Agro Farm edisi 41 | Page 5

contents 24 INSPIRASI Cikidang Plantation Estate Swiss van Java Selatan Pulau Jawa 66 Pertanian Konversi lahan masih menjadi persoalan di sektor pertanian. Akibatnya luas lahan pertanian di Indonesia terus menyusut. Bahkan tergolong paling rendah di dunia karena kepemilikan lahan per keluarga hanya 0,03 hektar (ha). Pemerintah pun dituntut segera melakukan ekstensifikasi lahan karena masih ada potensi lahan nganggur mencapai 30 juta ha. Kementan Tidak Bisa Mencetak Sawah Baru 73 Perkebunan Bahan baku rotan menurun. Industri rotan beralih ke sawit dan karet. Kondisi ini dikeluhkan para pelaku industri mebel berbasis rotan. salah satu penyebabnya karena pada tingkat pengumpul bahan baku rotan kini lebih tertarik pada kelapa sawit atau karet yang nilai jualnya lebih tinggi sehingga dianggap lebih menguntungkan. Kalah Harga Rotan Melemah e Masa Depan Minyak Sawit kspresi T ahun 2015 semua pihak akan menuju Asean Economic Community (AEC). Tentunya AEC akan berpegang terhadap prinsip sustainable development. Itu membuat tidak ada lagi pertikaian kepada arahan untuk mengikuti sustainability karena AEC sudah berdasarkan konsep sustainability. Terkait itu, Indonesia dan Malaysia perlu melakukan kerjasama. Perihal utama yang dapat dimasukkan tentunya sustainability untuk sawit. Malaysia dan Indonesia perlu melihat sustainable development kelapa sawit. Dan untuk melakukan tindakan itu, kedua negara ini memiliki banyak pilihan seperti ICC, RSPO, ISPO, MSPO dan sustainable development lainnya. Indonesia dan Malaysia dapat memilih mana yang sesuai dengan kepentingan tujuan. Karena lokasi wilayah Indonesia dan Malaysia terletak di kawasan Asia, alangkah baiknya bila kedua negara ini bekerja sama untuk bersama-sama berpikir ke depan, yaitu menfokuskan ke dalam kawasan dalam Asia itu sendiri. Pada tahun 2050, jumlah penduduk China, India dan di Asia akan mencapai 3 miliar jiwa. Itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk tidak lagi melihat ke arah Eropa dan Amerika. Siklus kebutuhan akan pangan di wilayah Asia sendiri pada tahun 2050 nantinya membutuhkan supply dengan jumlah yang besar. Banyaknya jumlah penduduk dapat membuat rantai kebutuhan pangan mengecil putarannya. Itu karena kebutuhan yang besar untuk wilayahnya sendiri. Nantinya, apa yang diproduksi sendiri digunakan untuk sendiri. Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang dapat dikatakan sebagai raksasa sawit. Sawit adalah salah satu komoditas penting untuk segala jenis bahan pangan maupun non-pangan. Bila dikaitkan dengan pandangan itu, nantinya sawit hanya akan diproduksi oleh dua negara itu dan digunakan oleh dua negara itu juga. Selain dapat juga mencakup wilayah sekitar negara itu yang tidak jauh jaraknya seperti kawasan Timur Tengah (Middle East). Selanjutnya, mayoritas penduduk Indonesia dan Malaysia merupakan muslim. Menurut data statistik, jumlah penduduk muslim di Indonesia sebesar 80% dari jumlah penduduknya dan jumlah penduduk muslim di Malaysia sebesar 60% dari jumlah penduduknya. Isu halal dari sawit Indonesia dan Malaysia yang merupakan negara jumlah penduduk mayoritas muslim dapat diangkat untuk masuk ke dalam wilayah Timur Tengah. Terkait dengan itu, kriteria halal dapat dimasukkan ke dalam ISPO dan MSPO. Dengan ini nantinya kedua negara dapat meraup pasar muslim di kawasan timur tengah yang besarnya mencapai 1,6 miliar jiwa. Oleh karena itu, tidak perlu lagi melihat ke arah pasar Uni Eropa dan Amerika yang saat ini hanya menyerap sawit sebesar 12% dari pasar sawit secara global. Indonesia dan Malaysia perlu berpikir dan bekerjasama untuk melihat peluang-peluang di masa mendatang. Kerjasama itu harus dinyatakan dengan perbuatan dan bukan dengan kata-kata saja. Memang banyak permusuhan dan perbedaan di antara kedua negara ini. Namun kenapa tidak melakukan yang berbeda itu untuk menciptakan sejarah bersama. Sejarah demi kemajuan salah satu komoditas penting dunia yaitu sawit. Ocha Witnesteka AgroFarm l Tahun III l Edisi 41 l Desember 2013 5