuk simbok siapa bisa mencukupi sedangkan kebutuhan hidup semakin mendesak maka simbok pun mencak-mencak : “ pak-pak anak kita kebacut metu papat lho !” bayaran sekolahnya anak-anak nunggak lho !” si Penceng muntah ngising , perutku malah sudah isi lagi dan suk Selasa Pon ana sumbangan maneh si Sebloh dadi manten !” jika BBM kembali menginjak namun juga masih disebut langkah-langkah kebijaksanaan maka aku tidak akan lagi memohon pembangunan nasib kepadamu duh pangeran duh gusti sebab nasib adalah permainan kekuasaan lampu butuh menyala , menyala butuh minyak perut butuh kenyang , kenyang butuh diisi
KUMPULAN PUISI WIJI THUKUL