editorial
Fokus
Mempersiapkan
Pangan
D
i era Pemerintahan Suharto kita
pernah berhasil surplus pangan
(beras). Bahkan kala itu Presiden
Suharto (Indonesia) mendapatkan
penghargaan dunia.
Itu masalalu. Itu telah berlalu ketika jumlah
penduduk masih di bawah 200 juta, ketika
sumberdaya pertanian, dari mulai sistem irigasi,
pemupukan, pembenihan dan bahkan penyuluhan
di lapangan serta lahan pertanian masih belum
terfokus untuk dapat swasembada beras.
Namun seiring perjalanan waktu; jumlah
penduduk pun bertambah, industrialisasi yang
memberikan nilai tambah yang cukup tinggi
menjadi dasar pertumbuhan. Mulailah produksi
nasional beras kita sudah tidak mencukupi lagi.
Satu-satunya jalan adalah melakukan impor dari
negara-negara sahabat seperti Thailand, India,
Vietnam, dan lain-lain.
Kekurangan akan beras semakin bertambah
dengan berubahnya pola makan. Dari yang semula
makanan pokoknya adalah sagu atau ubi, berganti
menjadi beras. Dan tentu saja ini menambah
kebutuhan beras nasional kita. Itu adalah situasi
yang kita hadapi sekarang ini. Impor pangan kita
menjadi semakin besar.
Presiden SBY di Padang mengatakan, bahwa
masalah pangan adalah masalah dunia. Itu memang
kenyataan yang sedang dihadapi dunia. Bila di
masalalu hampir semua kepala negara di dunia
memikirkan masalah pangannya masing-masing,
tapi saat ini dunia yang menghadapi masalah
pangan. Apakah itu sebagai akibat perubahan
iklim; adanya bencana alam disana-sini, atau akibat
pertumbuhan penduduk yang terus menuju ke arah
tujuh miliar.
Tentu kita yakin seruan SBY di Padang bukan
sebuah upaya penghindaran bila kita masih impor.
Tetapi itu justru sebuah seruan ajakan, seruan
tantangan, sekaligus seruan perintah, agar semua
pihak yang terkait benar-benar dapat focus. Perlu
“convergence” dari pihak-pihak terkait untuk bekerja
bersama.
Target 10 juta ton produksi beras oleh Menteri
Pertanian, tentu akan melibatkan kementerian lain.
Lahan pertanian tidak mungkin tidak berkordinasi
dengan Badan Pertanahan Nasional. Pencetakan
lahan yang mungkin diperlukan jutaan hektar tentu
perlu kementerian lain yang bertanggungjawab.
Juga untuk kebutuhan Sarana Produksi (saprotan),
persiapan pupuk, benih dan insektisida.
Kita memang memerlukan jalan-jalan
bebashambatan. Kita memerlukan Kereta Api yang
nyaman, kita juga perlu mobil dan rumah. Namun
di atas semua itu, kita sangat memerlukan bahan
pokok pangan kita. Baik sekarang ini, maupun
untuk jumlah 250 juta sampai 300 juta mulut di
tahun mendatang.
Saatnya sekarang kita berupaya yang terfokus
untuk mempersiapkan masalah itu.
Penerbit: PT Multimedia Internetindo,
Pemimpin Umum: Rubiyanto Wakil Pemimpin Umum:
Sabrun Jamil DIREKTUR OPERASIONAL : Djoko Su’ud
Sukahar DIREKTUR KEUANGAN & GENERAL AFFAIR:
Artika Prianti DIREKTUR MARKETING: M. Ashim Islam
PEMIMPIN REDAKSI: Djoko Su’ud Sukahar Dewan Redaksi: Sabrun Jamil (Ketua), Rubiyanto, Djoko
Su’ud Sukahar Redaksi: Beledug Bantolo, Dian Yuniarni, Irsa Pitri D, Iin Achmad, Yosi Winosa Sekretaris
Redaksi: Dian Ayu FOTO & RISET: Bimo Hariyadi
Desain Grafis: Allamandha Account Executive: Ocha Witnesteka Miela Putra
MaNAJER SIRKILASI & DISTRIBUSI: Ahmad Subhan Sirkulasi & DISTRIBUSI: Rudi Kamaludin, M Yasin,
Vidra, Yanto, Aida Chaurmain, Dian Purnama Sari keuangan: Karyono UMUM: Nardi, Anwar
Alamat Redaksi & Usaha:
Jl. Sungai Sambas 6 No. 1
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12130
Telp. 021-7229317 Fax. 021-7229318
email: [email protected][email protected][email protected]
@agrofarm_
Majalah AgroFarm
Wartawan AgroFarm tidak dibenarkan menerima imbalan dari narasumber berkaitan dengan tugas jurnalistik.
www.agrofarm.co.id