Agro Farm edisi 38 | Page 34

SATRIA PININGIT Profil Dahlan mengundang kon­ troversi. Dari keputusannya untuk mengganti hati (cangkok liver), cu­­ ci otak yang dilakukan demi ala­ an s medis, sampai kenekatannya men­ dobrak pintu tol dan menolak gaji serta fasilitas negara. Untuk tidak diterimanya gaji dan fasilitas kendaraan dinas itu, Dahlan beralasan karena ingin mene­ pati  nazarnya ketika sakit. “Saya ingin tetap komitmen pada tekad un­ tuk tak mencari uang,” ujarnya, se­ a­ a r y bercerita tentang masa sakitnya yang akut sehingga harus mengganti hati. Seperti diketahui, tahun 2007 lalu, Dahlan terserang kanker hati. Para dok­ er spesialis yang ada tak sanggup t lagi menanganinya. Ia divonis mati ji­ a hatinya tak diganti dengan hati k orang lain. Ia kemudian diboyong ke China untuk memperoleh pengobatan lanjutan. Sambil mencari pendonor hati. “Tiga bulan saya dirawat dan hanya bisa berdoa. Sebab mencari pendonor hati sangatlah sulit. Apalagi hati yang harus menggantikan saya harus hati yang segar. Hati Anak muda di bawah 30 tahun,” ujarnya. Sampai kemudian ada seorang pe­ uda China yang meninggal du­ ia, m n dan keluarganya bersedia men­ donorkan hati sang pemuda. Dahlan masih pesimis, sebab proses operasi penggantian hati itu belum tentu sukses. Nyawanya masih terancam. Di tengah proses operasi penggantian hati itulah ia kemudian bernadzar, jika diberi kesembuhan oleh Tuhan, ia bertekad untuk tak lagi ngoyo mencari uang. Dahlan berjanji setelah sembuh nanti, tak akan lagi berbisnis atau melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang. Ketika operasinya berjalan sukses, ia pun bersyukur. Segera setelah itu,  seluruh perusahaan yang dimilikinya diserahkan kepada anaknya. Tekadnya untuk tak lagi bekerja mencari uang mendapat godaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dahlan diminta menangani Perusahaan Listrik Negara (PLN), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sedang kolaps. “Saya 34 34 ditawari jadi Direktur PLN oleh Presiden. Kemudian saya bilang, saya ini gak mengerti soal listrik. Sebab saya ini cuma lulusan Madrasah. Saya belajar Qur’an, Hadist, Nahwu, Sorof, Balagoh. Saya tak pernah belajar soal listrik,” paparnya bercerita. Mendapat jawaban begitu, kata Dahlan, SBY tetap ngotot memintanya menangani PLN. Akhirnya Dahlan berpikir, bahwa inilah kesempatan buat mengabdikan dirinya kepada negara. Ia bersedia menjadi Direktur PLN, dengan syarat tidak mau menerima gaji dan fasilitas lain dari negara. Dahlan mewakafkan dirinya buat negara. Ia bersedia  menjadi Direktur PLN, tapi tidak diniatkan  untuk mencari uang. Kendaraan dinas yang diberikan negara pun ia tolak. “Kebetulan kendaraan pribadi saya lebih bagus dari fasilitas dinas yang diberikan negara,” selorohnya. Setelah ganti hati, ada perubahan dalam gaya hidup Dahlan. Dendamnya pada kemiskinan, kini tak lagi diarahkan pada semangat berbisnis dan menumpuk kekayaan. Kini ia mewakafkan sisa usianya untuk kepentingan negara, tanpa mau mengambil keuntungan pribadi. “Banyak yang tanya, apa yang berubah setelah saya ganti hati. Teman-teman dekat saya bilang gak banyak yang berubah, cuma jalannya sekarang jadi lebih cepat. Saya juga merasa lebih sehat dan lebih muda,” tuturnya. Tan Malika AgroFarm l Tahun III l Edisi 38 l September 2013 GeoEnergi l Tahun I l Edisi 06 l Desember 2010