Agro Farm edisi 41 | Page 3

editorial Bengong Di WTO Bali S idang WTO Bali akhirnya selesai. Kendati Paket Bali terumuskan, tetapi setumpuk masalah masih mengganjal. Kepentingan India menyangkut subsidi pangan untuk petaninya terpaksa disepakati. Dan muncul Kuba, Nicaragua, Bolivia serta Venezuela menyoal boikot Amerika Serikat. Bagaimana dengan Indonesia? Pertemuan level dunia sering dilakukan di Indonesia. APEC baru rampung disusul Konferensi Tingkat Menteri (KTM) World Trade Organization (WTO) IX ini. Di APEC, Indonesia tidak mampu mengusung tema strategis yang diperjuangkan negeri ini. Soal karet dan Crude Palm Oil (CPO) ditolak mentah-mentah untuk diagendakan. Dan Indonesia tak banyak cincong untuk menggugat penolakan itu. APEC sukses diselenggarakan di Bali. Tetapi soal karet mengambang, dan minyak sawit mentah menjadi semakin gelap gulita di pasar Uni Eropa. Apalagi di tahun 2014 ini Amerika Serikat dan Eropa telah mencapai kata sepakat untuk mengenakan labeling produk ini dan turunannya. Sukses menjadi tuan rumah APEC tanpa diikuti bargaining untuk kepentingan dalam negeri, kini kembali terulang dalam penyelenggaraan KTM WTO IX ini. Indonesia tampil sebagai ‘tuan rumah’ yang baik, nothing to loose menjembatani berbagai kepentingan negara lain, minus kepentingan sendiri. Maka forum ini akhirnya menjadi forum India dan Amerika Serikat, yang berjuang demi rakyat dan negara masing-masing. Merekalah yang pegang peran selain Cuba dan negara-negara Amerika Selatan. Memang forum KTM WTO ini agak beda dengan APEC. Jika APEC sangat strategis memperjuangkan produk Indonesia yang terganjal di berbagai negara di dunia, di forum WTO ini pokok bahasan sektor pertanian yang diusulkan negara G-33 menempatkan Indonesia hanya sebagai penonton. Itu karena sektor ini dalam negeri belum banyak ditengok dan dibenahi. Petani yang di negara-negara lain amat dilihat dan diperjuangkan nasibnya, di Indonesia dibiarkan untuk berjuang sendiri. Lihat subsidi pupuk, benih dan pestisida yang dimana-mana dikorupsi. Simak pula irigasi yang rusak dan konversi lahan petani yang tanpa solusi. Juga amati program reforma agraria yang kini tidak jelas realisasinya. Layak jika di KTM WTO ini Indonesia seperti bido kopoken, bengong saja, karena tidak jelas yang diinginkan di tingkat dunia. Maka senyampang ini tahun politik, tahun dengan tampilnya pemimpin baru, sektor ini bisa sesegera mungkin dibenahi. Sebab globalisasi telah memaksa kita untuk melakukan proteksi bagi kepentingan dalam negeri, dan teknologi adalah jawaban bagi sektor tak mungkin agar menjadi mungkin. Tanpa pemimpin yang berorientasi ke depan, maka negeri dan bangsa ini akan kembali ke era silam. Dijajah dan terjajah dalam neo wujut. Penerbit: PT Multimedia Internetindo, Pemimpin Umum: Rubiyanto Wakil Pemimpin Umum: Sabrun Jamil DIREKTUR OPERASIONAL: Djoko Su’ud Sukahar DIREKTUR KEUANGAN & GENERAL AFFAIR: Artika Prianti DIREKTUR MARKETING: M. Ashim Islam PEMIMPIN REDAKSI: Djoko Su’ud Sukahar Dewan Redaksi: Sabrun Jamil (Ketua), Rubiyanto, Djoko Su’ud Sukahar Redaksi: Beledug Bantolo, Dian Yuniarni, Irsa Pitri D, Iin Achmad, Yosi Winosa, Ocha Witnesteka Miela Putra Sekretaris Redaksi: Dian Ayu FOTO & RISET: Bimo Hariyadi Desain Grafis: Allamandha Informasi & Teknologi Moshe Bonnavena MaNAJER SIRKILASI & DISTRIBUSI: Ahmad Subhan Sirkulasi & DISTRIBUSI: Rudi Kamaludin, M Yasin, Vidra, Aida Chaurmain, Dian Purnama Sari keuangan: Karyono UMUM: Nardi, Anwar Alamat Redaksi & Usaha: Jl. Sungai Sambas 6 No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130 Telp. 021-7229317 Fax. 021-7229318 email: [email protected] [email protected] [email protected] @agrofarm_ Majalah AgroFarm Wartawan AgroFarm tidak dibenarkan menerima imbalan dari narasumber berkaitan dengan tugas jurnalistik. www.agrofarm.co.id