contents
24
INSPIRASI
Cikidang Plantation Estate
Swiss van Java
Selatan
Pulau Jawa
66
Pertanian
Konversi lahan masih
menjadi persoalan di
sektor pertanian. Akibatnya
luas lahan pertanian di
Indonesia terus menyusut.
Bahkan tergolong paling
rendah di dunia karena
kepemilikan lahan per
keluarga hanya 0,03
hektar (ha). Pemerintah
pun dituntut segera
melakukan ekstensifikasi
lahan karena masih ada
potensi lahan nganggur
mencapai 30 juta ha.
Kementan Tidak Bisa
Mencetak Sawah Baru
73
Perkebunan
Bahan baku rotan
menurun. Industri
rotan beralih ke sawit
dan karet. Kondisi ini
dikeluhkan para pelaku
industri mebel berbasis
rotan. salah satu
penyebabnya karena
pada tingkat pengumpul
bahan baku rotan kini
lebih tertarik pada kelapa
sawit atau karet yang
nilai jualnya lebih tinggi
sehingga dianggap lebih
menguntungkan.
Kalah Harga
Rotan Melemah
e
Masa Depan
Minyak Sawit
kspresi
T
ahun 2015 semua pihak akan menuju Asean Economic
Community (AEC). Tentunya AEC akan berpegang
terhadap prinsip sustainable development. Itu
membuat tidak ada lagi pertikaian kepada arahan
untuk mengikuti sustainability karena AEC sudah
berdasarkan konsep sustainability.
Terkait itu, Indonesia dan Malaysia perlu melakukan
kerjasama. Perihal utama yang dapat dimasukkan tentunya
sustainability untuk sawit. Malaysia dan Indonesia perlu melihat
sustainable development kelapa sawit. Dan untuk melakukan
tindakan itu, kedua negara ini memiliki banyak pilihan seperti
ICC, RSPO, ISPO, MSPO dan sustainable development lainnya.
Indonesia dan Malaysia dapat memilih mana yang sesuai
dengan kepentingan tujuan.
Karena lokasi wilayah Indonesia dan Malaysia terletak
di kawasan Asia, alangkah baiknya bila kedua negara ini
bekerja sama untuk bersama-sama berpikir ke depan, yaitu
menfokuskan ke dalam kawasan dalam Asia itu sendiri.
Pada tahun 2050, jumlah penduduk China, India dan di
Asia akan mencapai 3 miliar jiwa. Itu dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk tidak lagi melihat ke arah Eropa
dan Amerika.
Siklus kebutuhan akan pangan di wilayah Asia sendiri pada
tahun 2050 nantinya membutuhkan supply dengan jumlah
yang besar. Banyaknya jumlah penduduk dapat membuat
rantai kebutuhan pangan mengecil putarannya. Itu karena
kebutuhan yang besar untuk wilayahnya sendiri. Nantinya, apa
yang diproduksi sendiri digunakan untuk sendiri.
Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang
dapat dikatakan sebagai raksasa sawit. Sawit adalah salah
satu komoditas penting untuk segala jenis bahan pangan
maupun non-pangan. Bila dikaitkan dengan pandangan itu,
nantinya sawit hanya akan diproduksi oleh dua negara itu
dan digunakan oleh dua negara itu juga. Selain dapat juga
mencakup wilayah sekitar negara itu yang tidak jauh jaraknya
seperti kawasan Timur Tengah (Middle East).
Selanjutnya, mayoritas penduduk Indonesia dan Malaysia
merupakan muslim. Menurut data statistik, jumlah penduduk
muslim di Indonesia sebesar 80% dari jumlah penduduknya dan
jumlah penduduk muslim di Malaysia sebesar 60% dari jumlah
penduduknya. Isu halal dari sawit Indonesia dan Malaysia yang
merupakan negara jumlah penduduk mayoritas muslim dapat
diangkat untuk masuk ke dalam wilayah Timur Tengah.
Terkait dengan itu, kriteria halal dapat dimasukkan ke
dalam ISPO dan MSPO. Dengan ini nantinya kedua negara
dapat meraup pasar muslim di kawasan timur tengah yang
besarnya mencapai 1,6 miliar jiwa. Oleh karena itu, tidak perlu
lagi melihat ke arah pasar Uni Eropa dan Amerika yang saat
ini hanya menyerap sawit sebesar 12% dari pasar sawit secara
global.
Indonesia dan Malaysia perlu berpikir dan bekerjasama
untuk melihat peluang-peluang di masa mendatang. Kerjasama
itu harus dinyatakan dengan perbuatan dan bukan dengan
kata-kata saja. Memang banyak permusuhan dan perbedaan di
antara kedua negara ini. Namun kenapa tidak melakukan yang
berbeda itu untuk menciptakan sejarah bersama. Sejarah demi
kemajuan salah satu komoditas penting dunia yaitu sawit.
Ocha Witnesteka
AgroFarm l Tahun III l Edisi 41 l Desember 2013
5